Pewaris Asli

Di Garendra Corp, lantai paling atas, tampak Darel sedang sibuk dengan laporan-laporan dari berbagai divisi dan anak perusahaan. Dia akan sangat sibuk menjelang hari pernikahannya dengan Naiki. Karena Darel berencana untuk mengambil cuti beberapa hari setelah pernikahan berlangsung. Jadi, mau tidak mau dia harus membereskan seluruh dokumen penting di mejanya dengan segera.

Tok tok tok...

Suara pintu membuyarkan konsentrasi Darel. Darel lalu mempersilahkan orang di balik pintu untuk masuk.

"Maaf Tuan. Untuk masalah penyerangan Nyonya Muda apakah ada tindakan?" Tanya Berry. Ia tidak ingin Tuan dan Nyonya mudanya mengalami kejadian yang lebih parah lagi di kemudian hari.

Darel mengangkat kepalanya lalu bersandar di kursi putarnya.

"Hmmm...tidak usah. Sepertinya Nai ada rencana sendiri untuk para b4jingan itu. Kau cukup memerintahkan pengawal agar mengawasinya dari jarak jauh. Kalau ada yang mencurigakan, segera laporkan padaku." Ucap Darel. Berry lalu membungkuk dan pamit kembali ke ruang kerjanya.

Darel lalu mengecek ponselnya, melihat laporan berkala dari pengawal-pengawal yang mengikuti Naiki dari jauh. Dilihatnya Naiki sedang berada di Caraka Corp. Darel tampak sedikit lega. Setidaknya Naiki berada di wilayahnya dan kemungkinan bakal terluka adalah sangat kecil.

**************

Kembali ke Caraka Corp. Naiki tampak masih sibuk dengan beberapa dokumen lain. Sedangkan Sisi, masih bersama Ivan. Kali ini Ivan akan mengajari Sisi beberapa hal yang harus ia kuasai untuk menjadi sekretaris pribadi Nona Rhea.

Ponsel Naiki tiba-tiba berbunyi. Tampak satu nama muncul di layar ponselnya. Kakak ipar. Naiki lalu mengusap layar ponselnya.

"Yaaa El..." Sahut Naiki.

"Naiiii...Kau harus fitting baju pengantin malam ini. Sekarang sudah hampir jam 6 sore, dan kau belum pulang?" Pekik Elis di seberang sana. Naiki langsung menjauhkan ponsel dari telinganya.

"Kenapa kau selalu berteriak ketika bicara padaku, Kakak Ipar minus akhlak?" Rutuk Naiki. Suaranya bergema di ruangan itu.

"Sudahlah, ayo cepat pulang. Mereka akan datang Pukul 7.30 malam ini. Kau ini, mentang-mentang mereka orangnya calon mertuamu, seenaknya saja." Omel Elis panjang lebar.

Gerandra Corp adalah sebuah kerajaan bisnis yang banyak memiliki anak perusahaan. Namun, mereka lebih fokus ke bisnis seperti otomotif, hotel, dapartment store, tekstil, dan menjual produk-produk dengan merk terkenal. Mereka juga memiliki butik-butik besar dan terkenal. Semua bisnis di bidang fashion diurus oleh Nyonya Vanya, Mamanya Darel. Dan untuk gaun pengantin Naiki nanti, didesain langsung oleh Nyonya Vanya. Nyonya Vanya sudah mempersiapkan gaun itu dari setahun yang lalu. Ia sangat ingin Naiki menjadi menantunya. Anak perempuan dari sahabat terbaiknya dulu.

"Ok baiklah. Aku akan pulang 30 menit lagi." Ucap Naiki pasrah. Ia lalu memutuskan sambungan telepon dan melanjutkan pekerjaannya sedikit lagi.

Tok tok tok...

Sisi muncul dari balik pintu ruangan Naiki. Ia lalu mendekati Nona Mudanya itu.

"Ada yang bisa aku bantu, Nai?"

Naiki menoleh ke arah Sisi yang sudah berdiri di depan meja kerjanya lalu menggelengkan kepala.

"Tidak. Sebentar lagi kita akan pulang. Kau duduklah dulu. Aku akan mengantarmu pulang." Ucap Naiki.

"Oh iya, mulai besok mintalah keluargamu bersiap-siap untuk pindah. Tinggallah di apartment yang sudah Ivan siapkan. Besok mereka akan dijemput." Ucap Naiki sambil mengecek dokumen di tangannya kembali.

"Hhhmmm...masalah pindah, bolehkah aku kompromi dulu dengan ibuku Nai? Sepertinya ibu akan sulit meninggalkan rumah peninggalan Bapak." Lirih Sisi.

"Ok. Tidak masalah." Jawab Naiki singkat.

Sepuluh menit berlalu. Naiki sudah menyelesaikan tugasnya. Ia lalu beranjak dari kursi dan mengajak Sisi pulang. Tidak lupa Naiki mengenakan Maskernya. Mereka lalu turun ke basement, menuju ke parkiran. Naiki membuka pintu mobil kesayangannya yang sudah berada di parkiran khusus Caraka Corp. Mobil itu baru saja tiba, karena Naiki meminta supir di kediaman Caraka mengantarkannya ke kantor.

Sisi terpaku menatap mobil sport merk Lamborghini jenis Aventador di depan matanya. Memang bukan mobil sport dengan harga yang paling mahal. Tapi, bila harus dihitung, entah harus bekerja berapa tahun Sisi baru bisa membeli 1 unit mobil itu.

"Ayo Sisi!" Ajak Naiki yang sudah duduk di belakang stir.

Sisi lalu bergegas membuka pintu satu lagi dan duduk di sebelah Naiki dengan perasaan campur aduk.

"Ya Tuhan...begini rasanya naik mobil mewah." Batin Sisi.

Naiki lalu melajukan mobilnya menurut petunjuk Sisi. Beruntung arah rumah mereka searah. Jadi Naiki tidak perlu terlalu terburu-buru mengingat Elis yang sudah menunggunya di rumah.

Beberapa menit berlalu. Mereka lalu memasuki sebuah jalan yang tidak begitu lebar, namun cukup untuk dimasuki satu buah mobil. Jalan perumahan sederhana itu memang diatur satu arah agar setiap kendaraan yang masuk leluasa untuk lewat.

Sisi lalu meminta Naiki berhenti di depan rumah sederhana bewarna putih di depannya. Sisi lalu melepaskan sabuk pengaman dan membuka pintu mobil.

"Apa kau tidak ingin mampir Nai?" Tanya Sisi sebelum turun. Naiki menggeleng.

"Aku sudah ditunggu untuk fitting gaun pengantin Sisi. Lain kali aku pasti mampir. Sampaikan salamku untuk ibumu." Sahut Naiki datar. Sisi mulai terbiasa dengan ekspresi Naiki yang terbilang dingin itu. Ia tahu, hati Naiki sebenarnya tidak sedingin ekspresi di wajahnya.

"Ok baiklah. Hati-hato di jalan." Ucap Sisi lalu menutup pintu mobil.

Naiki lalu berlalu pergi. Tetangga sebelah rumah Sisi tiba-tiba muncul dari balik pagar rumahnya. Ternyata sudah sejak tadi ia memerhatikan Sisi. Tetangga Sisi satu itu memang terkenal kepo dan usil dengan tetangga-tetangga yang lain.

"Baru kerja berapa hari aja, sudah dianter pake mobil mahal. Gaya banget sih!" Sindir tetangga Sisi itu. Sisi menjawab hanya dengan tersenyum. Ia lalu membuka pagar dan masuk ke dalam rumah.

Ibu Sisi menyambut Sisi dengan senyum sumringah. Ia lalu menyuruh Sisi mandi dan makan malam. Setelah Sisi selesai, Sisi lalu duduk di sebelah ibunya di ruang keluarga.

"Bu, Sisi mau cerita." Lirih Sisi. Ibu Sisi lalu menatap Sisi.

"Ceritanya panjang Bu. Intinya, Sisi sebenarnya dapat pekerjaan di perusahaan yang jauh lebih besar. Gaji dan fasilitasnya juga tidak main-main Bu." Ujar Sisi penuh semangat.

"Maksudnya? Apa kau berhenti kerja di Brata Corp yang baru beberapa hari itu?" Tanya Ibu Sisi bingung. Sisi menggeleng cepat.

"Sisi tetap kerja di Brata, tapi Sisi juga bekerja jadi sekretaris pribadi Nona Rhea, CEO Caraka Corp, Bu." Ujar Sisi. Ibu Sisi malah bertambah bingung.

"Intinya gini sih Bu, apa Ibu mau pindah ke apartment? Nona Rhea memberikan Sisi sebuah apartment dan 1 unit mobil."

Ibu Sisi terbelalak mendengarnya. Dia tidak percaya dengan yang anaknya katakan. Sangat mustahil seorang karyawan baru yang masih dimasa percobaan bisa mendapatkan fasilitas mewah seperti itu.

"Tapi Sisi, Ibu tidak mau menjual rumah ini. Ini peninggalan bapak satu-satunya. Dan ibu tetap mau tinggal di sini." Sahut Ibu Sisi. Sisi pun mengangguk. Ia lalu memeluk ibunya.

"Iya tidak apa Bu, Sisi ngerti. Nanti biar Sisi sampaikan ke Nona Rhea." Ucap Sisi. Ia lalu melepaskan pelukannya.

"Ibu bangga denganmu Sisi. Akhirnya putri ibu mendapatkan pekerjaan yang bagus." Lirih Ibu Sisi sambil menyeka airmatanya.

***********

Terus dukung author yaa... thanks