Dunia Luas. Tidak menyenangkan jika tidak di jelajahi.
Aku Xiao Wang. Sejak kecil telah mendapat predikat sebagai sampah klan. Tidak bisa berkultivasi membuat diriku kian menjadi sasaran latihan. Sampai di asingkan di Hutan Binatang Buas, namun aku selamat oleh tekad–ku.
Suatu saat nanti, aku akan berdiri di depan banyak orang. Membersihkan namaku dari orang-orang yang dahulu pernah menghinaku. membersihkan namaku dari orang-orang yang pernah mengucil–ku. Pun juga membersihkan nama kedua orang tuaku. Hingga menjadi seorang yang di akui oleh satu kekaisaran sekali pun.
Tidak! Satu Kekaisaran saja tidak cukup. Berkelana ke berbagai belahan dunia juga bukanlah ide buruk dan ya, harus aku laksanakan.
Tentunya, untuk melakukan itu semua, bukan melewati perkara yang mudah. Banyak tantangan yang akan aku hadapi nantinya. Entah itu berjalan di antara ribuan tubuh tak bernyawa, atau mungkin bermandikan darah dari musuh-musuhku... Maka nantikan perjalananku di kisah ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahmat Kurniawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch. 3 ~ Sesuatu Di Bukit
Berlari cepat, Xiao Wang menyadari kalau kecepatan larinya telah meningkat dibanding dengan terakhir kali dia berlari.
"Ini sangatlah cepat!" gumamnya. Baru pertama kali dengan kecepatan ini, sehingga Xiao Wang perlu mengontrol dirinya. Takutnya malah nanti menabrak sesuatu yang ada di depan.
Butuh waktu singkat bagi Xiao Wang untuk bisa sepenuhnya menguasai tubuhnya. Melihat batang pohon besar tumbang di depannya akibat hantaman ekor ular yang mengejarnya itu, bola mata Xiao Wang bergerak cepat mencari celah yang bisa dia gunakan untuk menghindarinya.
Tak butuh waktu lama bagi Xiao Wang untuk menemukannya. Sedikit celah yang ada di bawah batang pohon tumbang itu, Xiao Wang dengan gerakan cepat lewat di sana.
Berhasil menghindari batang pohon tersebut, Xiao Wang memacu kembali kakinya. Berlari cepat menghindari batang demi batang pohon yang menghalangi jalannya. Sesekali dia juga akan melompat.
Hampp!
Tidak sengaja dia kesandung akar rambat membuatnya jatuh terguling-guling. Batu tajam berhasil melukai lengannya. Namun anehnya dia tidak terlalu merasa perih.
"Ini aneh... Apakah ada kaitannya dengan itu?" pikir Xiao Wang.
Di sisi lain, Ular tadi telah berada di hadapannya.
"Kalau memang itu benar, bagaimana kalau kita mencoba dari ular ini!" gumam Xiao Wang. Dia berniat menjadikan si ular besar sebagai sasaran percobaan, terkait dengan opininya.
Mengambil batu yang semula melukainya tadi, bangkit dan melompat tinggi sembari tubuhnya berputar-putar di udara.
Ular itu sendiri yang semula hendak mematuk malah salah sasaran dan berakhir dengan mematuk tanah.
Xiao Wang mendarat di punggung ular. Tanpa pikir panjang, dia langsung menancapkan batu yang ada di tangannya pada punggung ular. Batu tersebut lumayan panjang, sehingga Xiao Wang bisa menggunakannya sebagai topangan untuk memposisikan dirinya agar tidak goyah saat ular tersebut bergerak memberontak.
"Hmm, aku akan mencoba melakukan seperti yang ku pelajari dari buku di perpustakaan klan. Apakah dia bisa bekerja. Kalau memang bisa bekerja, berarti aku tidak cacat lagi sekarang."
Xiao Wang memusatkan konsentrasinya pada pusat lautan Qi dalam dantian–nya yang telah berjalan normal. Merasakan suatu perasaan aneh di ubun-ubun yang membuat rambutnya serasa berdiri.
Sejenak, sunggingan kecil terukir di sudut bibir Xiao Wang, namun kedua matanya masih terpejam. Saat ini dia baru menyadari akan keberadaan lautan Qi tersebut yang terbilang cukup luas dalam dantiannya.
Sebenarnya saat masih dalam klan, Xiao Wang sesekali mencoba mengumpulkan energi alam dan merubahnya menjadi energi murni dalam tubuhnya. Sayangnya dia selalu gagal dalam melakukanya oleh sebab dantian yang bermasalah. Tapi sekarang bahkan energi murni tersebut telah membentuk lautan spritual dalam dantian–nya. Dia yakin bahwa ini semua tidak terlepas dari andil orang yang menolongnya itu.
Xiao Wang berniat akan berterima kasih suatu saat nanti jika bertemu dengan orang tersebut.
Lalu dia mencoba untuk memindahkan konsentrasi pada tiap titik Meridian. Perlahan aliran energi dapat dia rasakan bergerak sesuai dengan kehendak pikirannya.
Mengumpulkan energi Qi ditubuhnya dan memusatkan pada tangan kanan yang memegang batu.
Whush!
"Wihh, ini sangatlah menyenangkan!" ujarnya kala melihat tangannya mengeluarkan sedikit energi berwarna biru muda.
Tanpa pikir panjang, Xiao Wang mengangkat batu yang menancap di punggung ular dan menghunjamkannya kembali dengan keras.
Slashh...
Batu menancap semakin dalam pada tubuh ular. Percikan darah pun sempat terciprat dan mengenai wajah Xiao Wang.
Ular semakin memberontak. Tapi Xiao Wang tidak diam sampai di sana, dia menarik batu searah dengan tubuh ular. Membuat luka yang ditimbulkan melebar, hingga robek.
Darah segar menyebar dari luka yang ternganga tadi.
Si ular yang kesakitan menggelinjang hebat.
"Ahh, sial!"
Xiao Wang melompat saat merasakan keseimbangannya goyah dan hampir terjatuh. Di mendarat mulus di tanah.
Melihat ular yang tampaknya begitu sangat marah. Menatap ke arahnya dengan mata yang penuh akan kobaran kebencian.
Dengan beringas, ular itu mematuk Xiao Wang.
Tapi Xiao Wang juga mengeluarkan reflek cepat dengan menghindari ke samping kanan.
"Hehehe, semakin seru..." gumam Xiao Wang dalam hati. Tampak dia begitu senang melihat ular yang beringas menyerang meski dalam keadaan terluka. Entah mengapa dia merasa tertantang dengan itu.
Xiao Wang melompat kembali kala ular itu melepaskan bisa beracun. Seraya melompat, Xiao Wang juga meraih lima buah batu kerikil.
"Setelah melakukan percobaan terhadap penggunaan energi Qi tadi, entah mengapa aku jadi ketagihan dan ingin terus menerus menggunakannya!" gumam Xiao Wang.
Whush!
Whush!
Xiao Wang melempar lima buah batu kerikil itu, menargetkan mata Ular.
Namun karena dia yang masih kaku dalam penggunaan energi Qi, sehingga lemparannya tidak begitu bertenaga dan meleset sedikit dari target. Ditambah pula ular yang rupanya memiliki kekuatan yang tidak sedikit.
"Mengapa itu tidak melesat cepat dan menghantam si ular dengan keras." Xiao Wang mencoba mencari-cari letak kesalahannya.
Memang dahulu karena keinginannya yang begitu tinggi terkait dengan Kultivasi, sehingga sebagian harinya Xiao Wang habiskan untuk ke perpustakaan dan membaca buku tentang Kultivasi. Dia sendiri mendapat sedikit pencerahan, namun belum bisa mempraktekkannya sebab belum mampu mengeluarkan energi Qi.
Hal aneh lainnya adalah Xiao Wang yang sudah bisa menggunakan energi Qi nya sekarang. Padahal sebelum dia pingsan, Xiao Wang tidak bisa sama sekali menggunakan energi Qi, bahkan untuk menghasilkan energi Qi pun dia belum mampu. Biasanya dia hanya bisa mengandalkan kekuatan fisiknya.
Xiao Wang bergerak cepat, melawan Ular itu. Mengambil ranting kayu sebagai pedang. Beberapa ilmu terkait dengan teknik berpedang pun Xiao Wang peragakan di sini.
Selang beberapa saat, Xiao Wang akhirnya bisa mengalahkan ular itu, meskipun dia harus mengorbankan banyak hal, termasuk dengan staminanya yang melemah.
"Haah, Haah... Ini sangatlah melelehkan," gerutunya. Mengatur nafas yang memburu.
Xiao Wang menatap lengan kanan yang terluka tadi, kini mengeluarkan banyak darah. Ditambah kaki kanannya terkena sedikit bisa dari ular dan menimbulkan luka bakar.
"Seorang Kultivator, dalam menyembuhkan luka, dengan menggunakan energi Qi. Tapi untuk saat ini, aku kehabisan energi Qi. Perlu mengumpulkannya kembali!"
Berpikir sejenak, Xiao Wang berinsiatif untuk mencoba mengumpulkan energi Qi dengan memanfaatkan energi spiritual murni dari alam.
"Namun aku harus mencari tempat yang nyaman. Hutan ini adalah hutan Binatang Buas yang penuh akan binatang buas, tidak menutup kemungkinan mereka akan muncul sebentar lagi saat mencium aroma darah dari ular ini."
Xiao Wang bangkit untuk mencari tempat yang aman.
***
Memulai proses pengumpulan energi Qi di pinggir jurang yang dalam. Xiao Wang memilih tempat ini karena merasakan samar energi alam di sini yang begitu pekat di banding dengan tempat-tempat lain.
Mulai duduk bersila di tepi jurang, menutup mata dan mengosongkan pikirannya. Fokus terhadap satu tujuan, Xiao Wang mencoba merasakan aliran energi alam di sekitarnya.
Butuh waktu lima jam bagi Xiao Wang sebelum berhasil merasakan kehadiran mereka.
Xiao Wang kemudian menyerapnya. Mencoba menyalurkannya ke dantian. Sayangnya, beberapa kali dia mencoba namun jatuhnya selalu gagal. Terhitung dua jam sudah terlewatkan namun dia selalu gagal.
"Haissh, memang tanpa seorang guru, ini sangatlah sulit!" gerutunya, dia tampak lelah sekaligus bosan dengan itu.
"Lebih baik aku mencari makanan terlebih dahulu. Sekaligus mencari goa untuk bermalam."
Xiao Wang kemudian beranjak dari sana. Sebelum melakukan aksinya, terlebih dahulu dia mencari ranting kering namun yang masih kuat. Setelah mendapatkan apa yang dia cari, Xiao Wang lantas mengukir–nya menjadikan sebuah tombak dengan bantuan batu karang tajam. Tombak itu sendiri akan dia jadikan senjata untuk sementara waktu.
Setelah itu, mulai berjalan mencari makanan. Senja hampir berganti malam, Xiao Wang membawa serta seekor ayam hutan serta kelinci gemuk bersamanya.
"Aku harus secepatnya menemukan sebuah goa. Waktu malam adalah waktu yang pas bagi para binatang buas mencari makan!" gumam Xiao Wang.
Dia berlari cepat, meski kecepatan larinya tidak secepat sebelumnya.
"Nah, itu dia!"
Xiao Wang bergegas menghampiri goa itu. Memeriksanya terlebih dahulu, takut ada ular atau binatang buas di dalamnya.
Setelah memastikan bahwa dalam goa itu aman, Xiao Wang lantas meletakkan buruannya di dalam goa. Dia keluar sebentar untuk mencari ranting kering yang akan dibakar nantinya.
Tiga menit berlalu, Xiao Wang kembali ke goa.
Jedaarrr!
Belum juga memasuki ke dalaman Goa, terlebih dahulu dia dikejutkan oleh suara Guntur menggelegar. Tentu saja Xiao Wang kaget dengan itu.
Tidak hanya sekali, melainkan berulang kali Guntur itu terdengar. Seolah-olah menariknya untuk segera ke sana dan memeriksanya.
Semula Xiao Wang acuh, tapi pengulangan Guntur, membuat hatinya tidak tenang. Xiao Wang lantas keluar goa setelah menyalakan api.
Kilatan cahaya berwarna merah serta biru terlihat mati timbul di atas sebuah bukit kecil. Di sertai dengan suara menggelegar Guntur, membuat Xiao Wang penasaran untuk segera ke sana.
Terdengar pula suara binatang-binatang buas yang tampak panik, berlarian menghindari bukit itu.
\=\=\=
N/A: Jangan lupa dukung Xiao Wang yah, teman-teman readers. :)
kok jd setara dgn si yao mei...???
semesta apa surgawi,kacau amat lo