NovelToon NovelToon
Rembulan

Rembulan

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat
Popularitas:66.5M
Nilai: 5
Nama Author: ShanTi

Dua putaran matahari ia lewati bersama laki laki yang sama dengan rasa yang berbeda

Cinta yang menggebu penuh dengan dambaan yang berakhir dengan kekecewaan kemudian mundur untuk memberikan ruang.

Cinta kedua yang dibelit oleh takdir karena kesalahpahaman namun berakhir untuk saling mengistimewakan menutup semua luka yang pernah ada.

Rembulan, berapa putaran bumi kau butuhkan untuk meyakinkan bahwa dia adalah laki-laki pilihan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ShanTi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Takdir Memang Aneh

Juno POV

Dari siang kiriman pesan dari Afi yang memprotes sikapku pada Bulan datang terus tidak berhenti. Rupanya perempuan itu mengadukan kejadian malam itu padanya, mereka memang bersahabat sejak awal kuliah. Afi sebetulnya anak yang sulit berteman, sehingga saat Mama meminta Afi untuk kuliah di Bandung supaya bisa berkumpul bersamaku, awalnya sulit ia terima karena ia tidak mau berpisah dengan teman-teman SMAnya. Butuh waktu yang lama bagi Afi untuk bisa punya teman dekat, sebagian besar teman-teman SMAnya memilih kuliah di Jakarta. Kalaupun ada yang memilih ke Bandung, mereka bukan teman dekat Afi.

Tapi demi mengikuti keinginan Mama yang ingin menjalani kehidupan baru pasca perceraian Afi menurut. Untungnya ia bisa langsung bertemu dengan Bulan dan langsung cocok tidak pernah terpisahkan. Mungkin karena nasib yang hampir sama, hanya dibesarkan oleh satu orang tua, saat itu kudengar kalau Bulan ditinggal mati ibunya dan ayahnya tidak menikah lagi.

Walaupun Papa masih ada, tapi kehadirannya hanya dibuktikan dengan transferan uang dan barang-barang hadiah yang sesekali dikirimkan lewat kurir. Tidak sekalipun ada upaya Papa untuk menengok ataupun mengajak kami bertemu. Pengaruh dari perempuan berengsek itu terlalu kuat pada Papa, untuk kami Papa sudah dianggap mati.

Kenapa sekarang aku menjemputnya, mungkin karena nuraniku yang mengaku salah, mengabaikan dia. Kukira dia hanya butuh kehadiran saja, sehingga tidak perlu berkomunikasi secara intens karena  banyak hal yang ingin aku selesaikan malam itu. Akhirnya pilihan menyelesaikan pekerjaan lewat hp adalah pilihan terbaik. Teman-teman malah sebagian sedang berkumpul dan mengajakku bergabung, tapi aku memilih untuk menemaninya atas permintaan Afi. Perempuan memang selalu menuntut perhatian penuh dari laki-laki, tapi kalau saat mereka punya kegiatan mereka ingin dibebaskan tanpa banyak persyaratan.

Aku memutuskan menunggu di Lobby, sengaja tidak membuat janji bertemu, hanya ingin tahu jam berapa dan dengan siapa ia pulang. Kemarin dia ditemani laki-laki yang dibilang temannya, apakah hanya sekedar teman atau lebih. Aku tidak mau berprasangka, tapi pengalaman pernah dikhianati membuatku menjadi lebih curiga pada orang lain yang tidak pernah aku kenal sebelumnya.

Ternyata hari ini ia malah pulang bersama anak perempuan kecil. Anak siapa ini?

Anak ini cantik, tapi ada yang aneh. Tatapannya rasanya aku kenal seperti mengingatkan aku pada orang yang pernah aku lihat sebelumnya. Anak ini berani juga menatap balik dan terlihat kesal menatapku, dan tiba-tiba saja mengacungkan tongkat dan mengucapkan kata-kata sihir seperti di Harry Potter. Aku ingat kata-kata itu beberapa kali aku tonton saat Harry Potter didekati oleh mahluk pengisap kehidupan Dementor.

“Expecto Patronum” ucapnya sambil menatapku dengan penuh kekesalan. Aku jadi ingin tertawa, beraninya dia menganggap aku sebagai mahluk jahat.

Bulan tampak menikmati kebersamaannya dengan anak itu, siapa yang menitipkan anak padanya. Aku baru tahu kalau dia suka pada anak kecil, anak itu menempel dan memeluknya erat.

“Ada apa Kak Juno menjemputku? Aku mau mengantarkan Elma ke ayahnya. Dia masih rapat sedangkan Elma mau makan” ia tampak sibuk memegang dua tas dan anak itu bersamaan. Terlihat repot, kuambil tas dokumennya.

“Pulang kerja masih membawa dokumen pekerjaan? Masih ada tenaga untuk mengerjakannya. Mestinya pulang untuk istirahat, pekerjaan dilanjutkan besok lagi” ucapku sambil berjalan ke mobil.

“Kak… aku mau mengantarkan Elma dulu ke ayahnya” ia mengejar sambil menggendong anak penyihir itu.

“Ya aku antarkan kesana, memangnya kamu bawa kendaraan” perempuan selalu saja butuh penjelasan. Mestinya dia sudah mengerti kalau aku membawakan tasnya berarti aku akan mengantarnya.

“Elma duduk di belakang saja” anak itu memilih duduk di belakang saat Bulan akan memangkunya di bangku depan. Rupanya dia anak yang mandiri, tidak manja ingin duduk bersama orang dewasa di depan.

Mobil melaju setelah Bulan menyebutkan Mall tempat ayah anak itu rapat. Ayah macam apa, yang meninggalkan anak dengan orang lain sementara dirinya bekerja. Dimana juga ibunya, mengapa anak sekecil itu masih di luar saat hari sudah gelap.

Sepanjang perjalanan tidak ada yang bicara, aku paling bingung memulai pembicaraan terutama sejak kejadian kemarin, apalagi dengan adanya anak itu. Tapi ternyata malah anak itu yang  memecahkan kesunyian dengan pertanyaannya.

“Tante… kalau mantera untuk cepat tidur apa?” anak sekecil itu sulit tidur kasihan sekali pikirku.

“Hmmm apa yah, Tante juga tidak tahu… kalau tahu Tante juga akan memanterai diri sendiri soalnya Tante juga susah tidur hehehe” rupanya dia juga mengalami hal yang sama.

“Siapa yang susah tidur? Elma susah tidur?” dia tampak khawatir, kenapa mengkhawatirkan orang lain, bukankah dirinya juga bermasalah.

“Bukan… tapi Mommy. Mommy suka tidur sama aku… katanya Mommy gak bisa tidur kalau malam, baru bisa tidur kalau sama aku” jawabnya sambil menatap Bulan dengan tatapan sedih.

“Hmmm… disini disebutkan kita bisa menyebutkan Sillencio… itu artinya membuat orang menjadi diam” ia asyik mencari-cari istilah sihir. Aku baru tahu kalau dia memiliki kesukaan pada film fantasi.

“Artinya apa?” mereka berdua asyik mendiskusikan mantera. Baguslah jadi aku tidak usah mencari bahan pembicaraan.

“Hehehheh cuma untuk membuat orang agar terdiam, tapi diam kan bukan berarti tidur… jadi kebayang badan diam di kasur gak bisa bergerak tapi mata melotot…. Ihhh seremmm.. Hehehe” dia tertawa-tawa sendiri.

“Gak mau … aku takut kalau gitu” Anak itu protes. Banyak maunya ternyata.

“Ya sudah kasih mantera yang bisa masuk untuk segala kondisi …. Bismillahirohmanirrohim…. Tidur” ujarnya sambil tersenyum.

“Itu sih doa bukan mantera” anak itu protes lagi.

“Lebih bagus doa daripada mantera … dengan doa nanti didengar sama Allah … gak usah pakai tongkat… Elma tinggal nyebut bismillah sambil mengusap muka Mommy dijamin mata Mommy akan mengantuk” ia semakin asyik memperagakan cara menidurkan ibunya, kenapa dia tidak mencoba melakukan itu pada dirinya sendiri. Aku jadi ingin tertawa bicara memang lebih gampang daripada mempraktekkan.

Setiba di Mall, rencana awal yang semula akan mencari restoran kesukaan anak penyihir jadi berubah, rupanya ayahnya sudah selesai rapat.

“Elma … Daddy sudah selesai rapat, kita ke lobby bawah katanya Daddy ada disana dan sudah beli makanan kesukaan Elma jadi bisa pulang sekarang”

“Yes… I’m tired Tante… aku pengen pulang” ia memang terlihat sudah lelah, dengan jubah besarnya membuat anak itu seperti tenggelam dalam jubah.

Bulan menggendongnya, rupanya ia sangat menyukai anak ini. Ternyata totalitas bawahan sampai harus mengurus anak Bos juga, sangat tidak professional menurutku.

Di lobby tampak dua orang laki-laki sedang berdiri sambil berbincang serius, mereka tampaknya tidak menyadari kehadiran kami, sampai anak itu berteriak.

“Daddy…. Rapatnya lamaa… Elma sudah mengantuk” ia langsung merentangkan tangannya pada laki-laki itu. Oh ini laki-laki yang menjadi atasan Elma pikirku.

“Ya maaf… tadi seharusnya sudah selesai sebelum magrib, tadi Daddy harus ikut meeting tambahan. I’m really sorry my love” ia tampak menciumi putrinya. Ternyata mukanya mirip juga dengan ayahnya, aku baru melihatnya, tapi kenapa saat anak itu melihatku aku seperti melihat seseorang yang aku kenal.

“Rembulan terima kasih… nanti aku langsung kasih bonus yah sama kamu” semudah itu mengkaryakan anak buah dengan embel-embel bonus rupanya.

“Wah saya baru tau kalau Bulan sudah ada pengawalnya” laki-laki yang berdiri disebelahnya tampak menyadari kalau aku tidak menyukai sikap temannya itu memanfaatkan orang lain yang dianggap tingkatannya lebih bawah. Ia menarik baju temannya itu agar mengalihkan fokus perhatian.

“Perkenalkan saya David… saya managernya Rembulan. Senang bisa berkenalan dengan teman dekat Bulan” ia langsung menyalamiku dengan hangat, ternyata yang menjadi atasannya malah laki-laki keturunan yang ini. Tadi kenapa Bulan malah menyebutkan kalau Elma anak bosnya, ternyata bukan. Laki-laki yang mengabaikan anaknya itu malah terlihat kaget saat melihatku, tampak diam dan memperhatikan dengan seksama.

“Saya Juno”  aku kemudian menyalaminya manager Bulan yang sesungguhnya dan untuk kesopanan saya menyalami juga ayah anak itu.

“Juno…” ucapku, dia menyambut uluran tanganku dengan perlahan dan kemudian menatap Bulan sesaat.

“Kevin..” suaranya tidak sesemangat saat menyapa Bulan.

“Pak … saya pamit. Elma… Tante pulang yaa… “ ia melambaikan tangan pada anak itu yang sudah merebahkan kepalanya dipundak ayahnya. Rupanya benar-benar sudah lelah.

“Tante… please give me your number” ia tiba-tiba berteriak dan memberikan tangannya.

“Eh hahaha… tanya saja sama Daddy, jangan mencoreti tangan Elma nanti kotor” Ia menolak sambil tertawa, ayahnya tampak lebih pendiam hanya melihat interaksi putrinya.

“Gak apa-apa… nanti aku cuci tangan. Daddy pinjam pulpen, Tante Elma mau menulis” ia kemudian menyodorkan pulpennya pada Bulan seperti menyetujui tindakan putrinya. Bulan menulis di tangan anak itu, mereka tampak sangat akrab.

Akhirnya tugas yang tidak profesional itu selesai juga, kami berjalan meninggalkan mereka.

“Kamu jangan terlalu akrab dengan anak itu nanti orang berpikir negatif” ucapku. Bukan cemburu hanya saja terlihat tidak pantas, terlalu dekat dengan laki-laki yang sudah memiliki anak dan istri.

“Hmmm jangan khawatir aku kenal kok dengan istrinya. Dia kakak kelasku waktu kuliah, ibunya memang sibuk sehingga sering rapat sampai malam, kemarin aku ketemu. Malahan bilang terima kasih udah mau menemani anaknya” jawabnya santai.

“Hebat sekali masih muda sudah menjadi Kepala Cabang. Aku malah ditawari kalau mau pindah ke Bank sama dia kemarin”

“Kak Inneke memang cemerlang semenjak kuliah” ucapannya yang terakhir seperti dentuman di kepalaku… BAAANGGG..

“Siapa?” tanyaku

“Inneke … kakak kelas ku waktu kuliah”

Takdir memang aneh...

1
Laila Umroh
Luar biasa
dyul
🤣🤣🤣🤣🤣
Ayaa
ahhh thorrrr lanjutin cerita hasna reza dan ameera angga, KANGENN BANGETTTTTTT😩😍
dyul
mbul... ilmu banget itu....
dyul
Ternyata.... si angga jodoh nya ameraa, 🤣🤣🤣
ᴷᴮ⃝🍓𝓓ͥ𝓪ͫ𝓷ͦ𝓲ͤ𝓪ͭᵇᵃˢᵉՇͫɧͧeᷡeͤՐͤՏꙷ
Juned udah gak tahan pingin eheeeem 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
dyul
papi... kudisan.... si tukang marah....lakinya hasna 🤣🤣🤣🤣
dyul
mbul..... 🤣🤣🤣🤣
dyul
🤣🤣🤣🤣
dyul
shrook..... antara sedih sm lucu
dyul
duh😭😭😭😭
dyul
alah maneh beny gangguin org belah duren🤣🤣🤣🤣
larasati
Luar biasa
dyul
🤣🤣🤣🤣
dyul
😭😭😭😭
Cucu Supriatin
ntah yg ke berapa x ny baca ulang

..GK bosen2...
Herawati
Luar biasa
Herawati
Lumayan
Dwi Nuryani
luar biasa
Widayati Y
seruuu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!