Seorang gadis yang selalu mengeluh tentang hidupnya yang membosankan tiba-tiba saja di transmigrasi ke sebuah dunia antah berantah, menguak rahasia besar yang selama ini ia lupakan.
Penyerangan yang tiba-tiba membuat dirinya mau tidak mau harus meninggalkan seseorang yang menarik perhatiannya saat ia tiba.
Akankah gadis itu berhasil menguak identitas yang ia lupakan? Bisakah takdir mereka menyatu kembali? Apakah benang merah mereka mengkhianati mereka?
⚠️Perubahan pov akan terjadi untuk mendukung cerita, harap teliti agar tidak terlewat dan bingung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iyan al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sepasang Kekasih
Pagi hari yang cerah ini sudah dihiasi oleh suara pertengkaran Helen dan Xian. Awalnya Helen bangun terlalu pagi dan memutuskan untuk berlatih beberapa jam.
Namun saat keluar rumah, ia mendapati Xian dan Arius yang tengah asik berbincang, saling menatap dengan posisi seperti sepasang kekasih. Membuat jiwanya sedikit terguncang karena ia juga ingin memiliki kekasih.
Helen lebih kaget lagi karena perlakuan Xian ke Arius sangat berbeda, pemuda itu lebih memilih untuk mengalah jika mereka berbeda pendapat, sekali-kali Xian akan menjahili Arius, mengundang pekikan kesal dari gadis itu, beberapa kali juga Helen mendengar gombalan yang dilontarkan Xian untuk Arius, membuatnya sedikit jijik dengan kelakuan adik sepupunya–ah sudah lah, hingga kini Xian dan Arius memilih untuk pergi, meninggalkan Helen sendiri.
Dari arah teras terdengar langkah kaki yang mendekat dengan tergesa-gesa dan suara khawatir Chyou terdengar dengan jelas dari balik pintu.
"Ada apa? Apakah ada ghoul air yang berhasil masuk ke dalam?"
"Tidak, perisai rumah ini sudah sangat kuat. Rasanya bahkan ghoul kelas A tidak akan bisa masuk ke dalam rumah ini. Apa kau ingin mengajariku cara untuk membuat perisai seperti ini? Hiasan di tengah perisai sangat indah, aku ingin mencoba untuk membuatnya satu."
Helen berkata jujur. Setelah Xian dan Arius pergi, ia memilih untuk mengagumi perisai yang melindungi rumah dan danau teratai ini.
Emosi yang membuncahnya perlahan tergantikan dengan perasaan penuh kekaguman. Emosi gadis ini sangat mengerikan perubahannya, seperti danau tengkorak.
"Tentu saja, kapanpun kau senggang kau boleh kesini, aku akan mengajarkan beberapa cara termudahnya."
Tidak lama kemudian, pemuda manis itu pamit untuk keluar hingga malam hari. Meninggalkan ketiga bersaudara itu beradu mulut, lebih tepatnya anak termuda dan anak tengah yang beradu mulut, sedangkan yang tertua hanya membaca buku dan mengerjakan pekerjaan yang sengaja ia bawa untuk mengisi waktu senggang.
Malam ini bulan separuh menyembunyikan wajahnya, ditemani bintang-bintang yang hanya terhitung jari. Meski begitu, tidak menghalangi langkah seorang pemuda yang berjalan dengan tegas masuk ke hutan.
Pemuda itu berjalan dengan cepat namun tidak tergesa-gesa, sekali-kali ia bersenandung, sekali-kali ia tersenyum sambil menatap hiasan rambut yang terikat kuat di giok perak yang menggantung di pakaiannya.
Ya, pemuda itu adalah Chyou. Setelah beberapa langkah berjalan lagi, ia menengok ke belakang untuk memastikan jika tidak ada iblis yang mengikutinya dan masuk ke dalam mulut gua yang tidak jauh dari sungai.
Setelah masuk sedikit lebih dalam, ia mendudukkan dirinya di atas sebuah bangku rotan yang ia letakkan di gua tersebut lama sekali, ia menidurkan bagian atas tubuhnya ke batu yang berada di samping bangkunya.
Ia mengelus batu tersebut dengan lembut, lalu mengelus kepalanya sendiri dengan lembut, seakan-akan ada orang lain disana yang mengelus kepalanya, memilin rambutnya, lalu mencium rambutnya dengan penuh hormat.
Seperti dulu, meski rasanya sangat beda namun ia selalu mengulangi adegan itu untuk menghilangan rasa rindunya, mengisi kekosongan hatinya, mengalahkan rasa kesepiannya. Hari-harinya tidak lagi sepi seperti dulu karena kini ada beberapa orang yang masuk ke dalam hidupnya, namun tidak ada satupun dari orang-orang tersebut yang dapat menghilangkan kekosongan di hatinya.
Ia masih merindukan gadisnya, membutuhkan nonanya, yang terpenting adalah ia belum mengatakan kebenarannya pada nona-nya. Kebenaran tentang jawaban akan pertanyaan yang seharusnya ia jawab jujur sebelum ia kehilangan nona-nya.
Air mata mulai turun melewati pipinya, jatuh membasahi batu di bawahnya. Lagi dan lagi, ia tidak bisa menampung rasa rindunya, ia tidak bisa menyembunyikannya dari barang-barang miliknya.
Katakanlah jika ia cengeng, katakanlah jika ia manja, ia tidak akan membantah bahkan akan langsung menyetujuinya.
Dulu, gadisnya itu mengatakan jika ingin menangis, bilang padanya. Gadis itu mengatakan jika kesal, marah padanya. Gadis itu juga mengatakan jika ada yang mengganggunya, bilang padanya.
"Lian... hiks kapan kau kembali?" Tanya Chyou. Satu waktu, dua waktu, suara serangga memenuhi pendengarannya. Lima, enam, tujuh, angin menggerakkan ranting pohon hingga membuat irama yang menyenangkan untuk di dengar.
Delapan, sembilan, sepuluh, tidak ada lagi yang terjadi. Semua itu hanya suara yang biasa terjadi saat malam hari, tidak ada suara yang menyuruhnya untuk berjalan tegak, melangkah cepat, menatap kearah depan, tidak menunduk.
Tidak ada suara sapaan yang menyuruhnya berkultivasi dari matahari terbit hingga tengah hari, menghentikan kultivasi untuk makan siang dan menyuruhnya berkultivasi lagi hingga malam hari.
Tidak ada lagi yang mengikat rambutnya, membeli baju yang ia sukai untuk dipakai olehnya. Gadis itu sering kali membeli suatu barang untuk ia pakai, mengajaknya ke pasar, menggoda beberapa pria pembuat onar lalu mengalahkannya untuk menambah pengalamannya.
Chyou merasa berhutang pada gadis itu, karena gadis itu, ia bisa merasakan kembali kasih sayang seorang ayah, ia bisa merasakan kembali kasih sayang seorang ibu, ia merasakan kehadiran saudara-saudaranya yang bahkan tidak pernah ia temui. Karena gadis itu, ia bisa lebih santai saat bertemu seorang manusia. Karena gadis itu juga, ia bisa merasakan perasaan aneh yang muncul tiba-tiba di hatinya.
Perasaan itu tumbuh semakin besar tiap harinya, semakin mengembang hingga rusuknya merasa tidak cukup kuat untuk menahan debaran kencang di jantungnya, perutnya dipenuhi kupu-kupu jika membayangkan senyum gadis itu, namun ia juga sering merasa sakit di hatinya saat mengingat jika gadisnya itu tidak lagi bersama nya.
Malam semakin larut, tanpa terasa Chyou tertidur di kursinya dengan posisi yang akan membuatnya merasa pegal saat bangun nanti. Ia tidur dengan sangat pulas, tak menyadari jika air matanya belum kering yang tersorot oleh sebuah cahaya kecil yang mendarat di hadapannya.
Tidak lama kemudian, kunang-kunang perak itu semakin lama semakin banyak, menyebar di seluruh dinding gua hingga tidak ada lagi kegelapan di sekitar pemuda itu, udara dingin berganti menjadi sedikit lebih dingin, namun tidak cukup mengganggu tidur pemuda itu.
Dari arah dalam gua, seseorang berjubah lusuh berjalan mendekati pemuda itu. Ia berjalan dengan hati-hati, tidak ingin membuat pemuda yang baru saja tertidur itu merasa terganggu. Tangan pucatnya mendekat kearah wajah Chyou, menghapus jejak air mata di pipi chyou.
Satu kali, dua kali, ia mengelus rambut Chyou, memilin rambut yang tergerai itu, lalu menghirup aroma rambut pemuda itu dengan penuh hormat.
Setelah puas menghirup aroma pemuda itu, ia melepaskan jubahnya dan menaruhnya di atas tubuh Chyou, mencoba menghalangi udara dingin yang menyentuh tubuh Chyou, setelah itu menghilang bersama kunang-kunang perak sebelum pemilik mata yang mulai mengerjap itu sadar sepenuhnya.
mampir dinovelku Mati Rasa ya gaess, sukses trs thor 😍
alin itu ian kan? aduh.. gk salah inget kan akunya