NovelToon NovelToon
Mantan Calon Istri Yang Kamu Buang Kini Jadi Jutawan

Mantan Calon Istri Yang Kamu Buang Kini Jadi Jutawan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Bepergian untuk menjadi kaya / Bullying dan Balas Dendam / Balas dendam pengganti / Balas Dendam
Popularitas:886
Nilai: 5
Nama Author: Savana Liora

​Satu surat pemecatan. Satu undangan pernikahan mantan. Dan satu warung makan yang hampir mati.

​Hidup Maya di Jakarta hancur dalam semalam. Jabatan manajer yang ia kejar mati-matian hilang begitu saja, tepat saat ia memergoki tunangannya berselingkuh dengan teman lama sekaligus rekan sekantornya. Tidak ada pilihan lain selain pulang ke kampung halaman—sebuah langkah yang dianggap "kekalahan total" oleh orang-orang di kampungnya.

​Di kampung, ia tidak disambut pelukan hangat, melainkan tumpukan utang dan warung makan ibunya yang sepi pelanggan. Maya diremehkan, dianggap sebagai "produk gagal" yang hanya bisa menghabiskan nasi.

​Namun, Maya tidak pulang untuk menyerah.

​Berbekal pisau dapur dan insting bisnisnya, Maya memutuskan untuk mengubah warung kumuh itu menjadi katering kelas atas.

​​Hingga suatu hari, sebuah pesanan besar datang. Pesanan katering untuk acara pernikahan paling megah di kota itu. Pernikahan mantan tunangannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Savana Liora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

​Bab 18: Strategi di Balik Dapur

​"May, kamu beneran mau ambil pesanan ini? Ibu nggak tenang, Nak. Jangan dipaksa kalau hati kamu sebenarnya masih sakit."

​Ibu berdiri di ambang pintu dapur, tangannya memilin ujung celemeknya yang mulai pudar warnanya. Matanya yang sayu menatap tumpukan bawang merah dan rempah-rempah yang baru saja dibersihkan Maya di atas meja kayu. Maya terhenti sejenak, ia meletakkan pisau dapur besarnya lalu menarik napas panjang, mencium aroma ketumbar dan jintan yang menyeruak.

​"Ibu sayang, Maya nggak apa-apa. Kenapa harus sakit hati? Maya justru senang dapet proyek sebesar ini," jawab Maya sambil tersenyum tenang. Ia kembali fokus mengiris bumbu dengan kecepatan yang mengagumkan, menciptakan irama tok-tok-tok yang stabil di atas talenan.

​"Tapi itu pernikahan Adit, May. Kamu bakal berdiri di sana, melihat orang yang dulu janji mau nikahin kamu malah bersanding sama Siska. Ibu takut kamu drop lagi kayak pas pertama kali pulang dari Jakarta."

​Maya menghentikan gerakannya. Ia menatap ibunya dengan sorot mata yang jauh lebih dewasa dan tajam dari sebulan yang lalu. "Ibu dengerin Maya, ya. Aku bukan datang ke sana sebagai mantan yang galau atau wanita yang dikasihani. Aku datang sebagai pengusaha yang sukses. Siska bayar mahal buat masakan kita, Bu. Itu artinya dia mengakui kalau kita lebih hebat dari dia. Uang dari dia bakal kita pakai buat benerin atap warung dan modal katering buat kantor Arlan."

​"Ibu cuma takut Siska bakal ngerendahin kamu di depan tamu-tamu itu, Nak."

​"Biarin saja dia coba, Bu. Semakin dia berusaha ngerendahin Maya, dia bakal kelihatan semakin norak di depan tamu-tamunya sendiri. Maya mau buktikan kalau harga diri kita nggak bisa dibeli, tapi masakan kita bisa disewa dengan harga selangit," Maya terkekeh kecil, mencoba mencairkan suasana. "Ibu bantu Maya siapkan acar saja ya? Jangan mikir yang aneh-aneh."

​Ibu akhirnya menghela napas pasrah, lalu duduk di samping Maya. "Ya sudah kalau itu mau kamu. Tapi kalau kamu butuh pelukan, Ibu selalu ada di sini."

​"Siap, Bos!" Maya memberikan hormat kecil yang membuat Ibunya akhirnya tersenyum.

​Pintu depan warung mendadak berderit. Sesosok pria jangkung dengan kemeja putih yang lengannya digulung masuk tanpa mengetuk. Arlan. Dia tidak pernah berubah, selalu datang dengan aura yang membuat ruangan terasa sempit.

​"Masih sibuk?" tanya Arlan pendek.

​"Lagi nyiapin bumbu dasar. Siska minta menu VIP-nya lima macam masakan daging. Dia beneran mau nguras tenaga aku," jawab Maya tanpa menghentikan tangannya.

​Arlan berjalan mendekat, memperhatikan tumpukan bahan makanan di atas meja. "Saya sudah minta asisten saya buat kirim tim logistik tambahan kesini besok. Kamu nggak mungkin handel semua ini sendirian sama Ibu."

​"Nggak perlu, Arlan. Aku nggak mau ngerepotin kamu terus. Ini kan proyek pribadi aku sama Siska," tolak Maya halus.

​"Ini bukan soal repot. Ini soal efisiensi. Kalau kamu kelelahan di acara Siska, jadwal katering kantor saya bakal berantakan. Jadi anggap saja saya lagi melindungi investasi saya," Arlan menarik sebuah kursi kayu dan duduk, tampak sama sekali tidak canggung berada di dapur warung yang sederhana itu.

​Maya melirik Arlan, ada rasa hangat yang menjalar di dadanya melihat pria itu bersedia duduk di dapurnya yang beraroma terasi. "Investasi, ya? Galak banget bahasanya."

​"Memang begitu kenyataannya. Omong-omong, asisten Siska tadi nganterin map tambahan ke kantor saya, katanya titipan buat kamu. Ada daftar diet khusus tamu VIP mereka dan beberapa detail teknis lokasi hotel," Arlan meletakkan sebuah map plastik bening di atas meja.

​"Siska emang rewel banget. Pasti isinya cuma permintaan aneh-aneh supaya aku pusing," gumam Maya. Ia mencuci tangannya, mengeringkannya dengan serbet, lalu meraih map itu. “Lagian, kenapa dia ngantar ke kantor kamu, bukan ke aku? Aneh dia itu,” sambung Maya

​"Kamu yakin mau melayani mereka secara langsung di pelaminan nanti?" Arlan menatap Maya dengan pandangan yang sulit dibaca. "Kalau kamu merasa keberatan, saya bisa kirim orang untuk menggantikan posisimu di sana. Kamu tinggal masak di dapur belakang saja."

​Maya menggeleng mantap. "Nggak. Aku mau Siska lihat mukaku. Aku mau dia tahu kalau semua usaha dia buat bikin aku hancur itu gagal total. Lagian, aku mau lihat gimana muka Adit pas makan Nasi Rempah Jati buatanku di hari pernikahannya."

​Arlan terdiam sejenak, lalu sudut bibirnya terangkat tipis. "Ternyata kamu cukup pendendam juga ya."

​"Bukan dendam, Arlan. Ini namanya keadilan," sahut Maya sambil membuka map plastik itu.

​Dia mengeluarkan beberapa lembar kertas. 

Di bagian depan memang berisi daftar menu dan jadwal acara. Namun, saat Maya membalik lembaran terakhir, ada beberapa kertas kecil yang sepertinya terselip secara tidak sengaja. Itu adalah salinan bukti transfer dan catatan keuangan internal dari kantor lama Maya di Jakarta—perusahaan tempat Siska dan Adit masih bekerja.

​Mata Maya menyipit. Dia mengenali format laporan itu. Ini adalah laporan dana darurat perusahaan yang dulu dituduhkan hilang karena digelapkan olehnya.

​"Ada apa?" tanya Arlan saat melihat perubahan ekspresi di wajah Maya.

​Maya tidak menjawab. Jarinya gemetar saat menelusuri angka-angka di kertas itu. Di sana tertulis jelas ada aliran dana sebesar dua ratus juta rupiah yang dikeluarkan pada tanggal yang sama saat Maya dipecat. Dan yang membuat jantung Maya seolah berhenti berdetak adalah kolom keterangannya.

​DP Penyelenggaraan Pernikahan VIP – Hotel Cipta Pesona.

​"Gila..." bisik Maya. Suaranya nyaris hilang.

​"Apa yang kamu temukan?" Arlan berdiri, ikut melihat kertas yang dipegang Maya.

​Maya menunjuk baris angka itu dengan jari yang masih gemetar. "Ini... ini dana yang dulu dibilang hilang di kantorku. Dana yang bikin aku dituduh penggelapan dan dipecat secara tidak hormat dari posisiku sebagai manajer. Lihat tanggalnya, Arlan. Tanggal ini tepat tiga hari setelah aku pulang ke kampung."

​Arlan memperhatikan kertas itu dengan teliti, keningnya berkerut dalam. "Jadi Siska memakai dana kantor untuk bayar uang muka pernikahannya sendiri? Dan dia membebankan semua dosanya ke kamu?"

​"Bukan cuma itu. Lihat nama pemohonnya. Siska Pratama. Dia yang tanda tangan di sini sebagai manajer pengganti," Maya meremas pinggiran kertas itu sampai lecek. Air matanya hampir jatuh, bukan karena sedih, tapi karena amarah yang meledak-ledak. "Tega banget dia... Dia hancurin karirku, bikin namaku busuk di Jakarta, cuma buat dapet pesta mewah di hotel?"

​"Maya, tenang dulu," Arlan memegang bahu Maya, mencoba menenangkan.

​"Gimana aku bisa tenang? Selama ini aku hidup dengan sebutan 'pencuri' di kantor lama. Aku pulang bawa malu karena ulah dia! Ternyata dia nikah pakai uang hasil fitnah aku!" suara Maya meninggi, membuat Ibunya yang sedang di belakang kaget dan masuk kembali ke dapur.

​"Ada apa, May? Kenapa teriak-teriak?" Ibu tampak panik.

​Maya menoleh ke ibunya, lalu kembali menatap kertas di tangannya. Senyum getir muncul di wajahnya yang basah oleh air mata. Dia menatap Arlan dengan sorot mata yang sekarang penuh dengan rencana balas dendam yang nyata.

​"Ibu... Maya nggak apa-apa. Justru Maya baru saja dapet hadiah paling besar buat pernikahan mereka," kata Maya dengan nada dingin.

​"Kamu mau lapor polisi sekarang?" tanya Arlan.

​Maya menggeleng perlahan. Dia menatap salinan bukti transfer itu seolah itu adalah berlian paling berharga. "Belum. Kalau sekarang, Siska bisa cari alasan atau pake koneksi bapaknya buat tutup kasus. Aku bakal simpan ini. Aku bakal bawa bukti ini tepat di tengah pesta pernikahan mereka."

​"Kamu mau meledakkan bom itu di depan semua tamu undangan?" Arlan menaikkan alisnya, tampak terkejut sekaligus tertarik.

​"Iya. Siska pengen aku dateng buat dipermalukan, kan? Oke, aku akan dateng. Tapi aku bukan bawa makanan biasa. Aku bakal kasih dia 'menu penutup' yang bakal bikin dia mendekam di penjara tepat setelah dia selesai bilang sah," Maya menarik napas dalam, mencoba menguasai dirinya sendiri.

​Arlan menatap Maya cukup lama, lalu dia mengangguk pelan. "Kalau begitu, saya akan bantu kamu pastikan bukti ini tetap aman. Dan saya akan pastikan tidak ada satu pun orang Siska yang bisa menghentikan kamu bicara di panggung nanti."

​"Terima kasih, Arlan. Kali ini, aku bener-bener butuh bantuanmu," bisik Maya.

​Maya kembali menatap kertas-kertas itu. Dunianya yang hancur di Jakarta tiba-tiba menemukan titik terang untuk diperbaiki.

Dia memegang pisau dapurnya lagi, tapi kali ini dengan genggaman yang jauh lebih kuat. Pernikahan itu bukan lagi soal katering, tapi soal pengadilan terbuka yang akan membersihkan namanya di depan semua orang.

1
Ma Em
Semangat Maya semoga masalah yg Maya alami cepat selesai dan usaha kateringnya tambah sukses .
Savana Liora: terimakasih udah mampir ya kk
total 1 replies
macha
kak semangat💪💪
Savana Liora: hi kak. makasih ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!