PLAK
Dewa menatap kaget campur kesal pada perempuan aneh yang tiba tiba menampar keras pipinya saat keluar dari ruang meeting.
Dia yang buru buru keluar duluan malah dihadiahi tamparan keras dan tatapan garang dari perempuan itu.
"Dasar laki laki genit! Mata keranjang!" makinya sebelum pergi.
Dewa sempat melongo mendengar makian itu. Beberapa staf dan rekan meetingnyaa pun terpaku melihatnya.
Kecuali Seam dan Deva.
"Ngapain dia ada di sini?" tanya Deva sambil melihat ke arah Sean.
"Harusnya kamu, kan, yang dia tampar," tukas Sran tanpa menjawab pertanyaan Deva.
Semoga suka ya... ini lanjutan my angel♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehujanan
"Kamu kenapa, sih." Emily menahan dada Dewa dengan kedua telapak tangannya. Wajahnya sudah sangat panik karena Dewa terus saja mendekat.
Tenaganya bukan apa apa dibandingkan dengan tenaga laki laki kurang ajar ini.
Dewa tertawa lepas, membiarkan posisi in tim mereka.
"Kenapa? Kamu lebih suka dengan Deva?" tanyanya sok acuh di sela tawanya.
"Aku ngga suka, ya, sama si kurang ajar itu," sanggah Emily sambil membelalakkan matanya.
Laki laki ini mau ditampar lagi? batinnya kesal, karena merasa terintimidasi.
"Kamu berhutang satu ciuman," ucap Dewa cuek. Saatnya menjalankan ide Deva. Menang kalo dipikir dia rugi sudah ditampar padahal ngga salah.
"Enggak! Enggak boleh!" larang Emily sambil berusaha mendorong tubuh Dewa agar menjauh.
Tapi tubuh itu sangat kokoh, ngga bisa digeser.
Dewa kembali tertawa renyah. Dia sengaja menggoda gadis galak ini.
Tapi dalam hati syukurlah kalo Emily ngga menyukai Deva.
"Kenapa kamu ngga mau tunangan denganku? Jawab, atau kita akan begini terus." Senyum smirk terukir di wajah Dewa
"Kamu, kan, mau dijodohkan dengan Nagita. Gimana, sih," sungut Emily jengkel karena marah dan sedih(?)
Dia juga malu dan jantungnya terus berdebar kencang.
Dewa terdiam.
Jangan jangan dia dengar kata kata Deva, batinnya.
Kemudian Dewa memundurkan tubuhnya dan kembali membenarkan posisi duduknya.
"Aku ngga dijodohkan dengan Nagita. Lagi pula Nagita menyukai laki laki lain," ujarnya sambil membuka pintu mobil jeepnya.
Emily baru bisa menghembuskan nafas lega.
Syukurlah, pergi juga.
Emily juga membuka pintu jeepnya.
Tapi langkahnya langsung mandek ketika melihat sebuah motor balap ada di sana.
"Tas mu biar dibawakan anak buahku." Dewa meraih tas punggung yang berisi laptop dan barang penting lainnya dari tangan Emily.
Emily hanya bisa melihat tasnya yang diberikan Dewa pada anak buahnya.
Dewa kemudian memberikannya helm.
"Gimana duduknya? Aku, kan, pake rok," ucapnya bingung.
Dewa langsung mendekat lagi.
"Kamu mau ngapain?" Emily mundur selangkah sambil menyantelkan tali helmnya.
Dewa mengambil jas yang tersampir di bahunya.
"Diam bentar," perintahnya ngga mau dibantah.
Emily menurut.
Dewa langsung berjalan ke belakang tubuh Emily.
Dia pun mengenakan jasnya di pinggang Emily dalan posisi punggung jasnya di depan tubuh Emily.
Emily ngga tau, laki laki ini sadar atau nggak dengan apa yang sudah dia lakukan.
Posisinya seakan sedang dipeluk Dewa dari belakang.
"Roknya ngga bakal terbang lagi," bisik Dewa tepat di dekat telinga Emily. Setelahnya dia langsung menjauh.
Tapi efeknya luar biasa yang dirasakan Emily. Bulu kuduknya meremang dengan jantung sesaat berhenti berdetak.
"Duduk menyamping aja. Ayo, udah mendung banget." Dewa segera menghidupkan mesin motornya.
Dengan ragu Emily mendekati motornya Dewa. Suara mesin sudah terdengar.
"Ayo...!" desak Dewa ngga sabar. Laki laki itu sudah memiringkan motornya.
Langit memang semakin mendung.
Dengan ragu Emily menaiki motor balap yang tinggi itu dan duduk dengan posisi menyamping.
Dia pun meletakkan tangannya pada pegangan di belakang motor.
"Yakin ngga mau peluk?" Dewa dapat melihatnya dari kaca spion.
Emily masih diam. Dalam hati kepikiran juga dengan kata kata Dewa.
Posisinya cukup berbahaya
"Jangan salahkan aku kalo nanti kamu nyungsep." Setelah mengatakannya, Dewa sengaja menggas motornya lebih dalam membuat Emily langsung mengalungkan kedua tangannya ke pinggang Dewa.
"Hati hati, dong. Aku hampir jatuh, nih," omel Emily marah karena kaget.
Karena Dewa ngga menggubris, Emily langsung mencubit keras perut laki laki menyebalkan ini.
"Sakit, sayang," ringis Dewa sambil terus melajukan motor balapnya. Bahkan dia tambah nge gas lagi.
"DEWAAA....!" teriak.Emily dengan jantung mau melompat keluar.
Dewa tergelak dna terus melajukan motornya dalam kecepatan tinggi.
Tes!
Tes!
Ujan, batin Emily panik. Hawa dingin makin terasa.
Rintik rintik ujan mulai turun. Motor yang membawanya pun tambah kencang membelah jalanan.
Emily tambah erat memeluk pinggang Dewa. Tubuhnya tambah merapat.
Eh, batin Emily ketika.dia merasa tangannya digenggam laki laki itu.
Genggamannya menghasilkan aliran hangat dalam darahnya.
*.
*
*
Tubuh mereka basah kuyup ketika sampai di basemen sebuah butik.
"Kita dimana?" tanya Emily dengan tubuh agak menggigil. Perlahan dia turun dari motor Dewa.
Dewa menatapnya khawatir.
Dia pun melepaskan helm Emily. Tangannya mengusap lembut pipi Emily, membuat gadis itu mematung.
"Dingin....," ucapnya pelan yang dibalas anggukan Emily.
"Kita harus ganti pakaian," ucap Dewa sambil merengkuh bahu Emily dan melangkah cepat ke arah pintu masuk butik.
"Kita basah, Dewa. Pemilik butiknya ngga bakalan marah?" tanya Emily bingung walaupun dia tetap menurut.
Dewa hanya tersenyum tipis.
"Saat pintu terbuka, beberapa pegawai perempuan menyambut ramah.
"Carikan pakaian buat acara resmi."
"Ya, tuan muda." Pegawai itu langsung tanggap.
"Dewa?" tante Indri menatapnya penuh selidik. Tapi kemudian tatapannya berubah jahil.
"Tante," senyum Dewa sambil menyalim sahabat mamanya.
Emily juga menyalim wanita paruh baya yang masih tampak cantik.
"Ke kamar mandi sana. Nanti pegawai tante yang akan menyiapkan pakaian kalian."
"Thank's, tante."
"Kamu Emily?" tebak Indri. Zoya pernah menceritakan tentang perjodohan Dewa dengan Emily padanya.
'I iya, tante," jawab Emily bingung.
Kok, tau namanya?
"Ayo, tante antar. Dewa, kemu ke kamar mandi di sana," tunjuk Indri sambil menarik tangan Emily yang mulai gemetar.
"Siap, tante."
"Kamu kedinginan," ucap tante Indri penuh perhatian.
"Ka kami kehujanan, tante."
Tante Indri tersenyum.
"Harus ganti pakaian. Acara ini penting, kan? Jangan sampai kalian berdua telat," ucapnya penuh makna.
Emily ngga menyahut. Sampai sekarang dia masih bingung, memangnya ada acara penting apa?
Kenapa tante ini juga tau apa yang akan terjadi....?
Keduanya sampai.di depan pintu kamar mandi.
"Pegawai tante sudah nyiapin pakaian ganti yang akan kamu kenakan nanti," senyum Tante Indri ramah.
"Makasih. Tante."
"Sama sama, gadis cantik."
Keduanya saling melempar senyum hingga Emily memasuki kamar mandi yang sudah terbuka di dalamnya.
Saat sudah menutup pintu kamar mandi, Emily bersandar di sana.
Sebenarnya apa yang akan terjadi?
Mengapa tante itu tau namanya...?
Emily memejamkan matanya.
Masih banyak lagi kekhawatirannya tentang apa yang akan terjadi nanti.
rasakan kau Baron.. sekarang rasakan akibatnya mengusik calon istrinya Dewa... 😫😫
sudah tahu bakal besan juhan orang berkuasa mlh cari masalah muluk baron
kalau mereka ketemu gimana ya...
DinDut Itu Pacarku ngasih iklan
atau nanti Agni juga ikut-ikutan bersandiwara... buat ngetes calon menantu... he he he he ..