My Husban Perfect Imam
Ciara Salsabila, dia seorang gadis yatim piatu. Gadis itu tidak menyangka, pria yang merupakan king badboy di sekolahnya sekaligus ketua geng motor yang paling menakutkan kini sudah sah menjadi suaminya. Menurutnya ini sebuah mimpi buruk bagi Ciara, kehidupan bagi wanita itu idam-idamkan kandas setelah dirinya di nikahi seorang pria angkuh dan keras kepala. Dafi Firmansyah, pria yang tidak mau mengalah dan keras kepala. Seorang anak tunggal sekaligus pewaris perusahaan Firmansyah group yang namanya sangat tersohor di dunia bisnis.
Dafi dan Ciara sepakat untuk merahasiakan pernikahan mereka untuk kenyamanan bersama. Namun, sepertinya kehidupan Ciara tidak berjalan mulus. Satu hal yang Ciara ketahui, ternyata Dafi memiliki seorang kekasih yang merupakan siswi paling popular sekaligus seorang pembully yang paling di takuti di sekolah Taruna.
Bagaimana Ciara menghadapi situasi itu ? akankah Dafi bisa menaruh hati kepada Ciara ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah Mayaddah f, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 Sedih atau Bahagia ?
Seketika kaki Ciar seperti tidak bertulang, tubuh Ciara ambruk ke lantai dengan tangan yang berpegangan pada sisi permukaan tembok. Melihat reaksi Ciara seperti orang yang sangat terpukul, membuat Ahsan yang melihatnya sampai mengerutkan dahinya heran.
“Ciara, lo masih di sini ?” Tanya Ahsan
Bukannya jawaban yang keluar dari mulut Ciara, melainkan suara isak tangis yang terdengar. Hatinya terasa amat menyakitkan mendengar seseorang yang saat ini sudah berlabuh di hatinya kini dalam keadaan kritis.
Bisma berjongkok menyamakan posisinya dengan Ciara
“Cia, lo yang sabar ya. Sebaiknya lo hubungi om Riza dan tante Risva” Ucap Bisma
Ciara masih bergeming, dia seakan belum bisa memfokuskan dirinya terhadap situasi. Dia masih syok dengan semuanya, baru saja Ciar merasakan hal romantic makan berdua seperti pasangan suami istri pada umumnya. Ciara sangat menantikan itu kembali, namun Dafi justru tertimpa musibah.
“Ya Allah…” Liroh Ciara kembali dengan tangan yang memegang dadanya
“semuanya akan baik-baik saja, lo tenangin diri lo dulu. Terus telpon orang tua lo sekarang, biar gue yang menemani Dafi di pindahkan” Usul Bisma
Bisma berdiri lalu melirik ke arah Ahsan yang masih berekspresi bertanya-tanya.
“Sebenarnya ada hubungan apa mereka ? gue yang ketinggalan berita atau kalian main rahasia-rahasiaan ?” Tanya Ahsan
Bisma menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan cepat
“Dafi dan Ciara itu kakak adik, gue juga baru tahu kemarin. Sekarang lo temani Ciara, biar gue yang urus kepindahan Dafi” Jawab Bisma
Ahsan membeku untuk sesaat, dia tidak menyangka jika Ciara meruapakan saudara Dafi. Padahal yang dia tahu, Dafi tidak mempunyai saudara kandung. Dafi anak tunggal, ini sangat aneh pikir Ahsan dalam pikirannya masih bertanya-tanya.
“Udah lo jangan bingung, nanti gue jelasi secara rinci” Lanjut Bisma, smabil menepuk Pundak Ahsan
Bisma kemudian berjalan ke arah teman-temannya yang masih setia duduk tak jauh dari ruangan Dafi, Bisma memasang wajah serius.
“Tangkap Angkasa, bawa dia ke markas” Perintah Bisma
“Apa gak sebaiknya kita bawa ini ke jalur hukum aja ?” Tanya salah satu dari mereka
Bisma menggelengkan kepalanya
“Tidka perlu, itu bisa membuat geng motor kita terancam. Kita hanya perlu membalas perbuatan Angkasa, untuk urusan polisi biar kita rundingkan dulu sana Dafi jika Dafi sudah siuman” Jawab Bisma
“Oke” Seru Mereka
Mereka serempak beriringan pergi dari rumah sakit, Bisma kemudian menyusul Dafi yang baru saja keluar dari ruang IGD di bantu oleh suster yang mendorong brankar Dafi.
Sementara Ahsan masih seitan memperhatikan Ciara dengan penuh arti, pikirannya tenggelam mengingat kejadian-kejadian dimana Dafi yang tertangkap basah terlihat diam-diam perhatian dengan sosok Ciara walaupun mulutnya selalu berkata kasar.
Ahsan tersenyum tipis, dia aklau dia memantapkan hatinya kepada Ciara semakin kuat. Ahsan berpikir, jika Dafi dan Ciara bersaudara itu akan memudahkan diirnya untuk mendapatkan hati Ciara.
“Jadi lo saudaranya Dafi ?” Tanya Ahsan
Ciara reflek menoleh ke arah Dafi, yang barusaja berjongkok di hadapan Ciara.
“K-kamu tahu dari mana ?” Tanya Ciara yang terdengar suaranya serak
“Dari Bisma, kenapa lo gak bilang kalau lo adiknya Dafi ?” Ujar Ahsan
“Eh… aku…” Jawab Ciara bibgung harus menjawab apa
“Ya sudah, kalau lo gak mau cerita juga gak apa-apa. Lo sudah telpon om Riza belum ?” Ucap Ahsan
Ciara menggelengkan kepalanya
“Aku takut papah dan mamah akan khawatir” Jawab Ciara
“Justru mereka akan sedih jika tidak mendengar kabar ini, Cia. Orang tua selalu mencemaskan keadaan anak-anaknya, apalagi mereka sedang pergi jauh perasaan mereka pasti gak tenang. Lo kasih tahu aja mungkin jika Dafi merasa ada keberadaan orang tuanya, Dafi segera sadar” Jelas Ahsan
Ciara terdiam, dia lalu mengangguk setuju pendapat Ahsan. Lalu dia mengambil ponselnya dari tas, Ciar khawatir jika Risva akan syok mendengarnya.
Ciara [Assalamu’alaikum] Saat panggilannya tersambung
Riza [Wa’alaikumsalam, ada apa nak ?. Tumben telpon papah, ada yang ingin kamu sampaikan ?]
Ciara [Penting sekali pah]
Riza [Bicara saja nak]
Ciara [Mamah dimana sekarang pah ?]
Riza [Mamah kamu ada di hotel, papah lagi meeting. Jadi mamah kamu nunggu di hotel aja]
Ciara [Aku gak ganggu papah kan ?]
Riza [Tidak apa-apa kok, putriku. Sekarang kamu mau bicara apa ?]
Ciara menetralkan jantungnya, sebelum memberitahu keadaan Dafi.
Ciara [Daf…fi dia kritis pah, dia di larikan ke ICU untuk penanganan yang lebih serius]
Riza [Apa ?! Ya Allah, papah dan mamah akan pulang sekarang]
Ciara [Papah sama mamah hati-hati di jalannya ya, di sini ada Cia dan teman-teman Dafi yang menunggu. Papah jangan terlalu cemas, ya]
Riza [Iya, putriku. Tetap jaga Dafi ya, doakan suami kamu bisa melewati masa kritisnya]
Ciara [Iya pah]
Riza [Papah tutup telponnya ya, papah mau menghubungi mamah kamu dulu agar bersiap-siap]
Ciara [Iya pah, assalamu’alaikum]
Riza [Wa’alaikumsalam]
Setelah sambungan sudah di akhiri, Ciara menaruh kembali ponselnya ke dalam sakunya.
“Cia” Panggil Ahsan
“Kenapa ?” Tanya Ciara
“Lo ada niatan nikah muda gak ?” Tanya Ahsan
“Kenapa kamu nanya kaya gitu ?” Tanya Ciara merasa bingung
Ciara jadi gelisah mendengar pertanyaan Ahsan, Ciara bertanya-tanya apa Ahsan mulai curiga dengan kedekatannya dengan Dafi.
Ahsan tersenyum tipis …
“Tidak apa-apa gue cumin tanya aja kok, jadi lo mau jawab pertanyaan gue gak ?” Tanya Ahsan
“Anu…” Jawab Ciara harus menjawab apa
“Lo gak suka nikah muda ?” Tanya Ahsan
“Nikah muda itu ibadah paling panjang, jika jodohku datang cepat, aku gak bisa menolaknya” Jawab Ciara
“Ucapan aku benar kan ? aku gak bisa nolak Dafi” Ucap Ciara dalam hati
Tidak ada respon atau tanggapan dari Ahsan, Ciara kemudian melirik sedikit wajah Ahsan dari sudaut matanya. Ciara terdiam untuk sesaat saat melihat Ahsan tersenyum lebar menatapnya.
“Kamu kenapa ?” Tanya Ciara
Namun Ahsan masih melamun
“Ahsan” Panggil Ciara
“Eh, sory-sory. Gue senang dengar jawaban lo” Ujar Ahsan
Ciara mengerutkan dahinya bingung
“Udahlah, mending kita susul Bisma” Ajak Ahsan
“Iya” Jawab Ciara
Ciara mengangguk setuju, kemudian Ciara dan Ahsan pergi ke lantai dua. Di sana mereka melihat Bisma yang duduk di kursi tunggu.
“Keadaan Dafi bagaimana ?” Tanya Ahsan
“Dafi barusan di pindahkan ke ruang ICU, kita gak bisa masuk kecuali di panggil oleh dokter di dalam sana yang mengecek keadaan Dafi” Jelas Bisma
Ciara menunduk, dia sangat menyesal karena tidak melarang Dafi untuk melakukan aksinya dengan tema anggota gengnya. Ciara menatap Bisma dan Ahsan bergantian.
“Kalian sebaliknya pulang ke sekolah, biar aku yang menjaga Dafi di depan ruangannya. Nanti juga ada papah sama mamah datang ke sini, kalian pulanglah” Usul Ciara
“Lo serius, Cia ?” Tanya Bisma
“Iya, aku serius” Jawab Ciara
“Gue temenin lo sampai om Riza dan tante Risva datang ya” Timpal Ahsan
Ciara tersenyum dari balik cadarnya
“Gak usah, kalian balik ke sekolah aja” Jawab Ciara
Ahsan dan Bisma saling pandang, seperti berbicara dari mata ke mata lalu mereka mengangguk secara bersamaan.
“Kalau ada apa-apa hubungi kamu ya, Ciara. Mana ponsel lo ?” Ujar Ahsan
Ciara kembali mengambil ponselnya, lalu mengelurkannya kepada Ahsan.
“Ini” Jawab Ciara
Ahsan mengambil ponsel Ciara
“Gue catet nomor guw dan Bisma di ponsel lo, kalau lo butuh bantuan telpon aja salah satu dari kita ya” Ujar Ahsan
Cauar menganggukkan kepalanya paham, lalu kembali mengambil ponsel dari tangan Ahsan.
“Hati-hati lo di sini” Ucap Bsima
“Iya” Jawab Ciara
Bisma dan Ahsan pun pergi meninggalkan Ciara yang kini duduk di kursi tunggu.
*****
Sudah 3 jam Ciara menunggu, namun taka da panggilan dari dokter taua pun suster yang memanggil keluarga Dafi.
“Hhh… semoga kamu baik-baik saja Dafi” Ucap Ciara
Ceklek
Pintu ruangan ICU terbuka
“Keluarga saudara Dafi” Panggil Suster
Ciara segera berdiri, lalu menghampiri suster yang memanggilnya.
“Iya sus ?, saya keluarga Dafi” Ujar Ciara
“Oh, silahkan nona. Saudara Dafi baru saja siuman” Jawab Suster
“Alahamdulillah” Ucap Ciara
Ciara kemudian mengikuti langkah suster yang membawanya ke brankar Dafi, Dafi masih di pasang alat pernafasan. Ciara bahkan tidak tega melihat keadaan Dafi sekarang. Kantung mata yang menghitam, bibir yang sangat pucat, dan pandnagan yang kosong. Ciar sampai heran, kenapa bisa Dafi terlihat menyedihkan seperti ini. Padahal hanya luka di perut saja, tapi bisa berakibat fatal dengan tubuhnya.
“Kapan pasien bisa di pindahkan ke ruang rawat inap ?” Tanya Ciara kepada suster yang masih mengecek keadaan Dafi
“Di tunggu ya nona, kita belum bisa memastikannya. Jika pasien sudah mulai ada perkembangan, barulah kita bisa segera memindahkan pasien ke ruang rawat inap. Berdoalah, saya bisa melihat jika dia adalah pasien yang kuat. Buktinya dia dalam keadaan sekarat hampir kehabisan darah dia masih bisa menyebut nama seseorang” Jawab Suster
“Nama seseorang ?” Tanya Ciara
Ciara tersenyum kecut
“Apa dia memanggil nama Nabila dalam keadaan tidak sadar ?” Gumam Ciara
“Benar, dia menyebut nama Ciara. Mungkin saja kamu tahu nama itu, kalau bisa saya ingin dia menemui pasien. Mungkin saja atas mukjizatnya, pasien bisa pulih kembali” Jawab Suster
Ciara tercengang, tanpa sadar bibirnya melengkung sebuah senyuman dari balik cadarnya.
“Aku ? apa Dafi mulai mnaruh hati sama aku ?” Tanya Ciara dalam hati sambil tersenyum