NovelToon NovelToon
Cinta Beracun Pak Gustav

Cinta Beracun Pak Gustav

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Hamil di luar nikah / Diam-Diam Cinta
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Nara Diani

"Aku hamil lagi," ucap Gladys gemetar, ia menunduk tak berani menatap mata sang pria yang menghunus tajam padanya.

"Gugurkan," perintah Gustav dingin tanpa bantahan.

Gladys menggadaikan harga diri dan tubuhnya demi mimpinya menempuh pendidikan tinggi.

Bertahun-tahun menjadi penghangat ranjang Gustav hingga hamil dua kali dan keduanya terpaksa dia gugurkan atas perintah pria itu, Gladys mulai lelah menjalani hubungan toxic mereka.

Suatu ketika, ia bertemu dengan George, pelukis asal Inggris yang ramah dan lembut, untuk pertama kalinya Gladys merasa diperlakukan dengan baik dan dihormati.

George meyakinkan Gladys untuk meninggalkan Gustav tapi apakah meninggalkan pria itu adalah keputusan terbaik?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nara Diani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian 18

“Long t time no see, Sepupu.”

Gustav menepis kasar tangan George, pria yang lebih muda darinya itu tersenyum masam.

“Dasar kasar,” cibir George.

Kedua pria itu adalah sepupu jauh, mereka pernah bertemu beberapa kali saat kecil dan saat George remaja ketika ia berkunjung ke Indonesia.

Gustav dingin dari dulu, temperamennya kasar dan sulit di dekati, tidak ada sepupu yang berani mendekat padanya kecuali George pada saat itu.

“Aku penasaran bagaimana Gladys bisa betah dengan pria se kasar dirimu,” sinis George.

“Karena aku menyumpal mulutnya dengan uang, manusia itu mudah dikendalikan, di hadapan uang mereka semua rela berlutut dan merendahkan diri,” ujar Gustav menyeringai.

George menatapnya sinis, sepupunya ini melihat segala sesuatu bisa dikendalikan dengan uang, sungguh pikiran yang sempit.

“Dengar, George. Sebaiknya kau berhenti mendekati Gladys mulai sekarang, aku masih berbaik hati padamu karena kau adik sepupuku,” peringat Gustav.

Si Pria kasar ini tidak main-main, dia bisa melibas apapun yang menghalangi jalan dan mengganggu kesenangannya, tanpa terkecuali, termasuk keluarganya sekali pun.

George mengangkat tangannya ke atas tanda menyerah. “Baik, aku tidak akan mendekatinya lagi,” janjinya.

“Sebaiknya begitu,” sinis Gustav berlalu dari galeri adik sepupunya.

Mata tajamnya secara tidak sengaja tertuju pada sebuah lukisan dengan kanvas sedang di sudut galeri. Gustav mendekat memegang lukisan itu.

“Lukisan wajah Gladys?” gumamnya menatap George tajam.

George menaikkan bahu acuh, karena tidak mau memperpanjang masalah Gustav bawa lukisan itu keluar bersamanya.

Brak!

Pintu di tutup kasar George mendengus. Sepupu gilanya itu datang-datang merusak properti dan menyita barang orang seenaknya.

Tepat ketika Gustav menghilang dari.balik pintu wajah ramah pria itu berubah menjadi dingin.

“Maaf, Kakak Sepupu. Sepertinya kali ini aku tidak bisa mengalah darimu.” Smirk George.

***

Gustav melempar lukisan wajah Gladys pada Nick yang ada di kursi kemudi. “Mau saya apakan ini, Pak?” tanya Nick.

“Bakar.”

“Anda tidak ingin menyimpannya?”

“Untuk apa aku menyimpan lukisan wajah jalang?” ketus Gustav.

Nick mengumpat dalam hati. Terkutuk lah mulut jahanam bos nya ini semoga saja suatu hari nanti dia menjilat ludahnya sendiri dan menyesali setiap perkataannya.

“Jalan, Nick.”

“Baik, Pak.”

****

Gladys masuk kerja setelah dua hari mendekam di kamarnya, pagi ini Gustav sendiri yang berinisiatif mengantarnya ke kantor, supaya tidak kabur katanya.

Gladys bersikeras mau turun di halte tapi Gustav dengan wajah tebalnya melajukan mobil sampai di parkiran kantor khusus para petinggi perusahaan. Gladys melotot, ia menggigit kuku ketar-ketir melihat sedang banyak orang di parkiran, untungnya kaca film mobil Gustav gelap.

“Kenapa masih diam? Cepat keluar,” titah Gustav melepas sabuk pengamannya.

“Aku akan keluar lima menit lagi,” ujar Gladys, ia tidak mau terlibat skandal bos dan karyawan begitu orang lain melihat mereka datang bersama, bisa rusak reputasi anak baiknya.

Gustav menoleh pada wajah Gladys yang tertunduk memainkan jari-jari berkuku cantiknya.

“Takut, Eh?” ejeknya tersenyum miring.

Perempuan itu diam tidak menjawab, Gustav dengan cepat keluar dari mobil, mengitari dan membuka pintu samping membuat Gladys menahan napas.

“Keluar,” perintah Gustav bernada penekanan.

Beberapa orang yang ada di area parkir seketika memusatkan perhatian pada Gustav, yang lainnya curi-curi pandangan ke dalam mobil, bertanya-tanya wanita mana yang Gustav bawa ke kantornya.

“Kamu mau mempermalukan ku?” bisik Gladys matanya bergetar.

“Kau takut pada mereka?” ejek Gustav, pria itu mendekat.

“Keluar dengan kakimu sendiri atau ku seret?”

Gladys buru-buru mengambil tasnya, ia keluar dari dalam mobil membuat Gustav tersenyum senang, ia tutup pintu mobil, Gladys melempar senyum pada staf petinggi di sana lalu buru-buru masuk.

Pria itu bersandar pada body mobil, tertawa kecil melihat Gladys yang sudah kabur. Nick yang juga baru datang mendekat padanya.

“Anda mau mengakui Gladys sekarang, Pak?” tanya si asisten, Gustav mengangkat satu sudut bibirnya.

***

Di lobi Gladys bertemu dengan Mita, ia senyum menyapa gadis berwajah imut itu.

“Pagi, Mita.” Mita hanya melirik sekilas terus pergi begitu saja.

Gladys tersenyum sabar, mungkin Mita masih marah dan salah paham padanya, ia akan mendekati Mita kembali perlahan-lahan.

Sesampainya di divisi finance Dimas yang pertama kali melihat kedatangan Gladys menyapanya.

“Gladys, kamu dari mana saja kemarin gak masuk,” tanya Dimas.

“Sakit, kemarin aku demam, Bang,” jawab Gladys santai berlalu menuju mejanya.

Akhirnya kembali bekerja, jika saja ia tidak merengek-rengek semalam Gustav pasti tidak akan melepaskannya hari ini.

“Direktur juga enggak masuk kemarin, tumben hari Senin Beliau bolos kerja,” celetuk Rere yang tengah mengunyah kuaci.

“Hahaha, bisa barengan gitu ya kalian,” kelakar Dimas bercanda.

Fellycia tiba-tiba datang. “Gladys, lo tadi berangkat bareng Pak Gustav ya?”

Semua orang yang berada di ruangan itu terkejut, mereka menatap Gladys penasaran.

“Iya,” jawab Gladys santai. Ia sudah memprediksi cepat atau lambat berita ini pasti akan tersebar.

“Tahu dari mana kamu, Fellycia?” tanya Dimas.

“Dari sepupu aku yang juga kerja di sini, tadi pagi dia lihat Pak Gustav bukain pintu buat Gladys,” jawab Fellycia sinis.

Abis lo Gladys! Bentar lagi ketahuan kalau lo itu ani-ani!

Rere dan Vivi saling pandang, spontan kedua wanita itu mendekat pada Gladys, begitu pun dengan Julian, meskipun pria itu terlihat laki banget tapi Julian punya hobi mengumpulkan gosip-gosip kantor.

“Lo punya hubungan kan sama Pak Gustav?” cecar Fellycia memanas-manasi keadaan.

“Beneran, Dys? Kamu ada hubungan sama Direktur?” tanya Vivi pula.

“Hanya datang bersama satu kali bukan berarti ada hubungan kan?” tepis Gladys tenang.

“Pagi tadi mobil aku mogok di tengah jalan, kebetulan Pak Gustav lewat, Beliau menawarkan tumpangan itu doang kok,” jawab Gladys santai, Mereka ber-oh ria, hampir saja termakan gosip murahan tadi.

Fellycia memutar bola mata sinis, pintar juga anak ini menjawab dan mengamankan posisinya, lihat saja kau nanti, Fellycia mengepalkan tagannya.

“Betul, sih, Pak Direktur memang gentleman lagian Beliau lagi dekat sama itu si cucu pengusaha tambang,”  celetuk Rere membenarkan.

“Dengar-dengar mereka mau nikah juga, betul tidak sih?” sahut Vivi, Gladys meremas tangannya mendengar kata nikah.

“Tidak ada yang tahu, kita tunggu saja kabarnya,” ucap Dimas mengakhiri percakapan pagi itu.

***

Di divisi Mita yakni tim Marketing juga sedang heboh dengan berita Gustav datang bersama anak magang tadi pagi, bukan timnya saja bahkan beberapa orang dari tim lain ikut bergosip di ruang Marketing.

Bedanya di sini, orang-orang berteori lebih liar, bahkan menuduh Gladys perebut laki orang.

“Kayaknya mereka memang ada hubungan deh, lima tahun kerja di sini baru kali ini aku melihat ada perempuan keluar dari mobil Direktur, anak magang pula,” celetuk salah satu dari mereka.

“Pinter juga tuh anak magang bisa merayu Pak Gustav, hahahaha.”

“Iya pake pelet apa dia?”

“Tapi kan Pak Gustav mau nikah sama model Brica Novelia,” ucap seorang wanita menyadarkan mereka semua.

“Loh? Iya benar, kabarnya mereka mau nikah berarti anak magang itu merebut laki orang dong?” ujar karyawan tadi.

“Pelakor maksud kamu?”

“Heh!” Bentak Mita menggebrak meja. Mereka semua terlonjak kaget.

“Jaga mulut lo semua, Pak Gustav cuma nganterin Gladys sekali tapi lo semua dengan sok tahunya malah memfitnah orang!” cecar gadis itu menunjuk wajah mereka satu-satu.

Dia sudah muak mendengar gosip-gosip dan spekulasi liar mereka pada Gladys sejak pagi.

“Kenapa kamu tiba-tiba marah? Sinting!” cibir karyawan wanita senior pada Mita, wanita itu memang terkenal nyinyir seantero kantor.

“Elo yang sinting!” Mita menggebrak meja keras, wanita itu mundur terkejut.

“Gila,” gumamnya menatap Mita aneh.

“Apa salahnya bos membatu tumpangan pada karyawan, kalau lo yang tadi pagi keluar dari mobil Direktur berarti kalian ada apa-apa gitu?” tuding Mita menaikkan sebelas alisnya.

“Ya ... enggak sih,” jawab wanita itu gelagapan.

“Nah itu, terus ngapain lo semua memfitnah orang segala,” cecar Mita menatap mereka satu-satu. Dagunya terangkat tinggi dengan wajah sombong.

Meski bertubuh kecil dan berstatus anak magang Mita tidak gentar menghadapi siapa pun jika orang itu berani menyakiti dia atau orang terdekatnya.

“Bubar-bubar! Bukannya kerja malah gosip,” ucap Mita melerai kerumunan penggosip itu.

***

1
Myra Myra
lupakan gustac dah sesuai Ngan mu
Chung Chung
Up
Tình nhạt phai
Gokil abis!
Amanda
Seru banget deh!
Mina
Mantap jiwa banget, bikin nagih baca terus!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!