"Dua kali lipat usaha, sepuluh kali lipat keuntungan!"
"Kamu sudah ketinggalan zaman. Angkatan Laut baru saja memperbarui sistem mereka ke 200 kali lipat!"
"Apa?! Jadi kalau kru bekerja dua kali lebih keras, kaptennya mendapat keuntungan sepuluh kali lipat?"
"Tidak masalah! Seperti yang kita semua tahu, Sistem Kapten adalah sistem terbaik, dan aku—Lion D Andi—juga kapten yang hebat!"
---
Andi terbangun di dunia bajak laut dan tanpa sengaja membangkitkan Sistem Kapten. Dengan sistem ini, usaha para krunya berlipat ganda, sementara keuntungannya melesat hingga ke langit!
Dari perairan Lautan Timur hingga Samudra Dunia Baru...
Dari seorang Pahlawan hingga menjadi Raja Bajak Laut
Dari buronan dengan hadiah 8 juta hingga menjadi legenda bernilai 10 miliar Bailey...
Saat Andi menoleh ke belakang, lautan telah dipenuhi mayat para bajak laut. Dan di sisinya, berdiri kru yang telah menjadi legenda:
Thief Cat, Shura, Black Foot, Dan Lain - lain
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimpi Fiksi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 : Api Amarah dan Persekongkolan di Pelabuhan
Langit di atas pelabuhan mendung, seolah mencerminkan ketegangan yang terjadi di Pelabuhan Rav.
Angin laut membawa aroma asin yang bercampur dengan bau keringat.
Kolonel tikus dengan kumis tikusnya ingin segera menampar wajah Palu, lalu berbalik, menatap Andi dengan senyum menjilat.
Mata Andi menyipit, mencoba memahami permainan yang sedang dilakukan oleh Kolonel Tikus.
“Tadi aku salah mengingatnya,” ujar Kolonel Tikus dengan nada menjilat. “Bukan hal yang aneh bagi seseorang dari Samudra Baru untuk kembali ke Lautan Timur seperti Letnan Jendral Garp yang sering kembali.”
Andi tetap diam.
Dia perlahan memengan gagang pedangnya, sambil menunjukkan ketidakpedulian terhadap Kolonel Tikus.
Namun, dia tahu kolonel Tikus telah mengenali identitasnya sebagai Bajak Laut.
"Kalau begitu, tampaknya masalah ini hanya kesalahpahaman." Ucap Andi.
Si Tikus mengangguk berulang kali, dengan wajahnya yang sedikit memucat, sambil berpikir.
"Ia telah melihat banyak Bajak Laut di Lautan Timur, tapi pada saat menghadapi seseorang dengan harga Bounty sebesar Rp. 50 juta Bery ? Itu gila."
Di sudut matanya, dia juga menangkap siluet seorang pria tinggi dengan pisau cakar di sepuluh jarinya.
Seketika Kolonel Tikus merasakan jantungnya berdegup kencang. "Itu Kuro bukan ???". Keringat dingin mengalir di pelipisnya.
Dia baru saja menyombongkan diri, dan kini pemilik asli reputasi mengerikan itu berdiri tepat di hadapannya.
Namun sebelum Kolonel Tikus bisa berbicara, tiba-tiba udara di sekitar mereka berubah dingin.
WUSHH!
Palu, pria bertubuh besar dengan zirah tebal di tangannya, berdiri gemetar.
Dia mengusap hidungnya yang berdarah dan menatap telapak tangannya.
“Darah…? Aku berdarah?”
Wajahnya mendadak pucat.
Lalu, api biru kehijauan meletup dari balik zirahnya.
“Ini buruk!” seru Ajin, wajahnya menegang.
Dia tahu kelemahan fatal Palu—begitu dia terluka, dia kehilangan kendali.
Tiba-tiba, Palu mengangkat perisainya tinggi-tinggi dan menghempaskannya ke arah Kolonel Tikus.
"Tolong! Tolong!"
Namun sebelum serangannya mencapai target, sebuah tongkat besi melesat ke depan dan menghantam perisai Palu dengan kekuatan brutal.
BANG!
Perisai itu pecah, dan tubuh Palu terpental beberapa meter sebelum jatuh tak sadarkan diri.
Ajin menurunkan tongkat besinya, matanya tajam dan penuh perhitungan.
Para penjaga pelabuhan gemetar.
Mereka menyadari sesuatu— bahwa orang ini bukan sekadar petarung biasa.
Di tengah ketegangan itu, Kolonel Tikus menyadari sesuatu yang lebih buruk yaitu Celananya basah.
Dengan suara bergetar, dia berkata, “Kerja bagus… Aku akan memberimu uang dan menaikkan pangkatmu! Tidak, aku akan memindahkanmu ke bawah komandoku!”
Ajin hanya mengerutkan kening. “Kami masih butuh Anda untuk membuktikan identitas kami, Kolonel”
Kolonel Tikus tergagap, lalu buru-buru menghubungi seseorang melalui Den Den Mushi.
Setelah percakapan singkat, dia menyerahkan telepon itu ke Gaz.
Gaz mendengarkan suara di seberang, wajahnya berubah semakin gelap dan dia menatap Kolonel Tikus dengan jijik.
"Bukankah orang ini bajingan yang bekerja sama dengan bajak laut Aoran di Cocosia? Sialan!"
Setelah menutup telepon, Gaz menarik napas panjang dan menatap Andi. Sambil berkata.
“Ini semua Kesalahpahaman, Kita sudahi di sini saja.”
Dengan itu, dia berbalik dan pergi, diikuti oleh pengawal nya.
Kolonel Tikus juga tak ingin berlama-lama. Dia menoleh pada bawahannya. “Kita pergi! Sekarang juga!”
“Tapi Kolonel, perbekalan kita—”
“Jika kita tetap di sini, kita semua akan mati!” tindasnya.
Dengan cepat, mereka bergegas meninggalkan pelabuhan, meninggalkan Andi, Ajin, dan Kuro berdiri di sana.
Kuro menjilat bibirnya, menatap Ajin dengan penuh minat.
“Ajin, ya?”
Andi mengangguk sambil berkata.
“iya, Dia adalah Manusia Hantu Ajin, Bountya 12 juta Bery, Kapten petarung nomor satu di Bajak Laut Crik.”