Awalnya semua begitu indah untuknya. Memiliki keluarga yang sempurna dengan ayah dan ibu yang sangat mencintai dan menyayanginya, tapi kebahagian itu hanya sementara. Cinta pertamanya di dunia ini direnggut darinya, seketika semuanya berubah menjadi duka.
Kehidupan baru mulai dijalani saat seseorang datang dan dikehidupan ibunya. Menjadi anak tiri dari seorang pengusaha yang sukses dan hidup dengan kemewahan yang dirasakannya.
Tapi..., semua tidak seindah yang dijalaninya. Hanya ada kesedihan yang dirasakannya karena penghinaan yang didapatnya dari orang yang sangat disayanginya.
Wanita itu hanya berharap mendapatkan kebahagian, memiliki sosok pelindung yang baru untuknya. Sampai akhirnya sebuah takdir kehidupan yang tak terduga, menikah dengan seorang pria yang tak dikenalnya.
Tidak ada cinta,tidak ada kebahagian yang dirasakannya, hanya ada sebuah rahasia besar yang tersimpan di dalam pernikahan itu.
Hanya menunggu kapan Rahasian itu terbongkar dan menjadi Bom waktu di pernikahan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mutiara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 18 Muncul Tiba-tiba
"Kamu sedang memikirkan apa, Gwen?"Suara Kenichi membuyarkan lamunannya, matanya terus menatap Gwen yang terlihat kaget melihat keberadaan Kenichi.
Pada saat yang bersamaan, kedua mata mereka saling bertemu. Situasi semakin kacau dirasanya, orang-orang kembali memperhatikannya saat melihat Kenichi menghampirinya. Dia kembali menjadi pusat perhatian, tapi kali ini tatapan itu semakin mencekam ditujukannya kepadanya.
Dia kembali menundukkan kepalanya, dibiarkannya rambutnya yang terurai panjang menutupi wajahnya. Melihat sikap Gwen yang terlihat aneh, justru membuat Kenichi bingung.
"Apa yang kamu lakukan?"tanya kenichi yang menatapnya.
"Kenapa kamu bisa ada disini. Bukankah kamu seharusnya meeting", desisnya.
"Arga yang menanganinya dan memintaku untuk segera menemui mu ", jawabnya.
Diangkatnya kepalanya sedikit untuk memastikan apakah orang-orang disekelilingnya masih memperhatikan mereka atau tidak. Kenichi terus memperhatikan tingkah Gwen, matanya mengikuti kemana arah pandangannya.
"Ada apa?"tanya Kenichi.
"Orang-orang terus memperhatikan kita", gumamnya.
Kenichi langsung memperhatikan sekitarnya, dia mendengus. Lalu dia kembali menatap Gwen, dengan senyum miringnya.
"Wajar saja mereka memperhatikan kita. Mereka tentu saja penasaran siapa wanita yang saat ini bersama pemilik hotel mewah tempat mereka berada sekarang", ucap Kenichi, dengan sombongnya.
"Bisakah kita pergi dari sini sekarang?"bisik Gwen.
"Apa kamu sudah makan?"tanya Kenichi.
Gwen hanya menggelengkan kepalanya,dengan tatapan yang terlihat menyedihkan.
"Apa kamu tidak lapar?"tanya Kenichi.
Lapar tentu saja, tapi suasana di tempat itu membuatnya tidak nyaman sama sekali. Bahkan dia mulai merasakan perutnya sakit menahan kan rasa laparnya. Dia hanya memegangi perutnya, sambil menatap Kenichi.
"Astaga!" Baiklah, kita makan diluar saja", ucap Kenichi.
"Terima kasih. Bisakah kamu berjalan duluan?"tanya Gwen.
Dia benar- benar tidak ingin berjalan beriringan dengan kenichi karena semua mata pasti akan tertuju kepadanya.
"Hmm",jawab Kenichi yang melangkah pergi duluan. Selang beberapa menit dari kepergian Kenichi, Gwen pun pergi meninggalkan tempat itu .
Kenichi benar-benar meninggalkannya, langkahnya begitu cepat berjalan di depan Gwen. Dia bahkan sama sekali tidak menoleh kebelakang untuk memastikan apakah Gwen ada di belakang nya atau tidak. Gwen berusaha mengimbangi kecepatan Kenichi saat berjalan, tapi rasa sakit yang dirasakannya membuatnya berhenti.
"Sakit sekali", gumamnya.
Menggunakan sepatu high heels dengan langkah kaki yang cepat, membuat bagian dari kaki belakangnya lecet belum lagi lututnya yang terasa pegal. Apa yang dialaminya adalah hal yang sering dialami para wanita saat menggunakan sepatu high heels, tapi meskipun begitu menggunakan sepatu high heels tetap menjadi kegemaran para wanita dan dapat menambah rasa percaya diri terutama untuk kaum wanita yang memiliki postur kurang tinggi seperti yang dirasakan Gwen saat berhadapan dengan kenichi yang memiliki postur tubuh yang tinggi.
Karen sakit yang dirasakannya mengharuskannya berjalan pelan- pelan, tapi melihat jaraknya dengan Kenichi yang semakin jauh. Memaksanya harus menurunkan gengsinya dan memanggil nama pria itu.
"Kenichi...". Panggilnya.
Semua orang tentu saja memperhatikannya yang berteriak memanggil nama Kenichi, sedangkan orang yang diteriaki sama sekali tidak ada menoleh kearahnya dan terus berjalan.
"Kenichi!!"teriak Gwen untuk kedua kalinya, kali ini kakinya benar-benar tak sanggup lagi untuk berjalan dengan cepat.
"Apa yang terjadi?"
Diangkatnya kepalanya, matanya terperangah melihat Kenichi berdiri dihadapannya.
"Ada apa dengan kaki mu?"tanya Kenichi.
"Sepertinya luka", jawab Gwen, yang menahan rasa sakit kakinya.
"Kenapa harus memakai sepatu yang tidak nyaman", ketus kenichi, tapi satu tangannya memegang lengan Gwen dan menuntun Gwen berjalan perlahan.
Gwen mulai memahami sifat yang dimiliki kenichi, meski ucapan yang keluar dari mulutnya cenderung menyakiti perasaan siap pun yang mendengarnya, namun kini dia menyadari bahwa ucapan yang keluar dari mulutnya tidaklah sesuai dengan perlakuan yang ditunjukkannya. Tanpa disadarinya, sudut-sudut bibirnya tertarik di setiap sudut sepanjang mereka berjalan bersama - sama meninggalkan hotel itu.
Dia langsung membuka pintu mobil untuk Gwen.
"Duduklah dulu", ucapnya, lalu pergi meninggalkan Gwen dengan pintu mobil yang masih terbuka.
Tidak butuh waktu yang lama, kenichi kembali dengan memegang sebuah kotak ditangannya. Kotak yang baru saja diambilnya dari bagasi mobil nya.
"Perlihatkan kaki kamu yang sakit", perintahnya.
"Tapi untuk apa?"tanya Gwen.
"Jangan banyak tanya, lakukan apa yang aku suruh tadi", sergah Kenichi.
Gwen langsung menurunkan kakinya, dilepaskannya sepatu bagian kiri yang dikenakannya. Betapa shock nya Gwen saat melihat Kenichi berlutut didepannya. "Apa yang kamu lakukan?"tanya Gwen yang menarik kakinya saat Kenichi menyentuhnya.
"Aku akan mengobatinya", ucap Kenichi yang kembali menarik kaki Gwen. Diletakkannya kaki Gwen di atas pahanya, supaya dia tidak merasakan pegal ketika kakinya harus terangkat lama.
Apa yang dilakukan Kenichi, justru membuat Gwen semakin bimbang dengan perasaannya sendiri. Sulit menjelaskannya,tapi jantungnya akan berdetak sangat cepat setiap dia berhadapan dengan Kenichi. Dia sadar apa yang dirasakannya saat ini tidak boleh bertumbuh semakin besar, dia tidak boleh memiliki perasaan dengan Kenichi karena itu hanya akan menyakiti dirinya sendiri.
"Lain kali jangan memakai sepatu seperti ini lagi, mengerti?ucap Kenichi yang telah selesai memasangkan plester di kaki Gwen yang luka.
"Hmmm", jawab Gwen sambil memakai sepatunya kali.
"Masuklah", ucap Kenichi.
Ditariknya pintu mobil itu dan ditutupnya.
Selama diperjalanan keduanya hanya diam, situasi yang wajar untuk dua orang yang baru mengenal dan tidak memiliki topik untuk dibahas. Gwen terus memperhatikan wajah Kenichi yang benar-benar terlihat sempurna, meskipun sudah beberapa kali bertemu, tapi baru kali ini Gwen benar-benar bisa melihat wajah Kenichi dengan jarak sedekat sekarang dan bisa memandangi wajahnya cukup lama.
Matanya menyusuri setiap bagian dari wajah Kenichi, wajahnya benar- benar putih dan mulus tanpa ada jerawat, hidungnya yang mancung, tulang rahangnya yang terlihat kokoh, lekukan bibirnya yang hampir jarang tersenyum dan yang terkahir mata yang dimilikinya. Tatapan matanya yang selalu membuat jantung gwen berdetak lebih kencang bahkan terkadang membuatnya lupa untuk bernapas.
Dia sama sekali tidak menyangka, pria sempurna itu adalah pria yang akan menikahinya. Memikirkannya saja membuat Gwen seperti berada dalam kehidupan dongeng dimana seorang pangeran menikahi gadis miskin yang tidak memiliki apapun untuk dibanggakan nya, Gwen sama sekali masih tidak percaya dengan semua yang telah terjadi begitu cepat.
"Mau makan dimana?"tanya Kenichi, dia berbicara tanpa menatap Gwen yang duduk disampingnya.
"Bisakah kita makan ditempat yang orang-orang tidak mengenal mu?"tanya Gwen dengan polosnya.
Dia mendongak terkejut, sekilas dia melihat bibir Kenichi membentuk lengkungan indah. Senyum tipis mengembang di bibirnya dan dia sangat yakin dengan apa yang barusan dilihatnya.
"Apa kamu tadi tersenyum?"tanya Gwen dengan polosnya.
"Tidak!"jawabnya datar, tanpa menatap kearah Gwen.
"Tapi aku sepertinya tadi melihat mu tersenyum", gumam Gwen.
"Kalau begitu sebaiknya kamu segera memeriksakan kondisi matamu", sergahnya.
Dahinya mengkerut. "Mataku baik-baik saja", jawab Gwen dengan nada kesal dan memalingkan wajahnya menatap keluar jendela.
"Aku sama sekali tidak salah lihat, dia benar-benar tersenyum tadi", ucap Gwen pada dirinya sendiri.
"Kenapa kamu ingin kita makan, ditempat orang - orang tidak ada yang mengenali ku?"tanya Kenichi.
Beberapa detik dalam keheningan, Gwen memutuskan untuk menjawab pertanyaan Kenichi. Dia menghela napas nya, lalu kembali menoleh kearah kenichi. "Karena aku tidak suka menjadi pusat perhatian", jawabnya.
Alisnya bertautan. "Maksudnya? Aku sekali tidak mengerti ", katanya, dan dia tampak bingung mengartikan ucapan Gwen.
Gwen tertawa sinis sembari menatap Kenichi. "Apa kamu benar-benar tidak mengerti atau hanya pura-pura tidak mengerti?"tanya Gwen kesal
"Tidak mengerti", jawabnya datar.
Gwen hanya menatapnya sinis. "Apa aku benar-benar harus menjelaskannya kepadamu?"
"Jika kamu tidak keberatan", jawab Kenichi,dengan pandangan matanya fokus kedepan.
"Awalnya aku pikir kamu adalah pria yang biasa saja, aku tahu kamu adalah seorang pengusaha, tapi aku tidak tahu kamu pengusaha seperti apa. Ternyata kamu adalah pengusaha yang sukses dan berasal dari keluarga yang terpandang", suara gwen terdengar muram ketika selesai berbicara.
"Lalu apa masalahnya?"tanya Kenichi.
"Banyak orang-orang yang mengenali mu, terutama para wanita yang berasal dari kalangan atas. Ketika mereka melihat keberadaan mu pandangan mereka akan tertuju kepadamu, dan tidak hanya kepadamu saja. Perlahan mereka akan menatap siapa saja yang ada didekat mu termasuk aku. Aku sama sekali tidak menyukainya",gumam Gwen.
"Bukankah seharusnya kamu harus membiasakan dirimu untuk hal -hal kecil seperti itu. Jika kita menikah, kehidupan kamu akan seperti itu. Bahkan media juga akan menguntit kehidupan dari seorang istri dari pengusaha sukses Kenichi Nakagawa", ucapnya, kali ini dia menatap Gwen saat berbicara kepadanya.
Gwen nyengir, kemudian memalingkan wajahnya.
"Bukankah yang kukatakan itu benar?"tanyanya.
Gwen hanya diam dan mengabaikan pernyataan Kenichi.
"Berusahalah untuk menerima kondisi seperti itu mulai sekarang", gumamnya.
Gwen hanya menyadarkan badannya, memalingkan wajah menatap keluar jendela. Dia tahu apa yang dikatakan Kenichi benar, bagaimanapun kehidupannya akan benar- benar berubah total setelah resmi menikah dengan Kenichi, tapi saat ini dia hanya membutuhkan sebuah dukungan yang diharapkannya akan didapatkannya dari Kenichi untuk menghadapi situasi yang sebelumnya belum pernah dialaminya.
Dia sama sekali tidak menyangka bahwa Kenichi benar- benar tidak peka dengan perasaannya. Dia justru tampak biasa saja, meski gwen telah menceritakan apa yang dirasakannya.
"Bisakah antar aku sekarang pulang", kata gwen.
"Bukankah kamu lapar?"tanya Kenichi.
"Tidak lagi", jawab nya.
"Baiklah", jawab Kenichi yang memutar balik arah tujuan mereka.
Gwen memalingkan wajahnya kearah kenichi yang memandang lurus kedepan. Dia benar- benar terkejut mendengar jawaban Kenichi, dia sama sekali bingung pria macam apa sebenarnya yang duduk disampingnya itu.
Bersambung....
penasaran nih gmna ending nya,msa ya d cut aja smpe dsni???
kok gantung gini crtanya??