Sepasang Mantan

"Bos ... ada laporan dari mata mata, misi kita berhasil, dan semalam Abimana terpaksa dilarikan ke rumah sakit karena menderita luka tusuk di perut dan pinggangnya."

Dimas menghentikan ucapannya.

Alex menunggu sesaat, "Kenapa berhenti? cepat lanjutkan."

"Pihak keamanan bilang, jika kita terus seperti ini, lama kelamaan, Sergio fernandez akan segera mengendus keterlibatan anak buah kita bos,"

"Kamu tenang saja, mata mata kita sangat profesional, dan aku membayar dia dengan sangat mahal, agar membantu pihak keamanan, bisa membersihkan jaringan Sergio Fernandez dengan tuntas sampai ke akarnya." Alex melihat kekhawatiran di mata Dimas, Dimas memang sering bersikap kurang sopan, tapi Alex tahu perhatian Dimas begitu tulus terhadapnya.

"Dan sekarang anda membuatku khawatir,"

"Cih ... bukannya kamu muak berada di dekatku?" Ledek Alex. "Seharusnya kamu bahagia."

"Saya serius bos, terlalu berbahaya jika anda pergi seorang diri, anda punya pesawat pribadi, kenapa tidak menggunakan itu saja?" Dimas merengek seperti bocah berusia 5 tahun, bukannya apa apa, ketika Alex memutuskan bergabung dengan pihak polisi international untuk membasmi jaringan mafia yang memperjualbelikan organ dan obat obatan terlarang, maka sejak saat itu keselamatan Alex pun terancam.

"Apa kamu tidak melihat di sekelilingmu?" Bisik Alex.

Dimas spontan mengedarkan pandangan, di sekitar Alex sudah ada enam orang yang tengah menyamar.

"Hanya enam bos?" tanya Dimas

"Lebih tepatnya sepuluh, sisanya sudah berada di dalam kabin pesawat, menyamar sebagai kru penerbangan, mereka semua yang terbaik."

"Tapi tetap saja bos, salah satu diantara mereka tidak ada aku, jadi wajar jika aku khawatir."

"Jangan khawatir, tugasmu hanya memastikan keselamatan Kevin, selama aku tidak berada di Indonesia."

Dimas pun terpaksa mengangguk, menyetujui keinginan Alex, dengan berat hati, ia menyerahkan koper dan dokumen perjalanan milik Alex, yang sejak tadi ia pegang.

"Hati hati bos, aku menyayangimu ... ," kelakar Dimas, dengan seringai jahil tersemat di wajahnya.

"Ckckck ... gak usah sok menghayati peran." Alex mendengus sebal.

...✨✨✨...

Jakarta International Junior High School.

Keriuhan persiapan menyambut tamu, sedang sangat terasa di sana, pasalnya ini adalah pertama kalinya kedua sekolah mengadakan acara semacam ini, tentu saja tujuan utama nya adalah menjalin Persahabatan.

Tak lama iring iringan mobil yang membawa para peserta dari negara Singapura pun tiba, total ada 40 siswa yang didampingi 10 orang guru.

Suasana meriah langsung terasa, pesta penyambutan dan perkenalan yang di isi dengan berbagai tarian nusantara ikut memeriahkan susana, atraksi pencak silat pun ikut mewarnai sesi pembukaan.

Diantara sekian banyak orang, kini ada dua bersaudara yang tengah berdekatan, mereka tak pernah tahu jika mereka adalah dua bersaudara, dua anak yang terpisah karena takdir orang tuanya, lebih dari 10 tahun mereka tidak bertemu, dan kini takdir tuhan tengah menggiring pertemuan keduanya.

Kevin yang kala itu tengah memakai kostum tari perang dari suku dayak manggarai, nampak bergerak lincah diatas panggung, wajah dan sebagian besar tubuhnya sudah dioles menggunakan pewarna untuk melengkapai aksi tarian perangnya bersama beberapa anak laki laki lainnya, tentu saja itu membuat wajahnya sulit di kenali.

Begitu pun sebaliknya, ketika Andre dan teman temannya menampilkan opera, penampilan Andre pun tak terlalu menonjol karena ia memakai kostum yang membuatnya benar benar terlihat seperti orang Eropa yang sudah lama tinggal di singapura, dan sangat menikmati uniknya budaya singapura.

Ada berbagai macan etnis di Singapura. Inilah yang menjadikan negeri ini menarik dan banyak tempat wisata kebudayaan yang dilahirkan di Singapura. Etnis Tionghoa yang paling banyak kita temukan di negara ini.

Dahulu, etnis Tionghoa melarikan diri dari negaranya karena penjajahan, namun kini mereka adalah pedagang sukses yang tinggal di singapura.

Etnis peranakan pun sungguh unik. Peranakan adalah perpaduan dua etnis, laki-laki Tionghoa, Eropa atau India yang menikah dengan wanita Melayu ataupun sebaliknya.

Perpaduan ini, Peranakan menghasilkan warisan kuliner yang unik. Misalnya Laksa dan Kepiting Saus Singapura yang sedap. Busana Batik Nyonya juga salah satu warisan dari etnis Peranakan.

Acara hari itu berakhir dengan saling bertukar aneka kuliner, para peserta dari singapura membawa berbagai macam hidangan dari singapura, untuk menjamu tuan rumah, begitu pula sebaliknya, sungguh acara siang itu menarik dan membuat suasana kian menyenangkan.

Kevin tengah menikmati semangkuk laksa di tangannya, rasa gurih nan creamy berpadu di mulutnya.

"Kev ... setelah ini ada acara? mama memintaku mengirim kabar," tanya Dio, salah satu sahabat Kevin yang menurut Kevin anak mama banget, tapi juga membuat kevin sangat iri, karena mama nya terlalu sering menelepon nya hanya untuk sekedar bertanya sebuah pertanyaan yang ... ah sudahlah, mungkin disitulah nikmatnya memiliki seorang mama.

"Sebentar aku lihat jadwal dulu," Kevin meletakkan mangkuk laksa di meja, kemudian menyalakan tablet nya, yah walaupun Dio terlalu "mama" banget, entah kenapa Kevin betah berdekatan dengannya, karena mama Dio juga kerap memperlakukan Kevin seperti ia memperlakukan Dio.

"Sesudah ini acara bebas, istirahat, jika mau boleh saling berkenalan dengan para peserta dari singapura." Jawab Kevin sesaat sebelum ia meletakkan Tablet nya di meja.

"Oh, okay, setelah ini aku bisa telepon mama, kamu mau titip apa sama mama, mama mau ke sini nanti malam," Tanya Dio.

"Apa aja lah, asal jangan coklat," Jawab Kevin.

"Kevin, kamu anti banget sama coklat?" Rendra yang sejak tadi berada di sisi Kevin pun ikut angkat suara.

"Bukan anti sih, tapi aku alergi cokelat, kata papi, dulu aku pernah sesak nafas dan badanku ruam setelah makan coklat, jadi aku gak berani menyentuh coklat."

"Gak pernah iseng pengen nyoba?"

kevin tertawa geli, "pernah sih, iseng nyoba, waktu itu om Dimas ninggalin coklat yang hanya sisa seujung jari kelingking," Kevin menunjukkan ujung jari kelingkingnya, "Karena aku penasaran, aku makan lah,"

"Trus trus," Rendra semakin antusias.

"Enak, manis lumer di mulut, tapi udahannya badanku langsung ruam parah, dan nafasku tersengal-sengal, dokter bilang, untunglah aku hanya makan sedikit, jadi efeknya tidak parah, kalau terlalu banyak, aku langsung pingsan karena sesak nafas," Kevin mengakhiri penjelasannya.

"Waaaaahhh anak sultan, alerginya aneh, coklat kan makanan enak, dia yang udah kaya sejak belom lahir, malah gak bisa makan coklat."

Kevin memang dijuluki si anak sultan, karena kerajaan bisnis Alex yang menggurita di mana mana, namun itu tak lantas membuat Kevin menjadi sombong, justru ia terkenal supel dan memiliki banyak teman.

"Hai Andre ... " tiba tiba seorang gadis berwajah Melayu namun warna matanya biru memeluk leher Kevin dari belakang.

Hal itu membuat Kevin terdiam sesaat, begitu pun teman temannya.

Kevin menoleh ke belakang, gadis itu masih tersenyum lebar, dengan wajah yang berseri bahagia.

"Maaf aku bukan Andre, mungkin kamu salah orang,"

"Salah gimana, jangan pura pura tidak mengenalku yah, aku Belinda Roger Smith,"

Belinda sungguh kesal, Karena Andre tak mengenali satu satunya sahabat yang ia miliki.

"Hei ... sungguh aku bukan Andre, look ... " Kevin berdiri dan menunjukkan penampilannya, "kamu lihat kan, kostum yang aku pakai?"

Gadis bernama Belinda itu begitu tercengang, ternyata lelaki di hadapannya ini memang bukan Andre sahabatnya.

"Oh my God ... " Belinda mengipasi wajahnya menggunakan telapak tangan nya. "oh aku sungguh minta maaf ... " ucapnya dengan wajah penuh penyesalan, "kalian benar benar terlihat sama, oh iya kenalkan aku Belinda, panggil aja Bela, si bren953k yang wajahnya mirip denganmu sering memanggilku Roger Smith."

Bela menambahkan.

"Oh ... Im Kevin Alexander Geraldy, biasanya mereka memanggilku Kev ... senang mengenalmu."

"Okay See you." Bela pun menjauh dari Kevin dan teman temannya.

Namun Kevin sama sekali tak menaruh curiga dengan apa yang baru saja terjadi, mungkin saja itu hanya kebetulan, pikirnya.