Kisah Jovanka, seorang mahasiswi cantik yang bekerja sebagai seorang pengasuh empat anak laki-laki yang usianya bukan lagi anak-anak.
Empat anak laki-laki korban broken home membuat mereka terbiasa hidup mandiri meski tergolong orang berada. Meski awalnya beberapa dari mereka tidak sepenuhnya menerima kehadiran Jovanka, gadis itu membuat semuanya perlahan berubah.
Kehidupan Jovanka berubah sejak menjadi maid dan hidup serumah bersama empat laki-laki tampan. Perselisihan, pertengkaran, asmara, kisah manis dan kekeluargaan terjalin erat tanpa disadari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Datang Ke Sekolah Kaivan
Setelah semua anak asuhnya selesai sarapan, Jojo menunggu semua orang pergi terlebih dahulu. Ia harus bersiap dan tampil meyakinkan agar guru di sekolah Kai mempercayainya.
Sementara Kalingga, Keenan dan Kylan berangkat bersamaan, Kai berpura-pura mengendarai motornya menuju sekolah. Namun bocah laki-laki itu berhenti dan putar balik untuk menjemput Jojo.
Setelah sampai di rumah, Kai melihat Jojo sudah tampil cantik dalam.balutan dress putih bermotif bunga dipadukan dengan blezer berwarna merah muda. Tampilan Jojo bahkan sangat meyakinkan, ia seperti wanita berkelas sesuai keinginan Kaivan.
"Wow, kau keren. Semua orang pasti percaya jika kau adalah kakak iparku," seru Kai.
"Benarkah?" tanya Jojo. Ia memakai hight heels berwarna hitam dengan rambut lurus yang digerai panjang.
Kai dengan semangat dan gembira akhirnya membonceng Jojo ke sekolahnya. Bocah laki-laki itu kini bernafas lega. Dengan kehadiran Jojo, ia sudah bisa kembali bersekolah besok lusa. Ia juga tidak perlu melibatkan kakak-kakaknya untuk menghindari masalah yang lebih rumit.
Sesampainya di sekolah, Kai mengantar Jojo ke ruang bimbingan konseling. Di ruangan tersebut sudah ada tiga guru wanita yang sudah menunggu. Di sana juga sudah duduk salah seorang teman Kai yang ia bela saat perkelahian beberapa hari lalu.
"Selamat pagi, Bu." Jojo dan Kai berucap bergantian. Salah seorang guru wanita berkacamata bernama Henny mempersilahkan keduanya duduk.
"Maaf, dengan siapa?" tanya guru tersebut pada Jojo. "Setahu kami, kakak Kaivan semuanya laki-laki," sela guru yang lain.
"Saya Jovanka, kakak ipar Kaivan," jawan Jojo sambil tersenyum. Ia mengulurkan tangan dan berjabat dengan para guru. Salah satu dari guru muda yang duduk di ujung merasa terpotek hatinya. Ia penasaran kira-kira siapa di antara kakak Kaivan yang sudah menikah. Padahal di sekolah ini sangat mengidolakan kakak-kakak Kaivan, terutama Keenan.
"Oh, baik. Begini, Nona Jovanka. Kami terpaksa melakukan skorsing kepada Kai karena ia sudah melakukan tindak kekerasan yang mencermarkan nama baik sekolah. Dan kami juga meminta anda datang untuk menerima surat peringatan. Anda harus menjamin jika Kaivan tidak akan melakukan hal serupa," jelas guru.
"Melakukan hal serupa? apakah anda sudah mendengar dengan seksama kesaksian Kai dan temannya?" tanya Jojo. Ia cukup kesal karena kini guru-guru di hadapannya seakan menimpakan semua kesalahan pada anak asuhnya.
"Maaf, Nona. Perkelahian dilakukan di luar lingkungan sekolah. Dan Kaivan menghajar empat siswa dari sekolah lain," jawab guru paling muda.
"Saya tahu. Tapi Kai hanya membela temannya yang dihakimi oleh siswa lain. Bukankah tidak adil jika satu lawan banyak? Saya memuji keberanian Kai untuk membela yang lemah. Kai melakukan apa yang seharusnya dia lakukan," jelas Jojo. Ketiga guru hanya bisa diam dan saling pandang.
Kai dan temannya yang duduk bersebelahan hanya diam dan melongo mendengar pembelaan Jojo. Sepertinya tindakan Jojo benar-benar melenceng dari rencana. Kai sebenarnya hanya meminta gadis itu mengaku sebagai kakak ipar, diam dan menyetujui apapun yang guru jelaskan agar masalah segera selesai dan mereka bisa pulang dengan cepat.
"Hei, kamu teman Kaivan?" tanya Jojo sambil melihat bocah laki-laki di samping anak asuhnya. Bocah itu mengangguk.
"Ceritakan sejelas-jelasnya kronologi kejadian tanpa menambahi dan mengurangi apapun," pinta Jojo. Dengan hati-hati, teman Kai menjelaskan awal mula bagaimana ia bisa di kepung dan di pukuli beberapa siswa dari sekolah lain. Rupanya ia dituduh merebut pacar salah satu dari mereka. Ia juga bercerita jika Kai sudah berusaha menghindari pertengkaran dengan mengajaknya berlari menjauh. Namun mereka yang berjumlah lima anak, terus mengejarnya.
Pada saat teman Kai bercerita, tiga laki-laki tampan sudah berdiri di dekat pintu dan menguping pembicaraan mereka.
"Baik, Bu. Jadi saya tidak harus menandatangani surat peringatan apapun, karena perbuatan Kai adalah atas dasar rasa solidaritas, loyalitas. Ia sudah membantu temannya dengan usaha terbaik," jelas Jojo. Ia tersenyum menatap para guru bergantian.
"Oh, lihat siapa yang datang," salah seorang guru menahan tersenyum dengan menutup mulutnya dengan telapak tangan.
Jojo dan Kai menoleh serentak ke arah pintu. Kalingga, Keenan dan Kylan sudah tersenyum tampan di sana.
"Tamatlah riwayatku," keluh Kai dalam hati. Kebahagiaannya hari ini luntur setelah kedatangan ketiga kakaknya.
"Selamat pagi, Bu Guru yang cantik. Maaf atas keterlambatan kami," ucap Kalingga sopan. Mereka bertiga bergantian menyalami para guru, sementara Jojo memijat pelipisnya dengan gemetar. Ia berpikir akan terseret masalah lebih buruk setelah ini.
"Oh, tidak apa-apa. Silahkan duduk. Apakah Kaivan tidak memberi tahu kalian jika kakak iparnya sudah hadir sebagai perwalian?" tanya salah seorang guru.
"Kakak ipar?" Tiga laki-laki tampan bertanya secara serempak. Guru-guru saling pandang, mereka merasa heran dengan reaksi Kalingga dan kedua adiknya.
"Jadi, siapa di antara kalian yang sudah menikah dengan Nona Jovanka?" tanya guru. Semuanya hening sesaat, tidak ada yang mau mengaku. Kemudian ....
"Saya!" Kalingga dan Keenan menjawab bersamaan. Jojo dan Kai menunduk, mereka mengusap wajah dengan sebelah tangan. Bagaimana bisa jawaban kedua kakaknya bisa sama?
Ketiga guru melongo. Apakah ini sebuah lelucon? Dua bersaudara memperistri gadis yang sama?
"Saya masih calon kakak ipar Kaivan," sela Jojo. Ia berucap dengan nada gemetar.
"Ya, benar. Dengan siapa dia menikah, kami belum memutuskan," lanjut Kalingga. Sungguh memalukan kejadian hari ini. Beruntung, Kylan tidak menjawab dengan jawaban yang serupa. Jika iya, maka semua orang akan berpikir akan terjadi perang saudara.
"Ken Caessa, boleh saya minta tanda tangan?" tanya seorang guru berkacamata.
"Dengan senang hati, Bu," jawab Keenan.
Hampir satu jam berlalu, masalah dengan pihak sekolah telah tuntas. Jojo sepakat tidak mau menandatangani surat peringatan karena ia merasa tindakan Kai tidak bisa disalahkan. Ia juga meminta pihak sekolah mencabut hukuman skorsing pada Kai dan temannya mulai hari ini.
Setelah mencapai kesepakatan, Kai diizinkan mengikuti kegiatan belajar mengajar hari ini juga. Jojo bernapas lega, dan Kai mengucapkan terima kasih berkali-kali.
Saat mengantar kakak-kakaknya menuju tempat parkir di sekolahnya, Kai mendekati Kalingga.
"Kak, aku ...."
"Kita akan bicarakan ini di rumah," sela Kalingga sebelum Kai melanjutkan ucapannya. Bocah laki-laki itu mengangguk. Ia sudah melibatkan Jojo dalam hal ini, menyembunyikan masalahnya, juga membohongi para guru, entah bagaimana nanti Kalingga akan menghukumnya.
"Semua akan baik-baik saja," gumam Jojo sambil menyenggol lengan Kai.
"Keenan, tolong antar Jojo ke kampusnya," pinta Kalingga.
Keenan setuju dan meminta Jojo masuk ke dalam mobilnya, sementara Kalingga dan Kylan sudah membawa mobil mereka masing-masing dan pergi lebih dulu.
Selama perjalanan, Jojo terdiam. Ia tidak berani memulai pembicaraan, takut jika Keenan akan marah padanya karena sudah bertindak terlalu jauh.
"Jadi, kau dan Kai kini menjadi tim? kalian bersekongkol?" tanya Keenan. Ia melirik Jojo yang memandang keluar kaca mobil.
🖤🖤🖤
terimakasih akak... 🙏🙏☺️