Setelah mengukuhkan kekuasaannya atas Kota Canyu, Zhang Wei memulai perjalanan epik menuju puncak dunia demi membangkitkan kembali masternya, Lian Xuhuan. Namun, jalan menuju tujuan itu penuh bahaya: musuh kuat, intrik politik, hingga menjadi buronan kekaisaran Qin.
Dalam petualangannya, Zhang Wei harus menghadapi penguasa Tanah Barat, mengungkap rahasia dunia, dan membuktikan dirinya sebagai pendekar pedang kelabu yang tak terkalahkan.
Dengan tekad membara, Zhang Wei bersiap melawan dunia untuk mencapai puncak tertinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pangeran Bodoh
Zhang Wei berdiri di puncak menara pengawas di tengah kota Canyu. Matanya tajam, memandang medan perang yang kacau di luar tembok kota. Pasukan Qin Lian, yang jumlahnya ribuan, terus menghantam pertahanan kota dengan serangan formasi besar. Namun, Zhang Wei tetap tenang. Di bawahnya, para prajurit keluarga Song dan penduduk kota mulai memandangnya dengan rasa hormat yang bercampur harapan.
Lian Xuhuan, dalam wujud spiritualnya, melayang di samping Zhang Wei. "Formasi ini memang canggih, tetapi konsumsi energinya juga lumayan besar."
Zhang Wei mengangguk, tangannya bergerak dengan tenang di atas peta energi formasi. "Qin Lian terlalu sombong. Dia pikir formasi ini cukup untuk menghancurkan kota ini. Sekarang, aku akan menunjukkan padanya kesalahan besar yang dia buat."
Dia menekan titik-titik tertentu pada peta energi dengan jari-jarinya, menyuntikkan energinya ke dalam formasi pelindung kota. Perlahan tapi pasti, formasi itu mulai berubah. Cahaya pelindung yang sebelumnya pasif kini memancarkan aura agresif. Suara gemuruh terdengar ketika energi besar terkumpul di udara.
Di luar tembok kota, pasukan Qin Lian terhenti sejenak, kebingungan melihat perubahan yang terjadi. Serangan mereka yang sebelumnya menekan pertahanan kota kini justru memantul kembali, menghantam mereka sendiri dengan kekuatan yang berlipat ganda.
"Apa yang terjadi?!" seorang komandan pasukan Qin Lian berteriak panik, mencoba memahami situasi.
Sementara itu, di dalam markas utama pasukan, Qin Lian yang duduk di atas kudanya mulai menyadari bahwa sesuatu tidak berjalan sesuai rencana. Dia melihat ke arah kota dengan wajah marah. "Siapa yang berani mengutak-atik formasi ini?!"
Seorang ahli formasi di sampingnya tampak gemetar. "Yang Mulia, seseorang di dalam kota telah mengambil alih kendali formasi dan mengubahnya menjadi mode penyerangan. Ini bukan pekerjaan sembarangan. Energi ini sangat halus dan presisi."
Qin Lian mengepalkan tinjunya, amarahnya memuncak. "Zhang Wei..." gumamnya, menyadari siapa dalang di balik ini.
Di puncak menara, Zhang Wei menatap langsung ke arah markas Qin Lian, seolah-olah dia bisa melihat sang pangeran meskipun jaraknya jauh. Dengan langkah tenang, dia melompat dari menara, mendarat di tengah alun-alun kota. Energinya berputar-putar, mengirimkan tekanan yang terasa bahkan hingga ke pasukan musuh.
Dengan suara yang diperkuat oleh energi spiritualnya, Zhang Wei berbicara, suaranya bergema seperti guntur.
"Qin Lian! Kau terlalu ceroboh untuk seorang pangeran. Aku beri kau satu kesempatan. Tarik pasukanmu dalam setengah hari, atau aku sendiri yang akan turun tangan. Jika itu terjadi, kau akan menyesal pernah mencoba menyerang kota ini."
Suaranya penuh keyakinan dan kekuatan, membuat banyak prajurit Qin Lian gemetar ketakutan. Bahkan di dalam markas, beberapa komandan mulai merasakan tekanan luar biasa yang memancar dari kota.
Qin Lian mendengus, tetapi dalam hatinya dia merasa cemas. Zhang Wei bukanlah musuh biasa. Laporan-laporan sebelumnya sudah memperingatkan bahwa pemuda ini memiliki kekuatan yang jauh melampaui usianya. Namun, harga dirinya sebagai pangeran tidak memungkinkan dia untuk mundur begitu saja.
"Perkuat barisan! Jangan biarkan ancaman itu membuat kita mundur!" Qin Lian memerintahkan dengan tegas.
Namun, jauh di dalam pikirannya, dia mulai memikirkan alternatif. Jika Zhang Wei benar-benar turun tangan, kemungkinan besar seluruh pasukannya akan musnah. Dia harus menemukan cara untuk mengakhiri situasi ini tanpa kehilangan muka.
Sementara itu, Zhang Wei berdiri tegak di depan gerbang kota, auranya terus meningkat. Lian Xuhuan berbicara di dalam pikirannya. "Jika dia tidak mundur, apa kau benar-benar akan membunuhnya?"
Zhang Wei tersenyum tipis, matanya bersinar dengan keyakinan. "Itu tergantung bagaimana sikapnya. Kalau dia tidak belajar dari kesalahan ini, aku akan memastikan dia tidak pernah memiliki kesempatan untuk membuat kesalahan lagi."
Qin Lian berdiri di tengah medan perang, dikelilingi oleh pasukannya yang tampak ragu. Meski mendengar ancaman Zhang Wei, dia menolak untuk mundur. Baginya, menyerah sama saja dengan kehilangan harga diri dan peluang untuk bersaing sebagai pewaris tahta.
"Jangan biarkan ancaman itu menggoyahkan kalian!" serunya, meski di dalam hati dia mulai merasa tidak yakin. "Dia hanya seorang bocah yang kebetulan berbakat. Kita adalah pasukan kerajaan! Tidak ada yang bisa menghentikan kita!"
Namun, keteguhan itu mulai goyah ketika sebuah tekanan luar biasa tiba-tiba melanda seluruh medan perang. Tanah bergetar, udara terasa lebih berat, dan banyak prajurit yang mulai berlutut tanpa sadar.
Zhang Wei melangkah keluar dari gerbang kota Canyu, auranya menyelimuti sekitarnya seperti badai yang mengamuk. Wajahnya tenang, tetapi mata abu-abunya memancarkan cahaya dingin yang membuat siapa pun yang melihatnya merinding.
"Kau diberi waktu, Qin Lian," katanya dengan suara yang bergema di seluruh medan. "Namun, sepertinya kau memilih jalan yang salah."
Qin Lian menggertakkan giginya. "Zhang Wei! Jangan sombong! Kau mungkin kuat, tetapi aku tidak akan menyerah begitu saja!"
Dia memberi isyarat, dan satu-satunya Martial Ancestor di pihaknya—seorang pria paruh baya dengan aura bintang 4—melangkah maju. Pria itu menatap Zhang Wei dengan tatapan serius.
"Aku, Han Ming, akan menghadapimu!" seru pria itu, mengumpulkan energi untuk menyerang.
Zhang Wei menghela napas pelan, seolah merasa bosan. Dengan satu gerakan sederhana, dia menghunus pedang abu-abunya yang memancarkan aura menakutkan. Pedang itu bergetar, seolah menyambut pertempuran yang akan datang.
Han Ming menyerang dengan serangan penuh kekuatan, energi bintang 4 miliknya menggetarkan udara. Namun, sebelum serangannya mendekat, Zhang Wei sudah menghilang dari pandangan. Dalam sekejap, dia muncul di belakang Han Ming, pedangnya menggores udara dengan kecepatan yang mustahil dilihat mata biasa.
Han Ming terdiam, tubuhnya gemetar sebelum akhirnya dia berlutut. Sebuah luka tipis muncul di bahunya, cukup untuk melumpuhkannya tanpa membunuhnya. Zhang Wei telah menahan kekuatannya.
"Itu saja?" tanya Zhang Wei dengan nada dingin. "Aku berharap lebih dari seorang Martial Ancestor."
Han Ming terjatuh ke tanah, tak mampu lagi bergerak. Sementara itu, prajurit Qin Lian yang melihat kejadian itu menjadi gemetar. Mereka tidak menyangka bahwa pemimpin mereka hanya membawa satu Martial Ancestor, dan bahkan dia pun dilumpuhkan dengan begitu mudah.
Qin Lian mulai panik. "Ini belum berakhir!" teriaknya, mencoba memberi perintah pada pasukannya untuk maju. Namun, tak ada satu pun yang bergerak.
Zhang Wei melangkah lebih dekat, auranya semakin menekan. Dia mengarahkan pedangnya ke Qin Lian, suaranya menggema dengan penuh kekuatan.
"Kau bahkan tidak layak menjadi pangeran, apalagi seorang pewaris." Zhang Wei mengangkat pedangnya, memancarkan energi yang begitu besar sehingga udara di sekitarnya retak seperti kaca.
Qin Lian mundur, keringat dingin membasahi wajahnya. "Zhang Wei... kau tidak akan berani membunuhku! Aku adalah pangeran! Jika aku mati, kau akan menjadi musuh seluruh kekaisaran!"
Zhang Wei tersenyum dingin. "Mungkin. Tapi kau harus tahu, aku tidak peduli."
Dengan satu ayunan pedang, Zhang Wei mengirimkan gelombang energi yang memaksa Qin Lian terlempar jauh. Tubuh sang pangeran menghantam tanah dengan keras, dan dia tak mampu bangkit lagi. Zhang Wei sengaja menahan serangannya, hanya melumpuhkan Qin Lian tanpa membunuhnya.
Dia memandang pasukan yang tersisa. "Bawa pangeran kalian pergi. Jika aku melihat kalian di sini lagi, tidak akan ada ampun."
Para prajurit segera bergegas mengangkat Qin Lian yang tak berdaya. Mereka mundur dengan tergesa-gesa, meninggalkan medan perang dalam kekacauan.
Zhang Wei menyarungkan pedangnya, auranya perlahan menghilang. Dia berbalik menuju kota Canyu, meninggalkan pasukan Qin Lian yang porak-poranda tanpa sepatah kata pun. Di belakangnya, langit mulai cerah, seolah-olah mengumumkan akhir dari konflik itu.
harusnya seperti dewa iblis
dewa bagi kawan
iblis bagi musuh
ditunggu up nya Thor