NovelToon NovelToon
Pedang Pusaka

Pedang Pusaka

Status: sedang berlangsung
Genre:Murid Genius / Ahli Bela Diri Kuno / Pusaka Ajaib / Ilmu Kanuragan / Pulau Terpencil / Penyelamat
Popularitas:767
Nilai: 5
Nama Author: Cut Tisa Channel

Pedang Pusaka menceritakan tentang seorang manusia pelarian yang di anggap manusia dewa berasal dari Tiongkok yang tiba di Nusantara untuk mencari kedamaian dan kehidupan yang baru bagi keturunannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cut Tisa Channel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penyesalan Kecil

Malam itu, ratusan pasukan disiapkan oleh pemerintah Khitan secara diam diam dibawah kepemimpinan jenderal Kuyin dan Bajinga.

Selama bertahun tahun mereka berdua menjalin kerja sama bersama hartawan Ki tanpa sepengetahuan raja dan jenderal Bayan.

Seluruh prajurit Khitan saat itu berada di bawah pimpinan tiga orang jenderal besar itu.

Dalam kepemimpinan, jenderal Bayan, jenderal Kuyin dan jenderal Bajinga selalu singkron.

Namun dalam sikap sifat dan ambisi, jenderal Kuyin dan Bajinga cenderung lebih agresif dan banyak pendapat mereka berdua bertolak belakang dengan Bayan yang dulunya hanya seorang panglima yang berpangkat di bawah Kuyin.

Ratusan pasukan itu dibawa secara diam diam oleh jenderal Kuyin dan Bajinga ke perbatasan kerajaan Tiongkok.

Setelah seringkali mendapatkan hadiah dari hartawan Ki, mereka yang telah lama menyusun rencana penyerangan kota raja Tiongkok kini mempersiapkan strateginya dengan sangat matang.

Setelah siap diposisi masing masing, jenderal Kuyin menjumpai hartawan Ki dan lima orang bawahannya untuk membicarakan langkah mereka selanjutnya.

Beberapa gubernur dari pihak kerajaan qing pun telah setuju untuk bekerja sama dengan mereka.

***~###~***

Siaw Jin malam itu duduk sendirian di atas atap penginapan dimana keluarga Shu menginap.

Setelah lewat tengah malam, tampak dua sosok bayangan mengendap endap mendekati jendela kamar yang ditempati oleh sepasang gadis kembar siang tadi.

Twaba dan Jiba berusaha masuk kekamar lewat jendela setelah melihat keadaan sepi. Tak lama berselang, Siaw Jin yang mendengar teriakan terputus di kamar segera melompat turun.

Sesampainya di depan jendela, Jiba langsung menyambut nya dengan serangan mematikan yang segera dielakkan oleh Siaw Jin.

Twaba yang melihat adik seperguruan nya berkelahi dengan seseorang, segera menurunkan Mengyaw ke atas dipan untuk bersama sama menyerang Siaw Jin.

Kedua pendekar sesat itu sama sekali tak menyangka bahwa pria muda yang bertarung melawan mereka adalah anak yang dulu dengan mudah mereka lukai.

Namun Siaw Jin kini jauh sekali berbeda dengan 9 tahun yang lalu. Kini Siaw Jin telah menamatkan seluruh pelajaran Kitab Dewa Sakti dengan sempurna.

Puluhan jurus telah mereka lewati hingga tuan Shu yang berada dikamar sebelah bersama putranya terbangun dan begitu melihat keadaan kamar putrinya, dia begitu kaget mendapatkan kedua putrinya berada dalam keadaan kaku tertotok terbaring lemah di pembaringan.

"Apa yang terjadi? Mengyao, Mengshi, kalian kenapa kah?" seruan panik tuan Shu yang kini tampak lebih tua itu tak terjawab.

Melihat rencana mereka berantakan, Jiba segera meninggalkan arena pertarungan dimana Toaba masih gencar menyerang Siaw Jin yang tampaknya santai saja menghadapi mereka.

Jiba segera mendekat ke arah Mengyau dan melepas pukulan dahsyat kearah tuan Shu yang membuat pria tua itu terjengkang.

Mengyau yang langsung di bopong oleh Jiba segera meloncat menembus genteng untuk segera melarikan gadis manis itu.

Melihat hal itu, Siaw Jin menyesal dari tadi tidak mengeluarkan semua kemampuan nya untuk melawan mereka berdua.

Dengan gencar Siaw Jin menyerang ke arah muka Twaba, begitu pukulan nya di tangkis, pukulan nya membelok ke arah lambung Twaba yang membuat lelaki itu terjengkang dan pingsan seketika.

Ketika akan mengejar Jiba, Siaw Jin kehilangan jejak penjahat itu dan kembali ke penginapan dimana orang orang ramai berkumpul di dekat mayat tuan Shu.

Mengshi yang kini telah pulih dari totokan terlihat menangis di dekat mayat ayah nya bersama kakak lelakinya.

Setibanya Siaw Jin disana, dia segera memeriksa tuan Shu yang memang telah berhenti pernapasannya.

Ketika Siaw Jin melihat keluar jendela, Twaba baru sadar dan melarikan diri. Namun ketika Siaw Jin mengejar, ada beberapa orang yang menghadangnya sehingga pria paruh baya itu dapat terlepas.

Lima orang penghadang itu segera diamuk oleh Siaw Jin yang merasakan kemarahan yang besar saat itu.

Tak lama berselang, kelima orang penghadang itu tewas malang melintang berserakan ditempat itu.

Siaw Jin yang kaget dengan dirinya yang telah membunuh dengan beringas itu segera berlari ke tengah hutan lebat yang ada di utara.

Sesampainya di hutan, dia menjatuhkan dirinya berlutut dan menangis sejadi jadinya. Penyesalan yang besar datang dalam hatinya karena baru kini dia teringat wejangan wejangan Xian Cianpwe dari kitab Dewa Sakti yang berbunyi 'Jika tidak sangat terpaksa, jauhilah membunuh. Karna pembunuhan hanya akan membawa kesengsaraan bagi manusia'.

Sebenarnya bukan tewas nya penjahat itu yang di sesalkan Siaw Jin, namun mengingat nafsu membunuh saat amarah nya berkobar tadi, dia merasa dirinya layaknya binatang buas yang haus darah.

***~###~***

Sore itu, seorang kakek tua berjalan perlahan melewati pegunungan himalaya.

Losian hari itu berniat mengunjungi adik nya di perbatasan himalaya dan india. Setelah berjalan santai hingga hampir malam tiba, sampailah Losian di hadapan rumah Xiansu yang kini bertambah besar dan indah.

Baru saja Losian memasuki pintu pagar kayu, dia segera disambut oleh seorang gadis cantik berparas asing yang menegurnya,

"Suhu, bukankah suhu bilang akan bersemedi hingga malam, mengapa suhu disini?" Ucap Naya yang mau beranjak ke rumah orang tuanya.

"Gadis kecil, aku bukan suhu mu, apa kau lupa kepadaku?" Tanya Losian yang masih ingat kepada Naya.

"Oh, maaf supek (abang dari guru). Silakan masuk dulu". Seru Naya sambil masuk duluan menuju ke kamar suhunya di belakang.

Tak berapa lama menunggu, Xiansu keluar bersama para muridnya. Wajahnya yang kini tampak semakin tua berseri ketika melihat kakak kembarnya itu.

"Sudah lama sekali kak, sehat kah engkau?" tanya Xiansu sambil memeluk kakek yang sama persis wajah dengannya.

"Baik, aku sengaja datang kesini setelah mendengar berita dari jenderal besar Bao tentang bahaya yang akan menimpa kerajaan". Jawab Losian sambil duduk meneguk teh yang di antar oleh Nyonya Bu.

"Berita apakah itu kak?"

"Manusia pengkhianat itu kini telah berhasil membangun kekuatan untuk kembali memberontak. Aku di minta oleh tuan Bao untuk meminta bantuan mu bersama para murid mu ini".

"Baik lah, mari kita makan dulu. Nanti kita lanjutkan pembicaraan ini".

Mereka semua segera menuju ke ruang tengah dimana makan malam telah di siapkan oleh para wanita yang selama bertahun tahun ini melayani Xiansu dan para muridnya.

***~###~***

Pagi itu Siaw Jin terbangun dari tidurnya di dalam hutan yang lebat akibat rasa penyesalan nya semalam yang melakukan pembunuhan secara brutal kepada lima orang yang menghadangnya.

Ketika terbangun, hal pertama yang di ingat nya adalah wajah ketakutan salah satu gadis kembar yang di culik semalam.

Setelah dia bangun, Siaw Jin menyusuri jalan di hutan tersebut hingga menemukan anak sungai yang airnya sangat jernih.

Setelah membersihkan diri dan minum sepuasnya, dia melanjutkan berjalan ke arah utara kembali memasuki hutan.

Tiba tiba dia melihat jejak kaki beberapa orang yang menuju ke arah semak belukar yang tampak seperti habis dilalui oleh sekelompok orang.

Siaw Jin pun menyusuri hutan besar itu dimana bekas laluan tersebut tampak seperti lorong yang menuju ke arah bukit tinggi di depan.

Setelah berjalan satu kilo meter lebih, dari jauh dia melihat sebuah bangunan darurat di puncak bukit dan tampak pula beberapa orang yang berlalu lalang.

Dengan mengendap endap Siaw Jin menyusuri hutan rimbun di kaki bukit mengitarinya hingga sampailah dia di sudut yang terjal.

Tertutup pepohonan yang rindang, Siaw Jin bersembunyi hingga tiba tiba perutnya yang belum di isi dari semalam berbunyi.

Tak lama kemudian, terlihat tujuh orang bersenjata menuju kearah persembunyiannya.

Dengan cekatan Siaw Jin memanjat pohon rindang yang lumayan tinggi secepatnya dan mengambil beberapa tangkai dedaunan untuk menutupi dirinya dari pandangan ketujuh orang itu.

Rombongan tersebut berjalan santai sambil bercakap cakap lewat tepat dibawahnya menuju ke puncak bukit.

Dari sedikit percakapan mereka, Siaw Jin menangkap bahwa akan ada penyerbuan dari wilayah utara melewati tempat itu dan seluruh bawahan ketua mereka akan ikut menyerbu bersama sama ke kota raja.

Sampai malam tiba, barulah Siaw Jin naik menyusuri jalan terjal ke atas bukit. Betapa kagetnya dia ketika melihat dari jauh bahwa di depan rumah itu berdiri tujuh orang yang lewat hari tadi sedang berbicara dengan Twaba dan Jiba.

Tak di sangka, kakinya akan melangkah ke tempat orang orang yang memang sedang dia cari.

Dari samping bangunan itu dia memutar hingga kini posisinya berada tepat di belakang bangunan darurat berbentuk rumah bambu yang di penuhi para penjaga.

Dalam jarak puluhan meter, Siaw Jin mendekam mendengar pembicaraan mereka tentang seorang gadis yang di jaga untuk esok hari akan dipersembahkan kepada tuan besar yang akan tiba disana.

Setelah tengah malam tiba, Siaw Jin dengan kecepatan kilat meloncat menotok semua penjaga hingga mereka yang setengah mengantuk itu sama sekali tak sempat bersuara.

Setelah merobohkan para penjaga, dari lubang jarak antara dinding bambu itu dia mengintip dan hatinya bersorak kegirangan ketika melihat gadis cantik manis sedang tidur di atas pembaringan bambu di kelilingi oleh belasan orang penjaga lainnya.

Sedang asyik dia mengintip, dari arah belakangnya terasa angin pukulan yang dahsyat.

Dengan cekatan dia mengelak dan melimpat ke belakang. Dalam penerangan lampu teng yang banyak dipasang disana, dia melihat Twaba dan Jiba telah ada disitu bersama puluhan orang bawahan mereka.

Serangan pun kembali dilancarkan hingga Siaw Jin kelabakan juga karena dikeroyok begitu banyak orang yang rata rata memiliki kemampuan silat yang lumayan selain ahli ahli silat tingkat tinggi seperti Twaba, Jiba dan ketujuh orang yang lewat dibawah nya pagi tadi.

Lewat tujuh puluh jurus dia mampu menangkis, mengelak dan membalas serangan, Siaw Jin segera terjatuh oleh tendangan pria muka codet yang langsung di sambung oleh serangan lain sehingga dia yang sudah rebah kini berhasil di totok lemas.

Segera kaki dan tangannya di ikat untuk kemudian dibawa ke dalam di rebahkan bersama Mengyao yang terbangun melihat ada pria terikat disampingnya.

Hingga totokan nya terbebas, Siaw Jin yang masih pura pura lemas itu tetap merebahkan dirinya seolah tak berdaya terhadap tali ikatan yang tentu baginya bukan masalah besar.

Hingga pagi selanjutnya tiba, makanan dihidangkan oleh bawahan Twaba dan Jiba. Dari penciumannya, Siaw Jin mengetahui bahwa ada aroma racun pembius dalam makanan itu namun dia tetap memakannya.

Jika racun yang mematikan saja tak mempan ditubuhnya, apalagi hanya racun bius biasa.

Namun itulah kesempatannya mengelabui pihak musuh yang sama sekali tidak mengetahui kekebalannya terhadap racun apapun.

BERSAMBUNG. . .

1
anggita
terus 💪berkarya. moga novel ini sukses banyak pembacanya.
Cut Tisa Channel: terimakasih
total 1 replies
anggita
like👍+ iklan☝
Cut Tisa Channel: thanks ya kk
total 1 replies
anggita
Iblis bermuka Ular... 👿.. 🪱
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!