Warning!!!!!!!!
ini adalah novel yang sangat menguras emosi bagi yang tahan silahkan di lanjut kalau yang tidak yah, di skip aja
kalo mental baja sih aku yakin dia baca!!
Tak bisa memberikan anak adalah sesuatu yang sangat menyakitkan bagi seorang wanita. Hal itu bisa meruntuhkan hubungan baik yang sudah tertata rapi dalam sebuah ikatan pernikahan. Dia adalah Rika, wanita yang berhayal setinggi langit namun yang di dapatkannya tak sesuai ekspektasi.
Dirinya mandul? entahlah, selama ini Rika merasa baik-baik saja. lalu kenapa sampai sekarang ini iya masih belum punya anak?
Mungkin ada yang salah.
Yukk!! ikuti kisahnya dalam menemukan kebenaran.
Kebenaran harus diketahui bukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrena Rhafani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 19
Rika masih menutup mata dalam lelapnya. Kini malam sudah tiba, dan dia belum siuman juga. Dokter pun sudah datang empat kali memeriksanya. Hal yang sama terus iya katakan. Rika akan sadar ketika iya ingin sadar.
Hal itulah yang kini menjadi buah pertanyaan dalam diri seorang Reyhan yang masih terbilang lajang dalam umurnya yang sudah tak lagi muda.
Umurnya sebentar lagi akan menginjak kepala tiga dan iya masih sendiri. Itulah sebabnya mengapa Omanya ingin sekali Reyhan menikah secepatnya.
Akan sadar jika iya ingin sadar. Berarti Rika sendiri yang tak ingin bangun dan melihat semuanya. Entah apa yang membuatnya tertekan sampai jadi begini.
Kondisinya sekarang, benar-benar menarik simpati Reyhan yang terkenal tak pernah dekat dengan wanita itu.
Sekilas Rika menggerakkan alisnya. Reyhan yang sedari tadi duduk di samping melihatnya. Pria itu pun menyengir. Ide jail pun hinggap di otaknya. Iya mendekatkan kepalanya sembari berbisik.
"Hey wanita pemarah, jika kau tak bangun, aku akan menyuruh bawahanku untuk menangkapmu,"
"Jangan!!!!"
"Jangan menangkapku!! Aku akan melapor ke polisi!"teriak Rika yang tiba-tiba terbangun dari pingsanya.
Bisikan Reyhan ternya sangatlah manjur. Rika yang tadinya pingsan langsung terlonjak bangun dibuatnya.
"Hahhaahah ...!! Ahahahah ...!!"
"Ternya begitu cara membangunkanmu ahahha ...!!"tawa lepas Reyhan.
Iya mencubit kedua pipi Rika dengan tawa yang menjegelegar.
"Ahhh ...! Sakitt ...!! Sakittt!! Lepaskan aku!" Jerit Rika kesakitan.
Reyhan pun melepaskan cubitannya. Rasa gemes menghampirinya seketika.
"Kau bodoh dan lucu sekali."ungkapnya.
"Kau jahat! Aku akan meminta polisi untuk menangkapmu."cakap Rika.
Iya memegangi kedua pipinya yang terlihat merah.
"Terserahmu, silahkan suru mereka semua mengepungku."
Suasana jadi kembali tenang sekarang. Rika kini menampakkan wajah sedihnya. Entah apa lagi yang membuatnya seperti itu. Reyhan enggan bertanya, meskipun iya menyadari ekspresi wanita yang sedang duduk di ranjang pasien itu.
"Hey, apa kau lapar?"tanya Reyhan memecah suasana.
Rika hanya menggeleng tanpa melirik ke arah orang yang menanyainya.
"Makanlah, ini semua aku bayar pakai uang. Bukan pakai daun."
"Ini juga tak geratis!"
Perkataan Reyhan itu membuat Rika menatapnya dengan ketus.
"Lalu kenapa kamu menolong ku? Pantas saja kau cepat kaya. Ternyata begitu yah caranya. Pura-pura menolong orang, lalu meminta ganti rugi."
"Terserahmu, yang penting sekarang kau makan."tegas Reyhan tak mau tau. Iya kemudian mengambil semangkuk bubur yang terletak di atas nakas.
Rika melahapnya karena memang perutnya sedang keroncongan sekarang.
"Aku akan pergi. Setelahnya, perawat akan datang dan menjagamu."pungkas Reyhan Lalu bergegas pergi.
"Tunggu!"henti Rika.
Reyhan menghentikan langkah mantapnya tanpa menoleh ke arah sumber suara.
"Kenapa anda membantuku?" Tanya Rika sembari menatap punggung pria yang sedang membelakanginya itu.
"Anggap saja ini sebagai ucapa terimah kasihku, karena kamu mau membantuku datang ke pesta itu " kata Reyhan lalu melanjutkan langkahnya.
****
Keesokan paginya, Dion mendatangi kamar Rika yang berada di lantai atas. Ruangan itu tampak masih rapi dan tak ada tanda-tanda Rika berada di dalamnya semalam. Dion juga sudah mengecek di kamar mandi maupun di ruang ganti baju, tapi hasilnya nihil. Iya sama sekali tak menemukan keberadaan istrinya.
Kini Dion sudah berada di lantai bawah ruang keluarganya. Dengan marah, iya berjalan bolak-balik layaknya setrika. Melihat suaminya yang tampak sedang kesal, Reta pun menghampirinya. Karena penasaran, iya pun bertanya.
"Kenapa sih Mas? Kok jengkel gitu,"
Dion pun menghentikan langkahnya. "Ituloh Rika, masa semalaman iya gak pulang."dengusnya.
"Hahhhh! Kok bisa sih?"kaget Reta campur tawa di bibirnya.
"Mas yakin, semalam dia pasti tidur di tempat lain. Kata mama sih pergi jalan-jalan sama teman-temannya, tapi masa sampai sekarang gak balik." Omel Dion.
Tanpa bukti Iya sudah menerka apa yang telah dilakukan istrinya. Rika bahkan tak mengabari Dion sama sekali. Hal itulah yang tambah membuatnya berfikir sesat.
"Jangan-jangan, dia tidur di tempat selingkuhannya lagi Mas," tebak Reta memperkeru suasana hati.
"Hahhh? Yang benar kamu?"
"Yah siapa tau, lagian dia kan gak pulang semalam."
"Istrimu itu memang gak punya harga diri."tambah Reta menjelekkan nama.
Dion jadi tambah marah sekarang. Yang dikatakan Reta itu ada benarnya. Siapa yang tau Rika tidur di mana tadi malam? Dengan siapa? Dan apa yang dilakukannya?
Kini hati Dion campur aduk dibuatnya. Andaikan Rika ada di hadapannya sekarang ini, pastinya iya akan mengatainya sepuasnya.
"Sudahlah Mas, dia juga bakalan pulang kalau dia punya rasa malu. Ini, mas minum dulu."kata Reta menenangkan suaminya. Iya juga memberikan segelas air untuknya.
Selang beberapa menit kemudian, Rika pun memunculkan batang hidungnya. Dengan langkah yang masih linglung iya berjalan melewati suaminya.
Reta tersenyum licik melihat keduanya."yes, sebentar lagi perang Rumah tangga akan berlangsung. Mudah-mudahan sampai pisah deh, supaya aku bisa jadi istri satu-satunya sekaligus bisa menjadi nyonya di rumah impianku ini."batinnya.
Dion menatap tajam ke arah Rika. Tatapannya seperti burung elang yang siap sediah menerkam mangsanya. Betapa marahnya iya sekarang.
Rika mengacuhkannya, istirahat baginya lebih penting untuk sekarang ini. Berdebat dengan mas Dion karena iya tak menemaninya di rumah sakit, nanti saja. Rika bahkan belum punya tenaga untuk meladeninya.
"Dari mana kamu?"tanya Dion dengan nada menggebu-gebu. Suaranya seakan ngos-ngosan Karena menahan amarah besar yang akan keluar itu.
Rika bahkan tak meliriknya. Iya segera ingin menyusuri tangga untuk naik ke kamarnya.
"Hey wanita MANDUL!! Aku bertanya."
Srekkk!!
Sungguh perkataan yang menyakitkan rasanya perih dan sangat pedih
Kenapa dikatai mandul itu sakit sekali rasanya. Apalagi dikatai oleh suami sendiri, rasanya seperti hati yang disiramkan bara api.
Rika sempat menghentikan langkahnya. Air matanya masih berusaha iya tahan. "Sudahlah jika aku meladeninya, amarahnya pasti akan tambah jadi."batinnya berusaha menguatkan hati.
Rika kembali melangkahkan kakinya. Kini iya sudah berada di tengah-tengah tangga itu.
"Hey wanita bodoh!! Apa kau tuli? Jadi begitu cara orang tuamu mendidikmu!! Berhenti di sana!"teriak Dion. Amarahnya kini mencapai puncaknya.
Dengan langkah yang gesit iya menyusul Rika yang sedang berdiri di tengah-tengah tangga itu.
Rika terkejut, dihadapannya kini berdiri suaminya yang penuh kemurkahan.
"Plaakkk ...!!"tamparan keras pun mendarat ke wajah Rika hingga iya tersungkur jatuh terguling-guling di tangga.
"Aaaaaaahhhhh ...!!"jeritnya. Kepalanya tampak mengeluarkan banyak darah.
Dion panik melihat itu. Segera iya berlari menyusuri anak tangga menghampiri istrinya yang sudah terkapar di lantai bawah.
Reta tak diam saja, iya juga ikutan panik dan berlari ke arah Rika.
Rika perlahan memegangi kepalanya yang terus mengeluarkan darah. Pandangannya seketika buram. Wajah panik kedua orang itu tak lagi jelas di matanya.
Sudahlah. Mungkin dia lelah
............ happy reading........
jangan lupa like and vote nya yah komennya juga. penulis pengen tau nih gimana sih pendapat kalian tentang perilaku buruk suami Rika itu?
skip lah.. bosan