seorang Alika Alexandra, jenius dari zaman modern. berpindah ke tubuh seorang putri yang di asingkan.
setelah bangun di tubuh putri Amelia anabela Allen itu dan mengetahui kisah tentang hidup sang gadis, ia bertekad untuk menjauh saja. melupakan tentang balas dendam. karena, balasan dendam terbaik nya, ialah hidup sukses dan baik tanpa pasongan dari orang lain.
lagi pula, tubuh ini adalah miliknya dan terserah dia mau bagaimana. tapi, perlu di garis bawahi, ia tidak akan mencari musuh, tapi kalau musuh datang, ia takkan lari.
lalu, bagaimana kisah nya nanti.? apakah ia akan berhasil dengan rencana hidupnya ? ikuti terus ya...🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nisa saumatgerat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. membagikan sembako
Setelah ketemu dengan bantuan beberapa warga yang ditanya, dan akhirnya disinilah ia sekarang.
"Permisi.." ujar Amelia sambil membunyikan bal tanda ada orang bertamu. Tempat itu seperti ruko biasa pada umumnya. Tak lama, seorang lelaki paruh baya datang dengan tergopoh-gopoh.
"Maaf nona. Ada yang bisa saya bantu ?" Ujarnya dengan nafas yang sedikit ngos-ngosan karena berlari. Pemilik kios itu juga tidak memperhatikan penampilan Amelia yang seperti biasanya.
"Maaf tuan, saya kesini karena ada pekerjaan yang harus anda kerjakan. Tapi, apakah benar, tempat ini melayani untuk pembangunan rumah, atau gedung.??" Tanya Amelia kembali menyakinkan kalau ia tidak salah tempat.
"Benar Nona. Kami adalah penyelenggara jasa itu. Dan Apakah yang bisa kami bantu nona." Ujar pemilik kios itu kembali. Amelia pun tersenyum dan langsung mengeluarkan secarik kertas yang sudah berisi beberapa disain bangunan.. tampak dari hasil disain itu berbentuk bangunan zaman modern.
Pemilik kios yang dikenal dengan nama pak timed itu langsung mengambil secarik kertas yang dikeluarkan oleh Amelia dan mengamati bentuk bangunannya. Iya juga melihat formasi lengkap dari hasil bangunan tersebut. Di sana bangunannya dibangun dengan lantai 4 di mana di bawahnya akan dijadikan sebagai tempat berjualan sementara lantai 2, 3 dan 4 akan dijadikan kantor atau pusat dari pengolahan bisnis Amelia.
Sementara untuk satu bangunan minimalis diperuntukkan untuk tempat tinggalnya dan kedua pelayan pribadinya itu, tak lupa juga Amelia membuat sebuah kandang yang nyaman untuk kedua hewan kontraknya.
Setelah diamati oleh Pak Timed. Akhirnya pak timed menyanggupi untuk membangun dan membuat bangunan tersebut. Tentu saja dengan kurun waktu yang tidak menentu. Yang pasti mereka akan mengusahakan bangunan itu selesai dalam waktu yang dekat.
"Baiklah nona. Saya akan mengerjakan proyek ini dengan cepat." Ujar Pak timed meyakinkan Amelia. Akhirnya setelah menandatangani kontrak kerjasama dan setelah Amelia membayar uang muka untuk pembangunan tersebut Amelia pun memutuskan untuk kembali pergi ke gubuk reot Pak bujang. Ia akan menyelesaikan tugasnya untuk mengobati istri Pak bujang dan anaknya satu lagi.
ia kembali melewati jalur yang dipenuhi dengan orang orang terlantar, atau bisa di sebut pengemis. dan kali ini, ia datang dengan membawa setumpuk besar sembako untuk dibagikan. dan sebelum Amelia tiba di gubuk Pak bujang, Ia terlebih dulu membagikan sembako sembako itu.
Amelia menghampiri seorang paruh baya yang tengah duduk termenung seperti orang yang sudah pasrah dan kehilangan akal. Di sana ia langsung menyodorkan sekarung beras dan beberapa pangan lainnya seperti yang sering dilakukan di zaman modern.
"permisi Pak, ini ada sedikit bantuan untuk bapak. jangan murung lagi ya Pak harus semangat." ujar Amelia sambil mengeluarkan dua buah karung beras yang ukurannya 20 kg serta beberapa sembako lainnya. Pak tua yang melihat itu pun langsung mendongakkan kepalanya dan melihat ke arah Amelia. sementara Amelia membalas tatapan itu dengan senyuman.
"te-terima kasih nona !!!! terima kasih banyak !!!" ujarnya sambil menghentak-entakan kepalanya untuk bersujud di bawah kaki Amelia. Amelia yang tak menyukai hal yang seperti itu langsung membantu lelaki tua itu untuk berdiri.
"Jangan lakukan itu Pak. sebaiknya bapak panggil yang lain untuk mengambil bagian." ujar Amelia memberitahu kepada Pak tua itu. maka dengan senang hati Pak tua itu berterima kasih berkali-kali lipat dan setelah itu ia langsung berlari memanggil beberapa teman-temannya yang senasib dengannya. sementara Amelia langsung mengeluarkan beras beras itu dari ruang dimensinya hingga bertumpuk-tumpuk. Begitu juga dengan telur dan lauk pauk lainnya.
tak lama orang-orang itu telah berkumpul di hadapan Amelia. dan sesuai instruksi dari Amelia, semua orang berbaris dengan rapi untuk menunggu giliran. Amelia menyerahkan sembako sekaligus dengan beberapa kue yang mungkin bisa membantu mereka untuk mengganjal perut sambil menunggu nasi nasi mereka ini masak.
suasana di sana sangat ramai dan tentu saja mengundang banyak perhatian dari kalangan-kalangan bawah ini. Begitu juga dengan Pak bujang yang masih mengurus istri dan anak bungsunya. sementara dua anak lainnya sudah agak segar dan sudah bisa mengurus dirinya sendiri walaupun tak secepat dan selincah saat mereka masih sehat.
"ada apa ya pak ?? kok ibu perhatikan dari tadi banyak sekali warga-warga kelas bawah seperti kita pergi ke suatu tempat.?" tanya istri dari Pak bujang itu.
"Iya Pak. Apa bapak nggak penasaran gitu..??" tanya Putra sulungnya yang bernama dark. Pak bujang pun menganggukkan kepalanya tentu saja ia merasa penasaran.
"kalau begitu kalian tunggulah di sini jangan kemana-mana. biar bapak yang periksa keluar." setelah mengatakan hal itu Pak bujang langsung bergegas meninggalkan istri dan anak-anaknya dan keluar gubuk untuk melihat apa yang sedang terjadi di luar gubuk itu.
dengan langkah cepat Pak bujang langsung bertemu dengan segerombolan orang yang banyak yang sedang mengantri untuk menerima dan mengambil sembako yang dibagikan oleh Amelia. Pak bujang yang melihat hal itu kembali tercengang. namun tentu saja hatinya merasa bahagia karena sudah ada yang mau memperhatikan kehidupan orang-orang rakyat jelata ini seperti mereka.
cukup lama, memakan waktu yang banyak untuk membagikan sembako sembako ini kepada warga-warga rakyat jelata. akhirnya semuanya bubar setelah mengucapkan terima kasih dan mengambil bahan-bahan sembako itu. sementara Pak bujang berdiri dan mengamati aktivitas yang dilakukan oleh Amelia. Setelah semuanya selesai baru Pak bujang menghampiri Sang penyelamat keluarganya itu.
"salam nona..." ujar Pak bujang yang langsung direspon baik oleh Amelia.
"Eh Pak bujang di sini juga... salam kembali Pak bujang. maaf Pak bujang saya ke sini lagi, saya berniat ingin memeriksa kembali istri dan anak bungsu anda, niatnya Setelah itu saya akan kembali ke tempat saya. sekaligus saya juga membagikan beberapa bantuan sembako untuk mereka sampai saya kembali tinggal di kota Raja ini." ujar Amelia sedikit memberikan keterangan kepada Pak bujang.
Pak bujang yang mendengar penuturan Amelia yang kembali untuk mengobati istri dan anak-anaknya lagi sangat merasa senang.
"baiklah Nona kalau begitu. sebaiknya kita segera bergegas saja istri dan anak-anak saya juga menunggu kedatangan anda nona." ujar Pak Ujang kepada Amelia. Mereka pun langsung bergegas menuju kediaman reot itu.
jujur saja Amelia yang sudah berjasa untuk membantu keluarga Pak bujang, Iya belum mengetahui nama dan asal dari Amelia sendiri, dikarenakan Pak bujang tidak berani untuk bertanya lebih jauh mengenai urusan pribadi dari Amelia. Ia ngerasa dirinya rendah dan tak pantas untuk mengenal Amelia dan mengorek informasi mengenai dirinya kalau bukan dia sendiri yang mengatakan. sesampainya mereka di kediaman Pak bujang, Amelia langsung menyapa 4 orang yang sudah agak membaik itu.
"selamat siang tuan tuan muda dan nyonya." sapa Amelia dengan begitu formal dan hormat. karena tentu saja ia harus hormat kepada orang yang lebih tua darinya.
"selamat siang kembali nona penyelamat." ujar mereka dengan serentak yang tentu saja sukses membuat Amelia terkekeh mendengar ucapan itu.