Maula, harus mengorbankan masa depannya demi keluarga.
Hingga suatu saat, dia bekerja di rumah seorang pria yang berprofesi sebagai abdi negara. Seorang polisi militer angkatan laut (POMAL)
Ada banyak hal yang tidak Maula ketahui selama ini, bahkan dia tak tahu bahwa pria yang menyewa jasanya, yang sudah menikahinya secara siri ternyata...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andreane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23
Setelah menjelaskan dengan tak enak hati kalau Hazel tidak mau menemui Airin, untungnya dia bereaksi biasa saja. Maksudnya tak ada kecewa, atau sedih yang ia rasakan, malah wanita itu tampak santai dan seolah its ok, nevermind.
Dia bilang, bisa menemui Hazel di lain waktu.
Mengenai ucapan Hazel tadi siang, aku sungguh tak percaya kalau Airin ada maksud terselubung terhadap keluarga pak Aril.
Hatiku seakan di penuhi tanda tanya kenapa Airin ingin membunuh ayahnya anak-anak.
Apa di antara pak Aril, almarhumah mbak Dewi dan dia terlibat cinta segitiga? Karena Airin tidak bisa memiliki pak Aril, dia akhirnya marah dan ingin menghabisinya saja?
Begitukah?
Ah... Aku ingin sekali memberi tahu bu Ella tentang niat jahat Airin, tapi aku sendiri tidak memiliki bukti apapun, hanya pengakuan Hazel saja itupun dari mulut seorang anak kecil.
Mau mencari tahu, tapi dari mana memulainya, aku sama sekali tak mengetahui latar belakang Airin dan juga masa lalu almarhumah mbak Dewi dan juga pak Aril.
Lantas apa yang akan ku lakukan jika yang di katakan Hazel terbukti?
Jangan, ayahnya Naka dan Hazel nggak boleh meninggal, kasihan mereka nanti. Mereka sudah kehilangan bundanya, jangan sampai kehilangan ayahnya juga.
Bibirku mengerut dengan agak sedikit mengerucut ketika sebuah pesan masuk ke ponselku, otomatis membuat fikiranku terganggu
Naomi, dia lagi-lagi memintaku untuk segera mengirimkan uang.
Detik itu juga ku buka aplikasi mobile banking lalu mentransfer sejumlah uang ke rekening bu Iin. Orang yang sangat aku percaya, yang sudah menjadi tetanggaku sejak ibuku masih hidup.
Aku tahu karena bu Iin berulang kali menceritakan masa kecil dia dan ibuku padaku. Aku jadi tahu kalau bu Iin dan ibuku adalah teman baik. Dan Lewat bu Iin nanti dia yang akan memberikan uang itu ke ayah.
Selesai mengirim uang, aku iseng membuka aplikasi whatsap. Di ikon story, ku lihat ada mr F yang sekitar tiga puluh menit lalu membuat snap.
Aku menimbang-nimbang apakah harus membuka snapnya atau tidak.
Jika ku buka dan melihatnya, nanti dia jadi kepedean, ada rasa gengsi juga kalau aku ketahuan kepo padanya. Tapi kalau tidak ku buka, jiwa penasaranku terus meronta-ronta.
Mengingat pria itu sama sekali tak menelfonku semenjak kepergiannya sekitar satu bulan lalu, otomatis membuatku keluar dari aplikasi hijau tersebut.
Akan tetapi, rasa ingin tahuku malah kian menjadi. Aku akhirnya kembali membuka aplikasi whatsap dan tanpa pikir panjang langsung melihatnya.
'Bayanganmu ada dalam fikiranku, dan langkahmu selalu mengikutiku'
"Untuk siapa snap itu?" Gumamku seraya berfikir. "Untuk istrinya?"
Larut dalam lamunan, aku di kejutkan oleh suara ponsel, di sana muncul mr F yang memanggilku.
Ku telan salivaku sembari menormalkan debaran jantungku.
Pasti dia tahu aku membuka snapnya, kemudian langsung menelfonku.
"Halo, ada apa?" Ketusku. Aku marah, tapi ada rasa senang juga karena dia menelfonku.
"Belum tidur?" Tanyanya cuek.
"Belum"
"Gimana? Sejauh ini masih ingat pesanku, kan?"
"Pesan apa?" Tanyaku tak paham.
"Nggak tidur dengan pria lain kan?"
"Kenapa lama-lama kamu semakin kurang ajar? Kamu masih menganggapku wanita nakal? Jangan temui aku lagi kalau prasangka burukmu tentangku masih ada dalam hati dan pikiranmu"
"Kenapa jadi ngegas, aku cuma ngingetin saja, kenapa tersinggung"
Ingin sekali aku mematikan ponselnya, tapi aku masih ingin dengar suaranya.
Mendadak aku juga teringat akan percintaan kami, rasanya aku sudah tidak sabar lagi ingin menemuinya untuk bercinta dengannya
"HALO" Sapanya dengan agak sedikit menekan.
Aku diam, masih enggan menyahutnya.
"Halo. Kamu dengar suaraku kan?"
"Iya"
"Kenapa diam saja, ngomong A doang bayar loh, jangan sia-siain telfonku"
"Ngomong apa? Aku capek. Kamu saja yang ngomong" Nada suaraku melemah. Jika untuk berdebat, sungguh aku tak memiliki tenaga lagi. Lagi pula nggak ada gunanya juga berantem lewat telfon.
"Memangnya ngapain aja seharian?"
"Ya kerja, lah"
"Aku juga kerja, tapi biasa saja"
"Terserah kamu" Kesalku. Benar-benar tak ada perhatiannya barang sedikit. Entah kalau pada istri sah.
"Kapan pulang?" Tanyaku setelah sempat diam sesaat.
"Kenapa? Kamu merindukanku?"
"Nggak kenapa-kenapa, cuma nanya doang"
"Kangen pasti kan?"
"Ngapain ngangenin suami orang"
"Ngapain ngangenin suami orang, kamunya malah nikah sama suami orang" Ledeknya, pria itu pasti sedang tersenyum licik saat ini.
"Nggak apa-apa, yang penting setelah hutangku lunas, kita bisa cerai"
"Memangnya siapa yang mau menceraikanmu?"
"Ya siapa lagi kalau bukan kamu, orang kamu suamiku"
"Yakin banget aku mau menceraikanmu"
"Maksudnya apa?" Tanyaku sedikit membenarkan posisi dudukku. "Kenapa nggak menceraikanku, kamu kan ada anak istri, hutangku lunas ya udah, bye-bye"
"Kalau aku nggak menceraikanmu gimana?"
"Aku yang akan mengajukan khulu" Sahutku konstan.
"Khulu, apa itu?"
"Kamu nggak tahu khulu?" bibirku tersenyum miring. "Kasihan deh, kemana aja selama ini?"
"Ckkk kamu mengejekku, Maula?"
"Enggak kok"
"Terus apa itu khulu?"
"Searching aja di google"
"Kelamaan"
"Masa iya nggak tahu khulu. Khulu itu pengajuan talak dari pihak istri. Memangnya cuma suami doang yang boleh mengucap kata cerai. Jangan salah, istri juga bisa"
Setelah mendengar penjelasanku dia diam. Yang ku tangkap hanya suara hembusan nafasnya saja"
Lagi-lagi aku pun teringat suara pak Aril dari telfonnya kepala sekolah Naka. Bedanya, suaranya pak Aril terdengar lembut di telingaku, kalau yang ini terkesan galak tapi tegas.
sama aku pun juga
next Thor.... semakin penasaran ini
maaf kalo suuzon ya Rin
abisnya kamu jahat seh