Ini kisah seorang seorang gadis kaya raya mencari cinta sejati menyamar jadi karyawan sederhana. Sania kembali ke tanah air demi mencari kebenaran kematian ibunya. Selama di tanah air Sania jatuh cinta pada pengusaha kaya namun sayang ditinggal nikah. Demi melanjutkan rencana balas dendam pada keluarga penyebab kematian sang ibu juga pada mantan pacar Sania rela menikah dengan laki beristeri yang penyakitan. Mampukah Sania mencari fakta Kematian ibunya sekaligus tuntaskan dendam pada mantan pacar? Semua jawaban ada di kisah ini. Silahkan simak kisah Sania mencari cinta dan tuntaskan dendam!
Ini karya perdanaku. Mohon dukungan para pembaca. Tinggalkan jejak agar penulis makin semangat update. Terima kasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mei Sandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nania Drop
Nania menangis dalam pelukan Bara dengar Bara juga tak mau penuhi permintaan konyolnya. Memang terdengar aneh ada wanita carikan bini untuk suami. Andai Nania sehat dia juga tak mau begitu. Dia tentu ingin miliki Bara hanya untuk diri sendiri.
Tapi saat ini Nania sekarat. Mau mati belum sampai ajal. Mau hidup normal juga sangat jauh dari harapan. Kini harapan Nania hanya jatuh pada Sania yang tampak tak tamak. Banyak sisi baik dari gadis muda ini, bahkan Sania mampu dampingi Bara bangun kembali perusahaan yang hampir runtuh.
"Mas..aku mau tidur saja." bisik Nania lemas tak mau panjang cerita sama Bara.
"Nia..kamu harus makan! Kau tak mau nginap di rumah sakit lagi bukan?" bujuk Bar lembut berusaha rebut hai Nania.
Nania tak jawab. Nania sudah terlalu capek mengharap. Secerah harapan mulai muncul namun dihalangi suami sendiri. Apa guna Nania berjuang dalam kesendirian.
Nania merebahkan diri tak peduli pada Bara. Mungkin dengan tidur dia akan dapatkan ketenangan jiwa.
Bara menghela nafas sedih. Permintaan Nania sangat tak masuk akal. Menikah di saat Nania sedang sakit tak ada dalam pikiran Bara. Dia hanya berharap Nania kembali sehat melanjutkan hidup bersamanya hingga maut menjemput. Bara bukan tak tahu sangat menyakitkan diselingkuhi. Bara sudah pernah merasakan kepahitan itu kala calon isterinya bernama Arsy berselingkuh di belakangnya. Bara ambil keputusan nikahi Nania setelah kedapatan Arsy sedang bercinta dengan laki lain di apartemen mereka.
Dunia Bara terasa runtuh menyaksikan dengan mata kepala sendiri calon isteri yang dia puja tega tidur ria dengan sahabat sendiri. Dari situ Bara tak percaya cinta sejati. Semua bulshit.
"Nia...makan dikit ya!" Bara masih berusaha bujuk Nania.
Nania tak mau jawab walau belum tidur. Nania pejamkan mata acuhkan Bara.
Bara ikut merebahkan diri di samping Nania dengan harapan Nania akan minta makan kalau lapar.
Suara dering ponsel di meja kecil bangunkan Sania dari tidur nyenyaknya. Sania meraih ponsel melihat siapa yang telepon. Mata Sania masih sayu karena ngantuk.
"Pak Bara???" Sania kaget no Bara muncul di layar. Dari mana Bara tahu no ponselnya padahal Sania belum beri no pada Bara.
"Assalamualaikum...Pak Bara?"
"Waalaikumsalam...tolong ke rumah sakit! Nania kolaps lagi."
"Ya Allah...segera Pak!"
Ponsel mati sepihak. Bara pasti sedang kacau karena Nania kembali drop. Sania segera berberes menuju ke rumah sakit. Jam beker di atas meja kecil menunjukkan waktu jam 2 dini hari.
Jam gini adalah waktu paling nyenyak tidur. Jam tidur Sania terganggu gara panggilan Bara. Sania paham kalau tak urgen tak mungkin Bara berani telepon dia.
Sania berangkat juga ke rumah sakit di tengah malam buta. Angin dingin menyambut Sania begitu keluar apartemen. Satpam apartemen kaget juga melihat Sania keluar tengah malam. Sania tak pernah keluar setelah pulang. Reputasi Sania cukup bagus di kalangan satpam. Tak pernah ada gosip miring penghuni yang satu ini.
"Nona Sania? Mau ke mana?"
"Oh pak satpam...ada saudara masuk rumah sakit. Permisi.." Sania bergegas menuju ke parkiran.
"Hati hati ya non!" seru Pak Satpam ingatkan Sania.
"Iya pak. Terima kasih."
Mobil Sania keluar dari lahan parkiran meluncur ke jalan raya membelah malam. Jalanan sepi. Hanya ada satu dua kenderaan melintas. Di saat beginilah rawan kejahatan. Penodongan dan perampokan acap terjadi bila pengemudi lengah.
Sebenarnya Nania takut namun mengingat kondisi Nania yang kronis halau semua keraguan. Nyali Sania tumbuh sendiri. Sania tak takut hadapi bahaya demi Nania yang sudah cukup lama hidup teraniaya.
Puji syukur Sania tiba di rumah sakit dengan selamat. Sania segera cari tahu di mana Nania dirawat. Ternyata Nania masih dirawat di ruang IGD. Bara mondar mandir di depan ruang IGD dengan tampang bingung.
"Pak Bara.." panggil Sania pelan
"Sania..mbakmu sesak lagi."
"Salah makan lagi?"
Bara menggeleng, "Tak makan."
"Kok bisa..??"
"Ini karena dia marah.."
"Bapak sakiti mbak?" tanya Sania judes.
Bara menggaruk kepalanya yang tak gatal. Bagaimana kasih tahu Sania kalau Nania mogok makan karena harap mereka menikah. Memalukan buka cerita langsung pada orang bersangkutan.
"Pak...karena Nada atau Arsy? Kujamin nafas bapak akan pendek bila sakiti mbak Nania." ancam Sania makin judes.
"Bukan itu...kau kan sudah bicara dengan mbakmu kemarin. Ya itu."
Kini giliran Sania bingung. Kata kata Bara mengingatkan Sania akan permintaan aneh Nania. Hal paling mustahil jadi harapan besar Nania. Bara dan Sania belum kenal sekali bagaimana bangun rumah tangga.
"Ini..." Sania bingung.
"Aku tak tahu...ini sangat tak adil buatmu."
"Bukan masalah adil atau tidak tapi kesehatan mbak. Mbak harus sembuh Pak."
"Dia akan tenang kalau kita ya itu.." Bara grogi katakan terangan.
"Gimana ya? Jadi bini muda..pelakor?" Sania merepet sendiri.
"Aku tahu niatmu tulus pada Nania. Kamu takut dia sakit hati namun dia ngotot mau kamu hadir di antara kami."
"Bapak sendiri gimana?"
Bara perlihatkan wajah bodoh tak bisa kasih jawaban pasti. Setua gini Bara baru rasakan kebingungan soal percintaan. Menikah kedua kali. Punya dua bini pula.
"Aku tak tahu. Aku tak mungkin ambil keuntungan dari gadis macam kamu."
"Bapak sanggup nafkahi dua bini?"
"InsyaAllah...lahir batin!" sahut Bara spontan.
Bara mendekap mulut keceplosan sok macho. Sania cekikan lihat Bara bingung sendiri setelah kelepasan mulut.
"Baiklah kita menikah demi mbak Nania! Kita menikah hanya untuk mbak. Jadi bapak tak perlu tanggung jawab padaku. Kita tetap atasan dan bawahan. Kalau mbak sudah sembuh kita akan pisah baik baik. Ok?"
Bara ragu menjawab. Sania tak open status janda di kemudian hari hanya demi orang yang baru dia kenal. Hati Sania terbuat dari apa. Malaikat tanpa sayap?
"Aku bukan laki baik tapi aku akan usaha adil pada kalian dua. Dan lagi pernikahan kita akan terdaftar untuk hindari salah paham masyarakat terhadapmu. Nania harus keluarkan pernyataan ijin kita menikah. Kalau kau sanggup mari kita nikah. Aku tak mau namamu jadi jelek kalau hanya nikah siri."
"Ok..yang terbaik untuk mbak saja. Aku tak punya keluarga di sini selain keluarga Lisa yang ku anggap keluargaku sendiri. Waliku biarlah wali hakim."
"Baiklah! Semoga kau tak menyesal menikah dengan pak tua macam aku."
"Kuakui bapak dikit tua. Tapi lumayan ganteng. Tak malulah dibawa ke umum. Oya..kalau bisa pernikahan kita tak perlu diumumkan di kantor. Cukup kita saja yang tahu."
"Terserah kamu! Tapi orang tuaku harus tahu."
"Harus dong! Ini wajib buat anak kasih tahu pernikahan pada orang tua. Sekarang kita temui mbak Nania kabarkan kita siap menikah."
"Baik..oya terima kasih sebelumnya. Sudah mendatangkan musibah bagimu."
"Maka itu bapak harus sayang pada mbak. Pengorbananku tak kecil."
"Iya..ada tambahan lain?"
Sania memilin bibir ingat ingat apa yang harus ditambah dalam janji nikah mereka. Lebih bagus jelas jelas ketimbang esok jadi beban.
"Aku ingat. Selama aku masih bini bapak jangan coba coba main gila! Aku ada bakat jadi dukun sunat lho! Itu si Arsy atau Nada tak boleh dekat dengan bapak. Jarak 2 kilometer."
"Jauh amat..Ini sama saja tak boleh jumpa."
"Begitulah permintaanku! Itu syarat penting. Sanggup?"
"Ini...ini.."
"Arsy ya? Kalau bapak berat tinggalkan selingkuhan bapak lebih baik tak usah mulai denganku. Aku bukan orang ramah pada manusia munafik." Sania hilangkan nada ramah berganti tekanan dalam intonasi suara.
"Aku tak pernah selingkuh dengan siapapun. Cuma Arsy ada anak yang kadang perlu bantuanku."
"Anak bapak?"
"Bukan..dia dan suaminya sudah cerai. Anaknya sudah anggap aku sebagai bapaknya. Aku hanya tak mau kecewakan anak kecil."
"Wooww..superhero! Terserah bapak saja! Arsy atau mbak Nania." sinis Sania bikin Bara bimbang.
"Baiklah! Nania.."
"Ok...kalau bapak langgar akibatnya tanggung sendiri. Aku tak suka orang curang. Aku memang wanita lemah tapi daya rusakku bertenaga atom."
"Iya..mari kita jenguk mbak Naniamu!" ajak Bara tak berdaya hadapi dua wanita yang bakal warnai hidupnya. Bara yakin hidupnya bakal ramai bila Sania telah bergabung. Mulut tajam Sania saja sudah bikin pusing. Belum lagi Nania kalau lagi kumat sakit.
Nania masih diinfus dan diberi oksigen melalui hidung untuk bantu redakan sesak. Mata wanita ini terpejam tak mau melihat sekeliling. Nania kecewa pada Bara yang tak mau penuhi permintaannya.
"Mbak Nania ini Sania.." panggil Sania selembut mungkin biar Nania tak kaget.
Nania buka mata menatap Sania. Mata sayu Nania berkaca kaca hendak luncurkan kristal bening. Nania mengelus pipi Nania pelan sambil beri senyum.
"Aku datang dan janji akan bersamanya mbak sampai sembuh."
"Kau mau nikah sama mas Bara?"
Sania mengangguk, "Kami akan nikah biar kita bisa bersama selamanya. Mbak harus cepat sembuh ya! Kalau tidak bagaimana dampingi aku jadi pengantin mas Bara."
Nania merasa sesaknya kontan reda. Dada terasa plong dengar janji Sania akan menikah dengan suaminya. Bayangan lalui hari bersama gadis lucu macam Sania bermain di mata Nania.
Tak terasa air mata Nania meleleh saking bahagianya. Kini dia tak perlu takut kesepian lagi. Sania bakal lindungi dia dari wanita wanita penggoda Bara. Nania tahu Sania tak tertarik pada Bara maka minta laki ini nikahi Sania.
"Aku mau pulang." pinta Nania semangat. Suaranya mulai bergairah full energi. Layak batere baru di cas penuh.
"Jangan! Kita nginap semalam di sini. Aku dan Pak Bara akan jaga mbak. Ya kan pak?"
Bara mengangguk benarkan kata kata Sania.
"Ini sudah hampir pagi. Tidur saja! Begitu terang kita pulang."
"Ok..tapi jangan opname ya! Aku sudah sehat."
"Aku percaya mbak! Tidurlah! Aku dan Pak Bara akan jaga di sini."
"Kenapa masih panggil bapak? Panggil mas Bara dong!"
"Mbak...pernikahan kami dirahasiakan dulu. Orang kantor tak perlu tahu takut orang hujat aku sebagai pelakor jadi untuk sementara tetap Pak Bara. Apapun akan kulakukan asal mbak senang. Mbak juga harus jaga aku."
"Oh gitu...baiklah! Aku bisa tidur tenang."
"Tidurlah!" Sania membantu Nania berbaring cari posisi nyaman.
Nania benaran tertidur tanpa ada ganjalan di hati. Nania tak tahu berapa besar pengorbanan Sania dalam hal ini. Masih muda sudah harus sandang gelar janda bila kelak Bara dan Sania pisah. Sania janji akan kembalikan Bara pada Nania kalau dia sembuh kelak.
Bara beri tanda para Sania untuk keluar dari ruang IGD setelah yakin Nania tertidur pulas. Nania naik sesak karena tak makan juga berpikiran. Daya tahan tubuh Nania tak sebagus daya tahan manusia umum karena kanker telah merampas sebagian imun tubuh Nania. Dia cepat drop kalau ada sedikit saja kesalahan.
Bara dan Sania cari tempat di ruang tunggu. Sudah pasti mereka tak bisa istirahat nyaman di bangku panjang terbuat dari aluminium. Paling hanya bisa ringankan kaki lama berdiri tadi.
"Duduklah!" pinta Bara lembut.
Sania menempatkan pantat dekat Bara beri jarak dua blok bangku. Sania tak mau sok akrab walau sebentar lagi mereka akan jadi suami isteri.
"Kau mau tinggal bersama kami atau tetap di tempatmu?"
"Terserah mbak Nania! Cuma aku minta kamar lumayan besar untuk letakkan trekerku."
"Kita tunggu kabar Nania. Aku tak masalah kau mau di mana. Di ruang kerjaku ada treker dan bandul. Kau bisa pakai keduanya."
"Terima kasih..sebelumnya aku mau jelaskan kalau kita hanya nikah demi mbak Nania jadi kita tak perlu ada kontak fisik. Kita tak perlu tidur sekamar. Kita tetap orang asing soal tempat tidur." Sania to the point agar Bara tahu dia tak mau tidur seranjang dengan laki itu walau berstatus suami isteri.
"Aku paham...kau tak perlu takut karena aku tak tertarik pada anak kecil."
Sania mencibir dianggap anak kecil oleh Bara. Umurnya sudah cukup untuk jadi punya anak masak dianggap anak kecil.
"Iya aku balita...capek omong sama kakek produk jaman pak flinstone!" gerutu Sania samakan Bara dengan tokoh kartun manusia purba.
"Siapa Pak Flinstone?"
"Search saja di nona google. Dia akan beritahu dengan jelas. Aku mau tidur."
"Tidur sini?"
"Ngak..mau booking salah satu sal ruang rawat." ketus Sania bikin Bara urut dada.
Gadis panas. Bara intip Sania yang coba tidur di bangku aluminium dengan posisi duduk. Gadis itu cari posisi nyaman untuk istirahatkan mata.
Bagaimana dia putar tetap tak ada posisi nyaman. Dia tidur dengan gelisah. Bara ikut gelisah lihat Sania bolak balik badan cari nyaman.
Laki ini terpaksa hampiri Sania lalu duduk di samping gadis itu berikan bahunya sebagai tumpuan kepala. Sania seperti dapat tempat nyaman bersandar pada bahu calon suami.
Belum lama janji tak ada kontak fisik sekarang terpatahkan. Sania bersandar nyaman pada bahu Bara melanjutkan mimpi tertunda karena panggilan Bara.
Bara pertahankan posisi duduk demi calon bini judes. Bau harum rambut Sania membelai hidung Bara. Bara sudah lupa berapa lama dia tak rasakan segarnya bau badan wanita. Sejak Nania divonis kanker otomatis segala kegiatan bercinta hilang total. Bara menahan ***** demi menjaga kesetiaan pada Nania.
karyawn tdk bisa up to day dgn hasil kerja pecattt.
awal porong gaji potong transoirt, potong yang makan 75 % klu melanggar etos kerja. ada urusan apa sama karyawan.!!
pecat satu yg melamar jutaan. yg tudak tahu diri kary..pada belagu demo demo dioecat jf gembellll.
males urus anak, anak bagi laki2 cuma buat kebanggaan bahwa dia bisa bikin perempuan hamil, artinya dia laki2 sejati.
hampir semua laki2 cuma senang bikinnya. jd anak dan hamil paling benci dan sebell klu belum nikah banyak suruh gugurin! males basnget suruh tanggung jawab. klu tdk taskut dosa dan hukum. pasangan zinahnya hamil klu mau suruh gugurin dia senang banget hamil lagi gugurin lsgi terus maunya begitu dan tak perlu nikah dgn perempuan model begini, krn apa! buat apa dinikahi! engga dinikahi bisa ditidurin setiap saat. tujuan nikah apa? mau ngesex tanpa zinah kan.
lah ini si Ranti dgn bangga mau di ajak tidur tanpa dinikahi.
yg bodoh tuh boby,,, perempuan murahan kok di taburin benihnya. laki2 bejad dunia biasa memandangnya. klu peremouan rusak dan murahan sdh jelas GEN LIAR gimana turunannya!!!