Bagaimana jika degup ku tak kunjung meredup, sedangkan rasamu tak kunjung selaras. Bagaimana jika rindupun tak kian padam namun rasanya terus meredam. Ternyata benar tidak ada yang mampu menggenggam hujan. karena hujan jatuhnya selalu menyakitkan bukan. (Lavanya)
Kisah gadis Bar-Bar yang mengalami broken home, bukan hanya broken home tapi juga broken heart, sebab teman masa kecilnya sekaligus tentangga depan rumahnya mendadak menjauh dan renggang karena di antara keduanya terjadi kesalahpahaman hingga membuat keduanya menjaga jarak, namun memang dasarnya jodoh sudah di pisahkan pun tetap kembali bersama walaupun harus melalui jalur perjodohan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon y.al_29, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perasaan Aneh
Setelah acara selesai mereka memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing, terkecuali teman-teman Lavanya dan orang tua Xabiru yang masih ada di rumah Lavanya. Lavanya senang akhirnya acaranya berjalan dengan lancar tanpa hambatan semuanya teman-temannya datang tepat waktu walaupun ada sedikit kendala untuk Belinda dan Kenzi tapi mereka tidak terlambat menghadiri acaranya. Begitupun dengan Alvin yang baru pertama kali ikut berkunjung ke rumah Lavanya dan ikut serta berkumpul dengan keluarga nya, dia merasa canggung dan tidak nyaman berada di antara orang-orang yang menurutnya berbeda kasta dengannya, sekilas info Alvin tumbuh tanpa tau siapa orang tuanya, dan dia hanya di besarkan oleh seorang nenek yang hidupnya sederhana. Makanya dia merasa canggung dan tidak terlalu nyaman berada di sekeliling orang-orang tinggi, dia datang hanya karena menghargai undangan dari Lavanya, dia tidak mau mengecewakan Lavanya.
"Eh Ken muka lu kenapa, lu belum sempet cerita sama kita-kita" Tanya Karel.
"Tau datang-datang bonyok" Celetuk Aditya.
"Noh bantuin Neneng yang di hadang mantan, eh gue malah dapet hadiah" Celetuknya sambil menunjuk ke arah Belinda, Belinda hanya meringis karena merasa bersalah.
"Minta maaf deh gue" Celetuk Belinda.
"What, serius Bel pantes lama, terus lu gapapa kan, secara gue tau kalo Kaftan kan emosian" Celetuk Karina
"Gue setuju sama lu Rin, lagian gue heran cowok modelan Kain kafan aja lu galauin, muka juga masih gantengan gue" Ucap Kenzi dengan penuh percaya diri.
"Hilih, tadinya gue udah merasa bersalah ya, tapi gue tarik lagi, PD banget lu ngomong gitu, ganteng juga percuma kalo jadi buaya rawa-rawa" Sewot Belinda.
"Aih mulai lagi galaknya, kalo gue buaya rawa-rawa, mantan lu apaan" Celetuk Kenzi.
"Dia mah setan, tapi kalian berdua sama aja sih ga jauh beda" Celetuk Belinda.
"Bhahaa gue setuju sama lu Bel" Ucap Karel dengan tertawa lepas.
"Bang, lu apa kabar, gue baru sadar ada lu" Tanya Arbian pada Alvin.
"Eh, gue baik" Jawab Alvin.
"Eh iya, itu siapa bi temen lu, ko gue baru liat" Tanya Karel.
"Eh gue baru sadar ada Bang. Alvin Hi Bang makin ganteng aja" Celetuk Karina
"dia temen Lavanya udah di anggap Abang juga sama tuh bocah, dia juga panglima tempur geng motor Red Eagle" Ucap Arbian.
"Hah, suwer bang lu Panglima nya, anjir itu geng motor yang paling gue kagumin, yang banyak melakukan kegiatan positif keren banget pokoknya" Cerocos Kenzi.
"Thanks, kalo kalian mau, boleh main ke basecamp gue" Ucap Alvin.
"Abang sorry ya gue tinggal-tinggal Mulu, sibuk banget ini gue" Ucap Lavanya yang baru datang menghampiri teman-temannya.
"Aelah santai kali Dek, Abang juga paham" Balasnya.
"Udah makan belum Bang" Tanya Lavanya.
"Udah tadi Dek" jawabnya singkat
"Oh syukurlah, iya sorry ya bang, gue bantuin mommy" Celetuk Lavanya.
"Slow aja Dek, ohiya gue mau ikut ke toilet, di sebelah mana Dek" Tanya Alvin.
"Oh itu Bang lu tinggal lurus aja dari sini nanti belok kanan di situ ada meja makan setelahnya pantry baru toilet Bang" Jelas Lavanya.
"Okey makasih Dek, gue izin dulu ya" Ujar Alvin sambil berlalu pergi.
Alvin berjalan mengikuti arahan dari Lavanya, dan berhasil menemukan toiletnya dia langsung masuk dan menuntaskan kegiatannya, setelah 10 menit dia keluar dari bilik toilet namun netra nya mengarah ke arah pantry ada seorang wanita paru baya yang berdiri di hadapan pantry membelakangi nya dia tak berani menyapanya dan memutuskan untuk pergi dari sana namun langkahnya terhenti ketika melihat wanita paru baya tersebut hampir tertimpa gelas dari atas pantry Alvin segera berlari dan menarik wanita paru baya tersebut.
"Ibu awas Bu" Teriaknya sambil menarik tangan wanita paru baya tersebut.
"Pranggg" gelas itu seketika jatuh ke lantai, sedangkan wanita itu hanya mehela nafasnya karena rasa terkejutnya.
"Huuftt aduh, makasih ya Nak, hampir aja astaghfirullah" Ucapnya sambil mengelus dadanya, dan beralih menatap Alvin.
"Ibu gapapa, maaf ya tadi saya langsung tarik Ibu kaya gitu" Ucap Alvin dengan tulus.
Alih-alih menjawab dia hanya memandang wajah Alvin dengan teliti, entah mengapa ketika melihat wajah Alvin ada perasaan rindu, dan juga pilu, tidak biasanya dia seperti ini, apalagi ketika menatap mata Alvin dia seperti sudah mengenalnya dalam waktu lama dia semakin larut dalam pikirannya.
"Ibu , Ibu beneran gapapa?" Tanya Alvin yang menyadarkan lamunan wanita tersebut.
"Saya gapapa, tidak usah minta maaf Nak justru saya yang berterima kasih, Makasih ya Nak" Balasnya dengan ramah "Oh iya saya baru liat kamu, kamu temannya Lavanya atau Xabiru" lanjutnya sambil bertanya.
"Saya Alvin teman Lavanya Bu"Ucap Alvin sambil menjabat tangan wanita itu.
"O.ooh begitu, perkenalkan saya Amara mommy Lavanya" Balasnya dengan keterkejutannya.
"Alvin? Boleh tidak aku berharap kembali, tuhan apakah aku terlalu merindukan putraku sampe-sampe begitu mendengar nama itu aku begitu Khalaf, tapi jika di perbolehkan aku ingin anakku kembali aku yakin dia masih hidup" Guman Amara dalam hati.
"Bu, ibu benaran gapapa?" Tanya Alvin.
"Engga, gapapa ko saya cuma masih kaget aja, sekali lagi terimakasih ya Nak" Ucap Amara dengan tulus.
Ketika mereka sedang bercakap-cakap tak lama Lavanya datang bersama dengan Ameena dan Radit. Lavanya yang berniat mencari ART untuk menyuruh mereka membereskan Area depan rumahnya yang sudah sepi, sedangkan Ameena dan Radit berniat menghampiri Amara karena akan segera pulang dan berpamitan.
"Loh, Mom kok ada disini,,Bang Alvin juga, Lah ini kenapa" Tanya Lavanya yang melihat pecahan gelas berserakan.
"Ini tadi Mommy hampir ketimpa gelas dari atas, untung ada Nak. Alvin yang tolong Mommy" Ujar Amara.
"Aih, mommy teh kenapa coba ga hati-hati " Ucap Lavanya dengan panik berbeda dengan Radit yang sedari tadi memperhatikan Alvin dengan lekat. Dia merasa sedang melihat Dirga di masa muda.
"Mommy gapapa ko, kamu ga perlu khawatir" Celetuk Amara.
"Eh, makasih ya Bang udah nolong mommy gue" Ucap Lavanya sambil menoleh ke arah Alvin.
"Iyah santai aja" Jawab Alvin yang merasa tak nyaman di perhatikan oleh Radit.
"Eh itu kaki kamu berdarah Nak" Ucap Ameena dengan panik.
"Eh, iya saya ga sadar Bu" Ucap Alvin sambil melihat ke bawah kakinya yang memang mengeluarkan darah segar.
"Aduh saya jadi merasa ga enak, maaf ya Nak gara-gara saya kamu jadi terluka" Ucap Amara dengan tatapan bersalah.
"Eh gapapa ko Bu, lagi pula ini luka kecil" Ucap Alvin dengan tulus. Namun belum sempat Arumi menjawab, tiba-tiba Radit berbicara
"Kamu teman Lavanya?" Ucapnya dengan datar.
"Ee..eh iya Pa, saya temen Lavanya" Balas Alvin dengan gugup.
"Oh iya Bang ini papa nya Xabiru, Om kenalin ini Bang. Alvin temen Vanya Om" Oceh Lavanya.
"Sebentar di pikir-pikir wajah kamu mirip dengan seseorang" Celetuk Ameena sambil berfikir.
Sedangkan Amara yang mendengar itu seketika melihat ke arah Alvin dengan lekat, itu semakin membuat dia yakin dan kembali berharap, sedangkan Radit hanya diam dan acuh. Dia lebih terlihat tenang dan bisa menyembunyikan ekspresi aslinya. Sedangkan Alvin semakin merasa canggung berada di situasi saat ini.
"Ah, mungkin karena wajah saya pasaran Bu" Ucap Alvin dengan gugup "eh iya Ibu, Bapak, saya duluan ke depan ya, Dek Abang duluan ya" lanjutnya berpamitan untuk kembali ke depan.
"Oh iya bang silahkan" Ujar Lavanya.
"Nak sekali lagi terimakasih kasih ya, ohiya luka kamu beneran gapapa kan" Ucap Amara.
"Seriusan gapapa Bu, nanti biar saya obatin sendiri" Celetuk Alvin "permisi Ibu, Bapak" lanjutnya sambil berlalu pergi.
Ketika Alvin sudah pergi, tatapan Radit beralih ke arah Lavanya "Kamu kenal dia dimana Vanya, sepertinya dia lebih tua di banding kamu, tidak mungkin dia masih bersekolah kan" Tanya Radit sedangkan Lavanya awalnya sempat bingung dapat pertanyaan seperti itu, pasalnya untuk apa calon mertuanya ini bertanya asal-usul temannya, sedangkan dia tau Radit bukanlah typecal orang yang penasaran terhadap orang lain.
"Hah itu Om, dia lebih tua 2 tahun di atas aku, dia masih kuliah Om, aku ketemu dia pas awal masuk kelas 3 SMP dan dia kelas 3 SMA, waktu itu aku di bully, terus di tolongin dia, Dia tuh baik tau Om mau ngajarin aku bela diri, dan anggap aku kaya adiknya sendiri, tapi dia kasian Om, hidupnya sebatang kara, dulu sih tinggal nya sama neneknya tapi neneknya meninggal, jadi dia hidup sendiri, dia juga biayain hidup sama kuliah nya sendiri" Jelas Lavanya panjang lebar. Sedangkan Radit hanya diam menyimak.
"Emang orang tuanya kemana?" Tanya Ameena yang ikut penasaran.
"Gatau Abang ga pernah cerita tentang itu, tapi yang aku denger sih dari temennya Bang.Alvin katanya dia juga ga kenal orang tuanya sama sekali, gatau lah aku ga ngerti juga, emang kenapa Tante?" Celoteh Lavanya.
"Gapapa, ohiya kamu cari Mbok. Ipah gih suruh bersihin ini juga" celetuk Ameena yang berusaha mengalihkan pembicaraan mereka.
"Okey tunggu bentar ya Mom, Tante, Om" Ucap Lavanya sambil berlalu pergi. Sedangkan Radit, Ameena dan Amara langsung saling menatap satu sama lain.
"meena, kamu tau kan perasaan Aku , Kalian juga punya pemikiran yang sama kan sama aku?" Tanya Amara.
"Iyah aku paham perasaan kamu, nanti kita cari tau sama-sama ya Mar" Ucap Ameena sambil memeluk tubuh Amara.