Arden membenci wanita gendut yang merupakan teman masa kecilnya. Permusuhan itu semakin menjadi ketika Kayla bertunangan dengan pria bernama Steve. Selain kebencian, ada yang aneh dari sikap Arden ketika bertatapan dengan Kayla. Hasrat untuk memiliki wanita itu timbul dalam benaknya.
Sekuel dari Istri Rasa Simpanan.
Follow IG : renitaria7796
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renita april, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Misi Kayla
Kayla yang diet, tetapi Raka yang menderita. Enam hari dalam seminggu ia turut mengonsumsi makanan sehat tanpa rasa yang disiapkan oleh Bela.
Nasi merah yang belum terbiasa ia makan. Dada ayam tanpa kulit yang direbus tanpa garam. Sayuran berupa lalapan dan kadang-kadang juga direbus serta buah-buahan.
Jika ingin diet Kayla berhasil, Raka dan Bela harus turut ikut memakan apa pun yang telah dihidangkan. Sebenarnya Raka bisa saja makan di luar, tetapi ia merasa bersalah. Putrinya tengah berjuang dan ia harus menemani. Anggap saja kalau mulai sekarang ia akan menjalani hidup sehat.
Jadwal makan pagi telur rebus dan buah alpukat yang ditaburi wijen. Bagi yang belum terbiasa Kayla merasa itu sangat menyiksa. Namun, ia melihat Raka dan Bela yang melahapnya dengan santai. Kayla pun menuruti.
"Nanti juga terbiasa," ucap Bela.
"Sudah mau satu minggu. Kayla belum juga terbiasa," sahutnya sembari menyuapkan sepotong buah alpukat.
"Lihat Papa." Raka menyuap dua potong sekaligus.
Kayla tertawa dan ia melahap habis potongan buah. "Lumayan."
"Makan siangku sudah siap?" tanya Raka pada istrinya.
Bela mengangguk. "Nasi merah dan salmon. Aku menambahkan sambal terasi."
"Itu enak," sahut Raka. Setidaknya ada sambal.
"Aku ingin mengajak Kayla mendaki gunung," kata Bela.
"Apa? Gunung?" Raka terbelalak mendengarnya.
"Di luar kota. Apa kamu mengizinkan?"
Raka menggeleng cepat. "Tidak boleh. Kalau tersesat bagaimana? Aku punya anak dan istri masing-masing satu. Kalau kalian hilang, aku tidak punya gantinya."
"Ucapanmu mengharapkan aku dan Kayla menghilang? Dasar lelaki! Mereka sama saja." Bela mendengus, lalu pergi dari ruang makan.
"Eh, Sayang! Bukan begitu maksudku," seru Raka.
"Papa ingin menikahi lagi?" tanya Kayla.
"Tidak! Jangan salah paham, Nak. Kamu tunggu di sini. Papa akan bujuk mamamu."
Raka ikut menyusul istrinya masuk ke dalam kamar. Kayla tertawa melihat tingkah dari keduanya yang kadang membuat iri. Kayla juga salut dengan kisah cinta orang tuanya. Dua sahabat menjadi satu dalam ikatan pernikahan. Andai Kayla juga bisa menemukan pria yang mencintai dirinya dengan segala kekurangan.
Ide naik gunung juga tidak buruk. Kayla pernah membaca artikel tentang itu. Naik gunung tentu bisa membantu menurunkan berat badan. Kayla ingin mencobanya dan ia harus mencari daerah yang tepat untuk itu.
"Bogor," gumam Kayla. "Aku harus ke sana. Ada banyak gunung di Jawa Barat yang aman untuk pemula. Aku harus ke sana."
Kayla bangun dari duduknya. Ia melangkah masuk ke dalam kamar kemudian membuka lemari pakaian. Selama satu bulan, ia akan tinggal di rumah kerabatnya. Anggap saja liburan sambil diet. Dengan begini, berat badan ideal didapat dan pikiran juga tenang.
"Kay!" panggil Raka.
"Kayla di kamar," jawabnya sedikit keras.
Mendengar sahutan Kayla, Raka berjalan menuju kamar. Ia masuk saja karena pintu tidak tertutup, dan Raka mengernyitkan kening melihat Kayla berkemas.
"Mau ke mana?" tanya Raka.
"Bandung."
"Kenapa mendadak sekali? Mau ngapain ke Bandung?"
"Naik gunung," jawab Kayla.
"Apa?"
"Kayla ingin liburan, Pa. Di sana juga Kayla akan tinggal di rumah paman Rizal. Bukannya itu sepupu kita?" ucap Kayla.
"Papa akan suruh mama menemanimu."
"Kay akan tinggal di sana selama sebulan."
Mata Raka terbelalak mendengarnya. "Sebulan? Ya ampun, Kayla! Kamu jangan merepotkan dengan tinggal di rumah orang meski itu keluarga sendiri."
"Kayla akan tinggal di rumah sewa atau apalah itu yang penting Kayla bisa ke Bandung."
"Kamu anak satu-satunya Papa. Kalau hilang bagaimana?" tanya Raka.
Kay menatap wajah Raka. "Kayla bukan anak kecil. Papa selalu begitu."
"Jelas, dong. Kamu putri semata wayang Papa."
Sepertinya ini tidak mudah bagi Kayla. Ini sama ketika ia memutuskan tinggal di apartemen dan saat itu Raka menolaknya. Kayla bukan lagi anak remaja. Sekarang ia sudah sangat dewasa. Ya, ia tahu jika orang tua akan selalu menganggap anak mereka anak kecil terlebih itu adalah anak tunggal.
"Biarkan Kayla melakukan apa yang ingin Kay suka."
"Papa cuma khawatir, Nak."
"Kayla baik-baik saja. Lepaskan Kayla, Pa. Biarkan Kayla pergi," pintanya.
Raka mengembuskan napas pasrah. Ia mengangguk atas permintaan putrinya. Semua demi Kayla. Ia harus yakin. Memberi kepercayaan terhadap putrinya sendiri.
"Iya, Sayang. Kamu bebas," ucap Raka.
Kayla tersenyum. Ia berlari memeluk Raka dengan erat dan mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya.
"Ada apa ini?" tanya Bela yang tiba-tiba muncul.
Kayla melepas rangkulannya, lalu beralih memeluk Bela. "Kay ingin ke Bandung."
"Sendirian?"
Kayla menarik diri dari dekapan sang ibu. Ia mengangguk atas ucapan bernada pertanyaan dari Bela. "Iya, Ma. Selama sebulan Kay akan di sana. Pokoknya Mama jangan khawatir. Ketika Kayla kembali, maka berat badan ideal akan segera tercapai."
"Janji sama Mama," kata Bela.
Kayla mengangguk, lalu mengecup pipi Bela dan Raka. "Janji. Papa dan Mama jangan khawatir."
"Selalu beri kabar pada kami," kata Raka.
"Oke." Kayla mengedipkan sebelah matanya.
...****************...
Atas izin dari kedua orang tua, Kayla berangkat ke Jawa Barat dengan menumpang kereta api. Wajahnya berseri-seri hari ini. Bagi Kayla ini merupakan suatu pertualangan baru. Ia akan memulai hidup yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Setiap liburan, Kayla akan bersama kedua orang tua atau sahabat dekat. Namun kali ini, ia pergi sendirian dalam misi tantangan menurunkan berat badan.
"Kamu hati-hati selama di sana. Ingat, selalu hubungi Papa dan Mama," ucap Raka.
"Iya, Kayla akan selalu menghubungi Papa dan Mama."
Satu pelukan dan kecupan diberikan oleh Raka dan Bela. Anak satu-satunya. Pergi ke Bandung seperti melepas anak ke medan perang. Tapi Kayla menyukainya meski kadang sedikit tidak nyaman.
Kayla melambaikan tangan ketika kereta telah tiba. Orang tua penuh drama. Raka dan Bela malah berpelukan. Lebih parah Raka yang menitikkan air mata.
"Anakmu cuma pergi untuk liburan. Kenapa kamu menangis?" kata Bela.
"Kamu juga sedih, kan? Kayla tidak pernah jauh dari kita. Wajar aku menangis."
"Aku merasa beruntung Kayla tidak jadi menikah bersama Steve," kata Bela.
"Kamu memang belahan jiwaku, Bela. Aku malah senang mereka tidak jadi menikah. Dengan begitu, Kayla tidak jadi tinggal di luar negeri," ungkap Raka sejujurnya atas apa yang ia rasakan.
"Astaga! Apa ini gara-gara kita yang tidak merestui Kayla?" tanya Bela.
"Aku merestui mereka tadinya. Steve sialan! Awas saja dia!" umpat Raka.
Bela mencubit kecil perut suaminya. "Beraninya di belakang saja."
Raka tertawa. "Aku cuma ingin situasi damai saja."
Kereta api mulai berangkat. Raka dan Bela melambaikan tangan pada sang putri. Kayla membalasnya dari balik kaca.
Bersambung