NovelToon NovelToon
Casanova Kepincut Janda

Casanova Kepincut Janda

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Perbedaan usia / Romansa-Percintaan bebas
Popularitas:184.8k
Nilai: 5
Nama Author: Wiji

Bari abdul jalil, nama yang religius. Kedua orang tuaku pasti menginginkan akun tumbuh menjadi pribadi yang sesuai dengan nama yang diberikan. Tapi kenyataan justru sebaliknya. Saat dewasa justru aku lupa dengan semua ajaran yang diajarkan oleh mereka di waktu kecil. Aku terlalu menikmati peranku sebagai pecinta wanita. Hingga suatu ketika aku bertemu dengan seseorang yang sangat berbeda dari wanita yang aku pacari.
Mau tahu apa bedanya? dan bisakah aku mendapatkan apa yang aku mau?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wiji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

Sejak tadi hingga kini aku tak henti-hentinya memikirkan apa yang diucapkan Firdaus. Di tengah dentingan sendok dan piring makan malam, aku menyuapkan sesendok demi sesendok nasi sambil kepala yang berfokus pada obrolan ku dan Firdaus tadi siang.

"Maaf sebelumnya, saya berbicara seperti ini sebagai teman tuan. Tidak sebagai atasan dan bawahan. Tidak seharusnya tuan berspekulasi sendiri seperti itu. Seperti yang saya bilang tadi. Apa yang kita lihat belum tentu benar, belum tentu apa yang kita pikirkan sama dengan kenyataannya. Jika kita ingin tahu kenyataan yang sebenarnya, maka kita harus cari tahu. Setelah kita tahu, maka kita bisa memutuskan tindakan apa yang harus kita ambil. Tuan belum tahu betul bagaimana dan apa status Arumi, tapi tuan memutuskan untuk pergi dari hidupnya. Penyesalan tidak pernah datang di awal tuan."

"Ok, lupakan soal pria itu. Anggap saja apa yang lo bilang itu benar. Bagaimana dengan anak kecil itu? Gue lihat dia ajak anak itu ke taman pas hari minggu. Anggap saja dia keponakan? Kenapa harus sama Arumi? Kenapa nggak sama orang tuanya saja? Entah kenapa gue memiliki keyakinan penuh kalau Caca dan Arumi itu anak dan ibu. Mata meraka sama banget, sama-sama cantik, bola mata hitam legam, bulu mata yang lebat dan lentik." Aku menceritakan sambil menerawang keindahan mata Arumi dan Caca yang memang sama-sama cantik dan indah.

"Bisa aja di itu anak dari kakaknya? Apa gunanya tuan memiliki anak buah banyak dan dimana mana tapi nggak digunakan? Kenapa nggak minta bantuan mereka saja untuk mencari tahu jati diri Arumi? Ke mana perginya semangat tuan Bari yang dulu? Semangat yang membara untuk mendapatkan banyak wanita?"

Jujur saja, semangat ku kembali bangkit ketika aku mendapatkan semangat dari Firdaus. Entah kemana perginya otakku selama seminggu ini, kenapa aku tak terpikirkan untuk mencari tahu latar belakang Arumi. Mungkin saja aku terlalu terfokus dengan sakit ku hingga tak bisa berpikir jernih.

"Bar, mikir apaan sih? Kesambet kamu nanti, perasaan kamu beberapa hari terakhir kayak nggak ada otak, bengong mulu isinya. Jangan-jangan kamu kena guna-guna lagi."

"Astaghfirullah ibu, jahat bener sama anak. Kak bari bukan kena guna-guna. Tapi kayak lagi patah hati," ucap Farah dengan bisikan namun aku masih jelas mendengarnya.

"Halah, Bari kok patah hati. Nggak mungkin ngerasain itu kalau dia benar-benar nggak jatuh cinta sama wanita."

Dari pada mendengar mereka membicarakan ku lebih baik aku ke kamar saja. Aku harus memikirkan kembali kata-kata Firdaus. Sepenting itukah aku harus mencari tahu sosok Arumi. Bagaimana jika nanti hasilnya sama seperti yang aku pikirkan. Sakit hatiku pasti akan menganga semakin lebar. Tapi bagaimana jika apa yang aku pikirkan ini salah? Ah masalah ini membuatku semakin pusing saja.

Kebanyakan memikirkan ini membuat ku semakin susah sendiri. Baiklah, aku akan meminta bantuan pada anak buahku untuk mencari tahu sosok Arumi. Aku harus berani dan menerima konsekuensinya, apapun hasilnya aku akan berlapang dada untuk menerima. Tidak ada ceritanya seorang Bari berubah menjadi penakut seperti ini.

Selesai aku menghubungi salah satu anak buahku. Aku beranjak tidur, malam ini ingin sekali aku bisa tidur dengan nyenyak tanpa gangguan dari arah mana saja. Baru saja beberapa detik mataku terpejam, bayangan wanita yang sedang di siksa suaminya itu kembali menari-nari di pelupuk mata.

Lelah dengan mimpi yang sama dan sangat menganggu pikiran ku. Akun putuskan untuk memutar lagu religi dari ponselku dengan harapan aku bisa tidur dengan tenang.

*

Samar-samar aku mendengar ayam berkokok dari kejauhan. Aku tak tahu siapa pemilik ayam tersebut. Di kompleks begini ada yang pelihara ayam? Ah entahlah. Untuk apa aku memikirkan hal yang tidak berguna seperti ini.

Syukurlah aku bangun dengan tubuh yang lebih segar dan bugar. Itu artinya aku semalam tidur dengan nyenyak. Aku membuka lemari untuk ganti pakaian yang lebih layak untuk ibadah. Baru saja dalam merasakan ketenangan dalam tidur, aku tak sengaja melihat gamis pink yang akan aku berikan untuk Arumi. Ah rasa rinduku rasanya sudah ingin meledak dari kepala dan hatiku.

Tiba-tiba saja terlintas di kepala ku untuk melihat Arumi dari jarak jauh, seperti yang aku lakukan dahulu. Baiklah, aku akan berangkat pagi-pagi dan memantau keadaan rumahnya, tak apa melihat dari jarak jauh. Yang penting aku bisa melihat dirinya.

"Tumben Bar pagi banget? Masih jam tujuh loh ini. Sarapan dulu," protes ibu.

"Aku sarapan roti aja. Ada yang penting bu. Bye, assalamu'alaikum." Aku melenggang pergi dengan langkah lebar. Saking lebarnya, aku sampai tak mendengar ibu menjawab salamku.

Aku tak pernah berangkat ke kantor sepagi ini, jadi sangat jarang aku menikmati matahari pagi yang sedang hangat-hangatnya. Rupanya jalanan sedikit lebih lengang ketika jam segini.

Aku sedikit membuka kaca cendela agar bisa menikmati udara dan angin pagi. Sudah banyak anak sekolah yang berlalu lalang memenuhi jalan raya. Tak sengaja aku melihat seorang remaja SMA yang sedang duduk di atas motor berdua dengan kekasihnya.

Meraka terlihat mesra, sama seperti diriku dahulu. Aku tersenyum kecil melihat tingkah remaja sekarang ini. Aku geli sendiri, karena aku juga sama alay nya seperti mereka. Berpelukan di atas motor tanpa sungkan dan malu padahal sedang berada di tempat umum.

Sudah lima menit aku berdiam diri di mobil seraya memandangi rumah sederhana orang tua Arumi. Rumahnya sungguh sederhana untuk seorang dokter seperti dirinya. Bahkan rumah itu hanya satu lantai dan ada garasi di samping rumah sederhana itu. Jika di lihat dari luar rumah Arumi memang sederhana tapi cukup besar.

Kesabaran ku akhirnya membuahkan hasil, akhirnya Arumi keluar rumah namun masih menggunakan pakaian rumahan. Wajar saja, masih jam tujuh lebih, belum waktunya dia untuk ke rumah sakit.

Akhirnya rasa rinduku mencair sudah. Aku sangat lega dan seakan bisa bernafas dengan leluasa. Tidak ada yang tahu betapa aku bahagia bisa melihat Arumi kembali setelah seminggu lebih tak melihat mata indahnya.

Tapi tunggu, dia mau kemana mengeluarkan motor? Caca? Dia mau antar caca sekolah? Tidak bisa, aku harus mengikuti meraka dan mencari tahu ada hubungan apa meraka.

Ternyata benar dugaanku, Arumi mengantar Caca ke sekolah. Setelah memastikan bahwa Caca sudah masuk ke lingkungan sekolahan, Arumi kembali pulang. Tak mau buang kesempatan langka ini, aku segera turun dan berlari ke sekolah Caca.

"Caca," teriakku dari gerbang.

Aku melambaikan tangan tanda memanggilnya agar ke arah ku.

"Ada apa om? Om Bari kan? Om kemana aja? Kok nggak pernah ke masjid lagi?"

Ah anak ini, mengingatkan aku pada Farah saat kecil. Sangat cerewet dan banyak tanya.

"Kangen sama om?" tanyaku basa basi seraya berjongkok menyeimbangi tinggi badan anak itu.

"Nggak ada yang nemenin main lagi. Jadi nggak rame, nggak ada yang ceritain dongeng-dongeng lagi," keluh anak polos itu.

"Maaf ya, om lagi sibuk. Oh ya tadi Ngomong-ngomong kamu di antar siapa ke sini?"

"Sama bu...."

"Jangan bicara dengan orang asing Caca. Ayo masuk ke kelas."

Anak itu mengangguk patuh lalu berlari ke sekolah. Aku yang hapal betul dengan suara itu seketika berdiri dan memutar tubuh ke arah belakang.

"Maaf sebelumnya, ada keperluan apa dengan Caca?"

"Anak itu siapa mu Rum?"

"Anakku."

Bluusssh

Pedang yang tajam seakan menembus jantung dan relung hatiku.

Bersambung.

1
Harjanti
lha tegas gitu dong bari..
Ani Yuliana
itu dia 5thn baru hamil, keguguran, trus rahimnya d angkat sis 🙏
Harjanti
arumi belagu...
Duda Fenta Duda
bukan kumpul sapi bari tapi kumpul monyet😁😁
Kusii Yaati
celap celup tp di bibir sama aja bohong bari,itu bibir kamu bekas lumatan cewek2 kamu🙉
Erlinda
kok aq seperti membaca diari ya bukan novel
langit
mantap cerita nya
langit
apakah tasbih? benda kecil yg dimaksud?
Fitriyani
bgtu syng nya Arkan sm istrinya,tp bs bgtu brutalnya Dy SM Arumi,,,🤦
emang sih Dinda org yg Dy cinta,tp bs Dy lgsg brubah psiko SM Arumi..
Fitriyani
untung tiba2 Aksan bs menyikapi bijak...
Fitriyani
apa sih krj Arkan tu Thor,kq Dy bs LBH brkuasa gt dr bari....
Fitriyani
mgkin sebagian orang akan menganggap sikap Arumi salah n brlebihan,tp mnrt q,,sikap Arumi udh benar.mengingat gmn sikap Arkan terdahulu.klo q ada d posisi Arumi,aq jg akan mlkukn hal yg sm,aq g akan rela org yg dulunya g prnh mngakui ank,bhkn mnyiksa lahir batin,skrg tb2 dtg butuh pengakuan,,
mamp*s aja Lo Arkan😠
Fitriyani
jgn bilang nti xan sibuk mau ngrebut hak asuh Caca y.....
Abid
Biasa
linamaulina18
BNR t ibu, msh single blm tentu menjaga k hormatnya
linamaulina18
lumayan
linamaulina18
jgn2 anknya dokter yg bercadar itu lg
linamaulina18
🤣🤣🤣🤣
linamaulina18
bgs deh kirain ska celap celup
linamaulina18
selain tampan dirimu ska celap celup jg gt aja bangga ckckck
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!