Camaraderie berarti rasa saling percaya dan persahabatan diantara orang-orang yang menghabiskan banyak waktu bersama.
Seperti halnya dengan dua anak manusia yang bertemu dan berteman sejak mereka kecil, namun karena tuntutan pekerjaan orang tua, mereka harus terpisah.
Mereka percaya bahwa dikemudian hari mereka akan bertemu dan bersama kembali, entah sebagai teman bermain seperti dulu atau sebagai teman hidup di masa depan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon firefly99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pawangnya Pulang
"Lemas yah?" Ara mengelus rambut anaknya.
Ale mengangguk. Hari kembali berganti, namun Ale masih merasa lemas. Persendiannya juga terasa ngilu.
"Sabar yah. Itu tandanya kakak diminta untuk istirahat, kan selama ini sibuk terus."
"Iya, ma. Kegiatan mama sudah selesai di batalyon?"
"Sudah, sayang. Kemarin hanya membuat laporan. Hari ini free. Mungkin agak siangan ibu-ibu yang lain mau datang juga besuk kakak. Boleh?"
"Boleh, ma." Ale tersenyum.
"Anak mama hebat sekali. Terima kasih yah sudah kuat melawan sakitnya."
"Terima kasih kembali, ma. Maaf sudah membuat mama repot belakangan ini. Apalagi papa juga sedang tidak ada, mama pasti repot sekali."
"Nggak, sayang. Mama gak repot, kan banyak yang bantu. Lihat kan, nenek, kakek, grandpa dan grandma bahkan ikut bantu mama jagain kakak. Jadi gak ada yang repot, okay sayang?"
"Iya, mamaku." Ale menenggelamkan wajahnya pada lekukan leher mamanya yang berbaring telentang.
"Hati-hati infusnya" Ara mengingatkan.
"Ngantuk, mama." gumam Ale.
"Ya tidur dong sayang. "
Di belahan pulau yang lain, Altair sedang berusaha mengatur napasnya yang tiba-tiba memburu. Beberapa menit yang lalu, ia sudah tiba di daerah yang dinyatakan boleh untuk memegang ponsel. Banyak pesan yang baru bisa ia baca sekarang dan istrinya yang menjadi pemenang pengirim pesan terbanyak. Ia telah meninggalkan keluarganya selama 2 pekan, dan putrinya jatuh sakit sekarang.
Altair masih dalam perjalanan menuju pulau sebelah, dimana letak kota berada. Itupun harus menaiki bus untuk sampai di kota. Di kota nanti, baru ia akan naik pesawat menuju pulau dimana Atlantis berada. Jika ditotal, butuh waktu 7 jam lamanya untuk bertemu dengan keluarganya.
"Sesuatu terjadi?" tanya Letkol Indra, senior Altair saat di akademi dulu, dan kini mereka ditugaskan pada misi yang sama. Bedanya, Letkol Indra bergabung dalam satuan pasukan khusus.
"Salah satu anak saya sakit, bang." jawab Altair.
"Masih saja panggil bang, padahal pangkat kita sama sekarang." ujar Letkol Indra.
"Siap."
"Sabar, sedikit lagi kita semua akan bergabung dengan keluarga. Yah, meskipun kamu masih harus terbang lagi sih."
Altair mengangguk. Letkol Indra memang bertugas di pulau Kangenmantan, yaitu pulau yang akan mereka tuju. Jadi lelaki itu akan tiba di rumahnya lebih cepat dibandingkan Altair.
Altair merasa, ini adalah 7 jam terlama yang pernah ia rasakan.
✨✨✨
Sore hari di salah satu rumah sakit milik Fn Group. Ale baru saja berganti pakaian dibantu oleh Ara. Piyama motif beruang menjadi pilihannya. Teman-teman Ara dan juga keluarganya yang lain pulang beberapa menit yang lalu, hanya menyisakan Ara dan juga Gea.
"Sayang, Mamina mau ngomong" Gea mendekatkan layar ponselnya ke Ale. Rupanya Gea dan Naya sedang video call.
"Halo mamina!" sapa Ale kepada Naya.
"Kakak, maafkan mamina yah, karena tidak bisa besuk kaka."
Ale tersenyum dan mengangguk mengerti. Profesi Naya bukanlah sesuatu yang bisa dianggap enteng.
"Mamina tunggu kakak di Mahalaga saja. Kalau sudah sehat, kabarin mamina yah, nanti mamina jemput"
"Naya, anaknya belum sehat ini, udah diajak pergi jauh saja." omel Gea.
Pintu ruang perawatan Ale terbuka, memperlihatkan seorang tentara dengan wajahnya yang tidak bisa dikatakan bersih.
"PAPA!" teriak Ale. Air matanya jauh karena melihat papanya sudah pulang.
"Nay, sudah dulu yah sayang. Nanti ibu telpon lagi." pamit Gea. Ia segera mematikan telponnya karena ikut kaget melihat kedatangan putranya.
Ara lalu berdiri, ia mencium punggung tangan suaminya yang dibalas dengan kecupan pada seluruh wajahnya.
"Mas pulang?"
Altair mengangguk. Ia sekali lagi mengecup kening istrinya, sebelum menyimpan tasnya di samping kaki sofa dan berjalan menuju bed anaknya.
"Papa hiks hiks" Ale menangis tersedu-sedu, apalagi saat merasakan ia dipeluk oleh papanya dan rambutnya di usap.
Air mata Ara dan Gea ikut terjatuh melihat sepasang anak dan papa di depan mereka. Apalagi saat melihat Altair juga mengusap air matanya yang sempat jatuh.
"Ja jangan hiks ci cium ra rambut kakak hikss" meskipun sedang menangis, Ale tidak melupakan jika ia belum keramas selama 5 hari belakangan.
Altair terkekeh, pun dengan Ara dan Gea yang tidak menyangka jika kalimat tadi akan keluar dari mulut Ale.
Altair lalu melepaskan pelukannya dan mengusap air mata anaknya.
"Baru juga mau papa uyel uyel, udah dilarang aja." ujar Altair.
"Kakak belum keramas papa hiks"
"Udah, mas mandi dulu. Dari luar juga, anaknya sedang sakit ini lho" sifat nyonya Ara kembali terkuak, sama seperti seorang istri pada umumnya.
"Tunggu, Ra. Saya belum peluk ibu ini lho" Altair lalu memeluk Gea dari belakang dan menciumi puncak kepala ibunya yang dibalas dengan usapan pada pipinya.
"Udah, mandi dulu gih." suruh Gea.
"Aye-aye ibu" Altair lalu menjauh dan mengambil pakaian ganti di tasnya.
"Senang yah? Pawangnya pulang ini" Ara menatap judes anaknya.
"Pasti nanti mama dilupa deh "
Ale nyengir mendengar ucapan mamanya.
"Nggak, ma" suara Ale masih kecil, tapi nada riangnya sudah kentara.
"Ara sama ibu saja deh yah" canda Gea.
"eh iya, mama kan ada ibu yah?" Ara memeluk Gea dari belakang juga, hal itu membuat Ale tersenyum senang.
Mamanya dan Gea adalah definisi dari menantu dan mertua idaman. Selama ini, Ale tidak pernah melihat mamanya berselisih paham dengan Gea, mereka bahkan terlihat seperti anak dan ibu kandungnya.
"Anak-anak kemana?" tanya Altair saat ia sudah selesai mandi.
"Di rumah papa. Ada ayah, mami dan papi juga. Ara belum bilang sih kalau mas sudah pulang." Ara yang menjawab pertanyaan suaminya.
"Eh, iya, kok tiba-tiba pulang? Biasanya kan ngabarin." kini Gea yang bertanya.
"Keburu khawatir, bu. Makanya langsung kesini." Altair ikut duduk di atas bed anaknya. Ia menyandarkan kepala anaknya pada dada bidangnya.
"Betis papa kenapa?" tanya Ale.
Semua mata tertuju pada betis Altair yang terdapat perban luka.
"Kenapa itu mas?" Ara ikut panik. Apalagi lukanya terlihat cukup panjang.
"Biasa, Ra. Ibu, jangan ikut khawatir dong. Altair baik-baik saja. " Altair menjawab pertanyaan istrinya, sekaligus menenangkan ibunya yang terlihat shock.
"Kejadiannya berkisar jam 10 malam sampai pagi, bener?" tanya Gea.
Altair meringis. Kok ibunya sampai tahu pula?
"Anak kamu juga kesakitan saat itu, meski dengan cara yang berbeda." ujar Gea.
Ara ikut bercocoklogi selama beberapa saat, lalu matanya membulat.
"Jika di pikir-pikir, ikatan bathin kalian cukup kuat. Ale akan sakit apa saja saat kamu juga mendapatkan masalah. Jadi kemanapun kamu pergi, jangan lupa jaga diri. Karena selain kamu yang kesakitan, anak kamu juga ikut merasakannya."
"Iya, bu." Altair mengangguk. Ia lalu memeluk anaknya.
"Maaf yah kak. Maaf juga, Ra. Jangan khawatir lagi."
mksih ya kak jd ikut happy sama geng nya Alesha... 😍😍
kapan terbongkarnya ini kayaknya semakin seru 😁
Kapan nihh ale sama air nikah hehe 😂