Namaku Tiara Putri Mahesa, aku menikah dengan seorang Pria bernama Rio Anggara. Seorang pemuda sukses berjabatan Manager di Perusahaan Besar, dia sangat mencintaiku. Namun sikap dan sifatnya lambat laun berubah, dia menafkahiku dengan tidak layak, bahkan kerab tidak memberiku nafkah. Padahal Tugas Seorang Suami memberi Nafkah Lahir dan Batin Terhadap Istrinya. Tak jarang aku pun bagai seorang pengemis yang harus berkali kali mengiba meminta hakku. Namun kesabaranku seolah di injak injak dengan perbuatannya di belakangku, lelah dengan kesabaran yang tak pernah di hargai. Akhirnya aku Berontak dan Mundur.
Bagaimana kelanjutan kisahku? Yuk baca kisahku
Happy Reading❤️🔥
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cillato, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Peristiwa di Kantor
Tiara melangkahkan kaki keluar dari Rumah kontrakan, Rumah kontrakan yang penuh cerita suka dan duka.
Hampir Tiga Tahun lamanya mereka hidup bersama, selama ini Tiara masih bisa memaklumi jika Rio hanya bersifat pelit.
Tapi untuk sebuah pengkhianatan, tidak ada kata maaf bagi Tiara.
Tujuan Tiara hanya satu, yaitu pergi ke rumah lamanya. Rumah yang dulu sudah ditinggalinya bersama keluarganya.
Tiara sengaja tak memberi tahu kabar ini kepada kakaknya, Bintang. Tiara tak ingin merepoti kakaknya, sudah cukup selama ini dia terlihat bodoh karena memilih Rio dari pada mendengar nasehat yang Bintang sampaikan. Jelas jelas dulu Bintang tak pernah menyetujui pernikahan Rio dan Tiara, Karena Bintang tahu bagaimana bobroknya keluarga suami adiknya tersebut.
Disinilah Tiara berada, disebuah rumah besar dengan gerbang tinggi yang menjulang.
"Non, Rara. Ya Allah non dari mana aja baru balik kesini". Ucap pak satpam membuka gerbangnya.
Namanya pak yanto, dia satpam kepercayaan mama papanya. Pak yanto sudah lama bekerja disini, dari kak bintang kecil hingga sekarang.
"Iya pak, baru bisa mampir ke sini. Pak yanto sehat?". Tanyaku padanya
"Alhamdulillah non, bapak sehat. Mari bapak bantu bawa barangnya, silahkan masuk". Ucapnya sambil menyeret koperku
Ku langkahkan kaki ini masuk kedalam rumah ini, rumah yang sudah lama ku tinggali.
Ku edarkan mata memandang seluruh bagian yang berada pada rumah ini, tak pernah berubah masih sama seperti terakhir kalinya aku meninggalkan rumah ini untuk menjadi istri Mas Rio.
"Non, ini Non Rara. Masya'Allah non, bibi seneng ketemu sama non".
Wanita paruhbaya mendekat kearah Tiara dan langsung memeluknya, wanita tua itu yang dari dulu merawat dan membesarkan Tiara. Dan sudah menganggap Tiara sebagai anaknya sendiri, wanita tua itu bernama bik sumi.
Tiara hanya tersenyum, dan akan menjawabnya. Tapi ucapannya terpotong saat ada seseorang yang memanggilnya.
"Tiara". Ucap Bintang dari tangga yang hendak turun ke bawah
Akhirnya Bik sumi pamit undur diri kebelakang, memberikan waktu kepada kakak beradik ini untuk bersama.
"Ya ampun Ra, kenapa kamu gk bilang sama kakak kalau kamu kesini. Kakak bisa menjemputmu tadi". Sambungnya lagi, tapi sejenak Bintang mengerutkan dahinya memandang sebuah koper yang dibawa oleh Tiara
"Tunggu tunggu dulu, ini apa yang sedang terjadi Ra. Are you okay? Semua baik baik saja?". Tanya Bintang bertubi tubi
Namun Tiara masih diam bergeming, Hanya air mata yang mengalir deras di pipinya pertanda sebagai jawaban atas pertanyaan Bintang.
"Kak".
Tiara tak mampu melanjutkan perkataannya, dia langsung menghambur ke pelukan Bintang. Tiara menangis sejadi jadinya, meski dia sudah bertekad tidak akan menangisi kadal buntung itu. Tapi tak dapat di pungkiri rasa sesak di dada masih ada, apalagi melihat Bintang. Luruh sudah pertahanannya yang sok sok kuat dihadapan kakaknya, Bintang.
Tiara menangis tersedu sedu di pelukan Bintang, seolah olah membagi rasa apa yang tengah di rasakannya saat ini.
Hingga setelah tenang, Bintang menghapus sisa sisa air mati di pipi adiknya dengan kedua ibu jarinya.
"Cerita sama kakak, apa yang terjadi". Ucap Bintang perlahan
"Mas Rio berselingkuh kak, dan aku meminta dia menceraikan aku. Pertama dia menolaknya, dan akhirnya wanita selingkuhan Mas Rio datang. Selingkuhan Mas Rio itu tengah hamil anak dari Mas Rio, jadi sekarang Mas Rio sudah menalakku dan aku bukan istrinya lagi". Ucap Tiara tergugu menceritakan pahitnya hidup akhir akhir ini dengan Rio, setelah mengetahui perselingkuhannya.
"Lelaki Br*ngsek, b*debah Rio. Kakak akan menghancurkan Rio dan keluarganya, kamu tenang saja". Ucap Bintang, Rahangnya mengetat, giginya bergerutuk dengan tangan mengepal menahan amarah sampai wajajnya memerah.
Tiara menggeleng, dia sudah mengikhlaskan semua yang terjadi. Balas dendam tidak akan membuat hidupnya semakin baik, sekarang Tiara hanya fokus memperbaiki diri.
"Baiklah kalau begitu, Kamu istirahatlah. Bik sumi sudah menyiapkan kamar untukmu, kamarmu masih sama seperti yang dulu". Ucap Bintang tersenyum manis.
Tiara mengangguk dengan antusias, dia bahagia bisa kembali bersama keluarganya. Meski keluarga kandungnya hanya sisa satu yaitu Bintang
"Terimakasih kak, aku sangat menyayangimu". Ucap Tiara bergegas melangkah menuju kamarnya.
Bintang hanya mengangguk dengan senyuman.
Saat Tiara sudah beranjak pergi kedalam kamarnya, Bintang mengepalkan tangannya. Dia masih tidak terima adiknya diperlakukan seperti itu, dia lalu meraih ponselnya. Dia akan menyelidiki lagi kehidupan Rio dan juga selingkuhannya.
"Hallo, aku ada tugas untukmu. Selidiki Rio dan juga Selingkuhannya. Aku ingin tahu lebih banyak tentang mereka".
"Baik, laksanakan". Ujar orang tersebut dari sebrang
Tuuutt..
Bunyi sambungan ponsel tertutup.
Bintang akan melakukan cara apa saja, bagi orang orang yang berani menyakiti adiknya.
Keesokan harinya, rumah yang biasanya sepi mendadak ramai karena ada Tiara yang kembali di rumah ini. Meskipun Tiara pernah menikah, bagi Bintang, Tiara masih saja adik kecilnya yang manja terhadapnya.
"Selamat pagi kakakku tersayang". Ucap Tiara dengan manja kepada kakak lelaki satu satunya.
Bintang tersenyum melihat keceriaan adiknya
Semua orang yang melihat hanya tersenyum senang, mendengar suasana rumah ini berubah menjadi ramai.
Biasanya suasana Rumah sangatlah sepi, apalagi Bintang berangkat pagi dan pulang malam. Bisa dibayangkan rumah sebesar dan semegah ini, hanya di huni beberapa orang saja.
"Sudah selasai sarapannya, yuk sekarang kita berangkat". Ucap Bintang
"Loh aku berangkat sama kakak? Aku naik Taksi saja kak".
"Tidak perlu, mulai sekarang kamu harus selalu bersama kakak. Tidak ada negosiasi lagi, yuk berangkat kakak tunggu di mobil". Ucap Bintang dengan cepat meninggalkan Tiara yang sedang melongo di meja makan.
"Dasar kak Bintang, sifatnya tidak berubah. Masih sama keras kepala huu".
"Ehemm aku masih mendengar". Ujar Bintang dengan keras
"Eeh maksudku, Kak Bintang Tampan loh". Tiara terkekeh, perasaannya sangat bahagia sekarang.
****
Di kantor banyak karyawan kasak kusuk memandang ke arah Bintang dan Tiara yang keluar dari satu mobil bersama, gosip pun beredar ke seluruh penjuru kantor.
"Dasar cewek ganjen, bisa bisanya dia sekarang satu mobil sama Pak Bintang. Kayaknya dia pakai pelet deh, gk bisa di biarin ini. Dia udah kurang ajar menyepelekan peringatan kita!". Ujar Mely, siapa lagi yang iri melihat kedekatan Tiara dan Bintang. Padahal kedekatan Tiara dan Bintang hanyalah adik dan kakak saja.
"Iya dasar cewek kampung, ayo kita kasih pelajaran yang lebih dari kemarin, biar dia ngerti". Rina menimpali dengan wajah memerah karena emosi
Saat Tiara pergi ke toilet, Mely dan Rina tak menyia nyiakan kesempatan ini. Mereka langsung melabrak Tiara, kali ini Tiara sedikit terkejut dan lengah tidak siap menghindar dari serangan mereka berdua. Rina mencekal Tangan Tiara kebelakang.
Plaakkk...
Bunyi nyaring tamparan yang keras oleh Mely, Tiara hanya meringis menahan sakit dipipinya.
"Ini buat cewek kampung yang sok kegatelan deketin Pak Bintang".
Plaakk...
"Dan ini buat loh, karena kemarin lo udah nyerang kita berdua". Mely dan Rina tersenyum sinis, mereka merasa puas sudah berhasil memberi pelajaran kepada Tiara.
Wajah Tiara memerah, menampakan cap lima tangan milik Mely.
Rina melepas cekalannya dari tangan Tiara dan mendorong tubuhnya, hingga Tiara jatuh tersungkur.
"Lo inget baik baik, jangan pernah lo caper ke Pak Bintang. Kalau lo masih caper, habis lo ditangan kita berdua". Ujar Mely, seraya meninggalkan Tiara di dalam toilet.
Tiara hanya melihat kedua punggung orang yang memusuhinya pergi menjauh.
Saat kembali ke Ruangan Kerja, Bintang Mengerutkan dahi melihat pipi adiknya Memerah bekas Tamparan.
"Siapa yang berani menamparmu Tiara? Cepat katakan siapa??". Ucap Bintang dengan nada tinggi, emosinya seperti terbakar melihat bekas tamparan di pipi adiknya.
"Eemm tidak ada kak". Ucap Tiara menunduk
"Baik, kalau kamu tidak mau mengatakan biar kakak sendiri yang mencari tahu". Ucap Bintang hendak pergi, tapi tangan Tiara mencegahnya.
"Mely dan Rina, sekretaris dan staff di divisi keuangan". Ucap Tiara menunduk takut melihat kemarahan Bintang yang terpancar di wajahnya.
"Brengsek, apa mereka sudah bosan bekerja disini ha". Tangan Bintang mengepal
Gegas Bintang mengambil ponselnya, dan menghubungi asistennya.
"Tolong panggilkan Mely dan Rina dari divisi keuangan untuk segera ke ruanganku sekarang".
usulnya