Dear, My Love

"Mas, kita mau kemana? Tolong antar aku ke rumah, mas. Mbak April dan yang lainnya pasti akan khawatir, mas." kata Anya memohon pada Rama yang masih saja tak memperdulikan permintaannya agar mengantarkannya pulang.

Anya merasa takut karena saat ini Rama membawanya ke pergi tak tau kemana. Kompleks perumahannya sudah lewat tadi dan membuat Anya semakin khawatir.

"Cih, mereka itu penghianat." kata Rama lirih.

Dia justru semakin menaikkan kecepatan mobilnya menjauhi daerah kota.

Anya yang sedari tadi duduk dengan gelisah pun semakin cemas karena takut Rama akan membawanya ke tempat yang jauh. Di dalan hatinya berharap agar mas Zaki dan mas Iyan segera menemukan dirinya.

Benar saja, saat ini Rama sedang mengemudikan mobilnya ke arah perbatasan kota. Sebentar lagi mereka akan berada di luar kota.

"Mas, please. Antar aku pulang." pinta Anya lagi.

Gadis itu semakin panik karena mereka semakin jauh dari kota tempat tinggal mereka.

Namun, Rama hanya mendengus tak perduli. Lelaki itu sakit hati dan kecewa juga marah pada gadis yang dicintainya itu.

Beberapa kali dia menyatakan perasaannya dengan baik-baik namun selalu ditolak. Dan Rama tak seperti lelaki ingusan tadi, yang hanya menerima penolakan Anya dengan jabat tangan.

Mobil Rama masuk ke sebuah jalan yang masih baru diaspal.

Rama pun menghentikan mobilnya di sebuah bangunan rumah yang terletak di tepi pantai. Terlihat jika rumah itu masih baru dibangun.

Sebenarnya tempat ini sangat bagus apalagi rumah ini menghadap pantai.

Jika saja tak sedang berada dalam keadaan seperti ini, Anya pasti sudah turun ke pantai dan menikmati ombaknya.

Rama sendiri sudah menyewa rumah ini untuk beberapa hari ke depan. Dia berniat mengajak keluarganya juga Anya ke tempat ini. Rama hendak melamar Anya di tempat ini.

Relasinya baru saja membuat tempat ini sebagai tempat wisata dan menawarkannya pada Rama.

Rama turun dari mobilnya dan membuka pintu mobil penumpang. Dia menarik Anya yang ketakutan karena tempat ini sangat sepi.

Wajar saja tempat itu sangat sepi, karena masih baru dan belum banyak yang tau tempat ini.

Bisa dibilang, Rama adalah orang pertama yang menyewa tempat ini.

"Mas, jangan bikin aku takut. Mau apa kita di sini?" tanya Anya dengan perasaan khawatir.

Rama menggendong Anya seperti menggendong karung beras. Dia tak perduli dengan teriakan Anya yang memintanya untuk melepaskan gadis itu.

Rama menurunkan Anya di sebuah sofa panjang nan empuk berwarna cream.

Kemudian dia segera mengunci pintu rumah itu. Membuat Anya semakin ketakutan dan menangis.

"Mas, kita pulang ya. Aku takut mas Zaki dan mas Iyan panik cariin aku." kata Anya dengan wajah memelas. Dia berharap ketika menyebut nama kakaknya, Rama akan mengantarnya pulang.

Namun tak seperti harapan Anya, Rama justru cemburu saat mendengar Anya lebih khawatir pada lelaki lain meski itu adalah kakak iparnya.

"Kamu bisa memikirkan perasaan lelaki lain, tapi kenapa kamu gak pernah memikirkan perasaan aku, Anya?" tanya Rama dengan emosi.

"Maksud, mas apa? Mereka kakak-kakak aku, mas. Sama seperti mas." kata Anya yang justru membuat Rama semakin tak suka.

Rama itu berjalan mendekati Anya dan bersimpuh di depannya.

"Aku bukan kakak kamu, Anya. Sampai kapan pun aku tak mau menjadi kakak mu. Aku hanya ingin menjadi suamimu, kekasihmu." kata Rama.

Tangan lelaki itu meraih tangan Anya yang sangat dingin karena takut pada Rama.

Lelaki itu mengambil tangan Anya dan mengarahkan ke bibirnya. Mengecupnya dengan penuh perasaan.

"Kenapa kamu gak pernah mau menerima aku, Anya? Kamu tau aku begitu tulus mencintai kamu. Aku selalu berusaha menerima penolakan kamu dan berharap kamu akan menerimaku suatu hari nanti." kata Rama dengan wajah memelas.

Anya menatap mata Rama yang terlihat memerah itu. Namun, Anya tak berani bersuara karena takut akan membuat Rama marah dan berbuat nekat.

"Kenapa kamu berencana pergi tanpa memberi tahukan aku? Jahat kamu, Anya. Kalian semua menyembunyikan hal itu dan membuat aku kecewa. Kalian semua sungguh tega" kata Rama dengan perasaan terluka.

Anya pun sadar jika dia memang salah. Menghindari Rama dengan cara seperti ini. Dan kini, Anya merasa bersalah pada Rama karena melibatkan keluarganya untuk mengkhianati Rama .

"Maaf, mas. Maafkan aku." kata Anya dengan rasa menyesal.

Cukup lama mereka saling bertatapan, Rama menatap Anya dengan rasa cinta yang besar. Berbeda dengan Anya yang menatap Rama dengan rasa menyesal dan takut.

Rama mengeluarkan sebuah kotak kecil yang disimpannya di saku. Kotak berisi cincin lamaran yang akan dia berikan pada Anya ketika acara surprise yang sudah direncanakannya.

Tetapi, semuanya buyar saat mendengar jika Anya akan meninggalkannya malam ini.

Anya seperti penjahat yang ingin kabur dan sembunyi. Dan yang membuatnya sangat kecewa dan marah adalah saudaranya justru membantu ikut dan merahasiakan hal itu.

"Anya, kamu tau kan aku sangat mencintai kamu. Kumohon, menikahlah denganku. Aku janji akan membahagiakan kamu dan mendukungmu meraih semua mimpimu." kata Rama pada Anya.

Tangannya menyodorkan sebuah cincin bermata satu yang Anya yakini adalah berlian. Dan pasti harganya sangat mahal.

Anya yang masih diam saja, membuat lelaki itu meraih tangan gadis itu.

Rama menganggap diamnya Anya pertanda setuju. Dan dia pun meraih tangan Anya untuk memasangkan cincin itu di jari Anya.

Namun, Anya yang kaget reflek menepis tangan Rama dan menjatuhkan cincin tersebut.

Rama pun marah karena menganggap Anya menolaknya dengan menepis dan membuang cincin itu.

Dengan rasa emosi, Rama menarik Anya ke dalam kamar di rumah itu.

Rama tak memperdulikan saat mendengar permohonan Anya agar dia dilepaskan.

Rama mengabaikan tatapan takut Anya saat melihat dirinya yang sudah seperti orang kesetanan dan merobek semua kain yang menutupi tubuh Anya.

Rama semakin marah saat melihat leher Anya yang kosong padahal sebelumnya dia sudah meminta gadis itu untuk tak melepaskan kalung pemberiannya.

Membuat Rama semakin tak perduli saat Anya menangis dan menjerit kesakitan. Rama mengambil satu-satunya harta berharga yang dimiliki Anya.

Rama memaksa Anya untuk menerimanya tanpa perduli mata Anya yang menunjukkan kebencian pada lelaki itu.

Rama tak perduli dan hanya berkata, jika Anya adalah miliknya. Dan memberikan tanda darinya di tubuh Anya.

Rama berkata akan selalu mencintai Anya, mengikat gadis itu di sisinya meskipun Anya membencinya.

Rama tak perduli menunjukkan keegoisannya untuk memiliki Anya, karena dia tak sanggup jika Anya meninggalkan dirinya.

❤️❤️❤️

Bantu likenya ya 🤗