Nanda Afrilya adalah seorang gadis yang berusia 21 tahun yang dibesarkan di sebuah panti asuhan. Ia terpaksa menikah dengan seorang pria yang tak dikenalnya sebagai bayaran pada orang kaya yang telah memberikan hunian baru pada warga panti karena panti asuhan tempatnya dibesarkan telah digusur.
Ia pikir dengan menikah, ia akan meraih kebahagiaan, namun yang terjadi justru sebaliknya. Hidupnya yang sejak kecil sudah rumit, malah makin rumit sebab ternyata ia merupakan istri kedua dari laki-laki yang telah menikahinya tersebut.
Lalu bagaimanakah ia menjalani kehidupan rumah tangganya sedangkan ia hanyalah seorang istri yang tak diinginkan?
Mampukah ia bertahan?
Atau ia memilih melepaskan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.19 Bersikap seperti seorang istri idaman
Sesuai perkataannya dengan Surti, menjelang makan siang Gathan kembali ke rumah. Nanda yang menyadari ada deru mobil masuk ke pekarangan rumah pun langsung berlari menuju pintu untuk melihat siapa yang datang. Senyum lun langsung tersungging di bibirnya. Surti hanya bisa menatap majikan barunya itu dengan senyum lebar.
Melihat Gathan turun dari mobil, Nanda tersenyum makin lebar. Sadar tindakannya terlalu berlebihan, Nanda menyurutkan senyumnya menjadi seperti biasa saja. Melihat Nanda berdiri di depan pintu, Gathan menaikkan alisnya heran, begitu pula Erwin. Apalagi saat Nanda menyodorkan tangannya, Gathan makin bingung.
"Aku tidak punya uang cash. Sebentar." Lalu Gathan menoleh ke arah Erwin, "Win, kau punya uang cash?" tanya Gathan. Pikirnya Nanda ingin meminta uang untuk membeli sesuatu.
"Tapi pak, saya ... " Nanda ingin bicara tapi tangan Gathan terangkat seakan memberi kode 'sebentar'.
"Saya hanya ada 200 ribu, tuan." sahut Erwin saat mengecek dompetnya.
Gathan menghela nafas, lalu menarik dompetnya dan mengeluarkan sebuah kartu debit dan menyodorkannya pada Nanda membuat Nanda menghela nafas panjang.
Lalu Nanda menempelkan telapak tangannya di telapak tangan Gathan yang kemudian menariknya dan menciumnya takdzim membuat Gathan membeku. Lalu ia melepaskan tangan Gathan dengan kartu debit yang masih berada di tangan Gathan.
"Saya hanya ingin menyalami tangan bapak sebagai salah satu baktiku sebagai seorang istri, pak, bukannya mau meminta uang." ucap Nanda sambil mesem-mesem membuat Erwin yang berdiri di belakang Gathan menahan tawanya yang hampir menyembur.
Gathan yang salah tingkah sekaligus malu karena tidak paham apa yang ingin dilakukan Nanda, berusaha biasa saja. Ia hanya berdeham singkat tanpa menunjukkan reaksi apa-apa. Lalu ia melangkahkan kakinya menuju ruang makan. Nanda pun mengekori dari belakang, diikuti Erwin.
Sadar Gathan hendak menuju meja makan, Nanda langsung berlarian ingin membantu Surti menyiapkan makan siang. Beruntung mereka telah selesai masak. Dengan sigap, Nanda menghidangkan aneka masakan yang ia dan Surti buat. Gathan hendak mengambil piring tapi langsung dihentikan Nanda.
"Biar saya saja, pak. Segini cukup?" tanya Nanda yang sudah mengisikan nasi ke atas piring Gathan.
Gathan mengerjapkan matanya tak percaya dengan apa yang ia lihat. Ia melihat Nanda bersikap seperti ibunya yang melayani ayahnya. Gathan pun mengangguk pelan. Ia tidak pernah merasakan dilayani seperti ini sebelumnya.
"Mau lauk apa, pak?" tawar Nanda.
"Ayam goreng."
"Terus mau apa lagi? Sambal? Soto? perkedel?" tawar Nanda.
"Apa saja, saya tidak pilih-pilih lauk." ucap Gathan datar membuat Nanda menghembuskan nafas pelan.
Lalu Nanda meletakkan berbagai macam lauk, sambal, dan semangkuk soto dan ia letakkan tepat dihadapan Gathan. Setelah selesai, ia menyingkir dari hadapan Gathan, membiarkan suaminya itu makan dengan tenang.
Aroma masakan yang nikmat membuat selera makan Gathan meningkat. Apalagi saat ia mencicip semua rasa masakan itu sungguh nikmat di lidah dan agak beda. Masakan Surti memang enak, tapi menu kali ini rasanya lebih ... nikmat.
Menyadari Nanda tidak ikut makan membuat Gathan heran.
"Kau tidak makan?" tanyanya.
"Ah, saya nanti saja pak. Silahkan bapak makan terlebih dahulu." sahut Nanda sopan.
Perutnya sebenarnya sudah lapar, tapi ia masih canggung untuk duduk makan bersama. Ia juga takut tiba-tiba diusir dari meja makan karena dianggap tidak pantas makan di meja yang sama. Nanda sepertinya sudah terkontaminasi oleh cerita-cerita novel pernikahan dengan suami dingin. Dalam cerita itu biasanya sang istri akan dilarang bahkan diusir bila mencoba makan di meja yang sama. Kadang juga sang suami akan meninggalkan istrinya makan sendirian sambil menangis karena tak sudi duduk di satu meja yang sama dan Nanda tidak ingin kejadian seperti itu terjadi.
"Duduk dan makanlah." titah Gathan datar dengan sorot mata yang entahlah.
Nanda pun hanya menurut lalu duduk di hadapan Gathan. Ia mulai mengambil nasi dan mengisinya dengan lauk yang sama dengan Gathan lalu ia mulai makan dengan cepat membuat Gathan geleng-geleng kepala.
"Oh iya, kak Erwin nggak diajak makan pak?" tanya Nanda pada Gathan heran.
Lalu Gathan mengambil ponselnya dan mengetik pesan di sana. Tak lama kemudian, Erwin muncul dengan wajah sumringah.
"Wah, akhirnya bisa ngerasain makan di rumah bos juga!" seru Erwin senang sebab setelah sekian tahun mengabdi dengan Gathan, ia tidak pernah sekalipun diajak makan bersama. Namun kali ini, untuk pertama kalinya, tepatnya di hari pertama Nanda menyandang sebagai istri Gathan, ia akhirnya bisa mencicip makanan di rumah ini. "Hhmmm ... soto ini enak banget. Sambalnya juga. Wah perkedelnya juga. Mbak Surti jago banget masak." ucap Erwin yang mengira masakan itu buatan Surti.
"Itu buatan non Nanda kok, tuan. Tadi saya cuma kebagian nyiapin bahan aja." ucap Surti jujur saat bertepatan saat meletakkan teh hangat untuk Gathan. Gathan memiliki kebiasaan makan ditemani secangkir teh hangat.
"Wah, kamu hebat banget dek,! Masih ada stok calon istri seperti kamu nggak dek? Kalau ada kenalin dong!" goda Erwin seraya memainkan alisnya yang tanpa sada membuat Gathan mendengus kasar lalu ia menendang kaki Erwin yang ada di bawah meja.
"Awww, jangan main tendang-tendang dek! Sakit tau!" protes Erwin yang mengira Nanda lah yang menendangnya.
"Nanda nggak ... "
"Awww ... " Erwin lagi-lagi memekik kaget lalu tanpa sengaja ia beradu pandang dengan Gathan. Sorot mata tajam Gathan seakan mengisyaratkan jangan godain istri gue . Erwin menelan ludahnya kasar saat menyadari Gathan lah yang menendangnya.
"Kak, beneran bukan Nanda yang nendang." ucap Nanda sungguh-sungguh membuat Erwin pura-pura terkekeh.
"Aku hanya bercanda kok, non."
"Kok non? Jangan ikutan mbak Surti kak panggil non, panggil nama aja apa dek kayak tadi. Lebih enak didengar. Nanda nggak pantas dapetin panggilan kayak gitu. Mana ada nona tinggal di panti asuhan. Mana ada nona yang miskin kayak Nanda."
Erwin yang merasa Gathan masih saja menyorotnya tajam pun memilih pura-pura tidak mendengar protesan Nanda dan melanjutkan makannya secepat mungkin.
"Ck ... mslah pura-pura nggak dengar. Dasar nyebelin." Nanda mencebik. Tanpa Nanda sadari, sedari tadi ia sudah jadi bahan perhatian Gathan. Dalam waktu tak sampai 1 jam, Gathan bisa melihat berbagai macam ekspresi dan sikap Nanda sangat berbeda dari Freya.
Hingga dalam perjalanan kembali ke kantor pun, Gathan tak henti-hentinya melamun memikirkan berbagai sikap dan ekspresi Nanda yang menurutnya menarik. Bahkan saat ia ingin kembali ke kantor pun, Nanda juga menyalaminya membuatnya merasa diperlakukan seperti suami sebenarnya. Ruang hampa di sudut hatinya seketika menghangat. Padahal baru satu hari gadis itu berada di rumahnya tapi sikapnya sudah seperti seorang istri idaman.
'Sepertinya ia benar-benar ingin merealisasikan permintaannya tempo hari.' gumam Gathan dalam hati saat mengingat permintaan pertama Nanda saat ia menceritakan fakta bahwa sebenarnya ia telah memiliki istri.
'Izinkan aku melaksanakan tugasku sebagai seorang istri." s
Gathan masih ingat jelas dengan permintaan itu hingga tanpa sadar, Gathan menyunggingkan senyum tipis membuat Erwin yang meliriknya dari rear vision mirror cukup terkejut.
'Ternyata anak itu cukup hebat. Baru satu hari ia sudah bisa membuat si bos tersenyum walaupun masih samar-samar.'
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰...