NovelToon NovelToon
Bukan Cinderella-nya

Bukan Cinderella-nya

Status: sedang berlangsung
Genre:Hamil di luar nikah / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua / Pembantu
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Nitzz

Nathaniel Alvaro, pewaris muda salah satu perusahaan terbesar di negeri ini, hidup dalam bayang-bayang ekspektasi sang ibu yang keras: menikah sebelum usia 30, atau kehilangan posisinya. Saat tekanan datang dari segala arah, ia justru menemukan ketenangan di tempat yang tak terduga, seorang gadis pendiam yang bekerja di rumahnya, Clarissa.
Clarissa tampak sederhana, pemalu, dan penuh syukur. Diam-diam, Nathan membiayai kuliahnya, dan perlahan tumbuh perasaan yang tak bisa ia pungkiri. Tapi hidup Nathan tak pernah semudah itu. Ibunya memiliki rencana sendiri: menjodohkannya dengan Celestine Aurellia, anak dari sahabat lamanya sekaligus putri orang terkaya di Asia.
Celeste, seorang wanita muda yang berisik dan suka ikut campur tinggal bersama mereka. Kepribadiannya yang suka ikut campur membuat Nathan merasa muak... hingga Celeste justru menjadi alasan Clarissa dan Nathan bisa bersama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nitzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23. Bayangan yang Mengintai

Hari-hari berlalu dengan ritme yang seakan tenang tapi penuh ketegangan. Celeste masih bersikap seperti biasa, ramah, sopan, dan tenang, namun di balik semua itu, ada badai kecil yang terus bergemuruh dalam dadanya.

Clarissa makin sering berulah secara halus. Kadang menyuruh Celeste melakukan pekerjaan rumah padahal bukan tugasnya. Kadang juga membuat komentar menyindir dengan suara cukup keras untuk didengar Pelayan lain, seperti, “Celeste itu baik ya, tapi kadang terlalu ikut campur.” Atau, “Aku khawatir dia kelelahan karena terlalu sok peduli.”.

Namun Celeste tetap diam. Ia tahu, perlawanan secara langsung hanya akan membuatnya tampak cemburu atau menyimpan rasa. Maka ia memilih bertahan. Diam, tapi tidak kalah. Begitu juga para pelayan yang tak terpancing oleh clarissa. Mereka tahu kebenarannya tapi juga takut dengan fakta jika Clarissa  kekasih Nathan.

Celeste lebih banyak menghabiskan waktu di taman belakang, menulis di buku kecilnya atau sekadar menyiram bunga. Di tempat itu, ia merasa bebas. Tapi akhir-akhir ini pun, taman tak lagi memberi ketenangan sepenuhnya.

Karena beberapa kali, ia merasa ada yang mengawasinya.

Awalnya ia mengira hanya perasaannya sendiri. Tapi saat ia melihat ke arah luar pagar, ia sempat menangkap sosok pria bertopi yang berdiri terlalu lama di balik semak depan rumah. Saat ia menatap ke arah pria itu, sosok itu buru-buru berbalik dan menghilang di balik pohon.

Celeste terpaku. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

Itu bukan tetangga. Dan bukan juga tukang kebun. Pria itu asing. Dan cara dia berdiri… seperti memantau.

Sejak hari itu, Celeste mulai lebih waspada. Setiap pagi ia membuka jendela dan memeriksa halaman. Ia memperhatikan kendaraan yang parkir terlalu lama di sekitar rumah. Bahkan ia mengamati wajah-wajah pengantar paket. Tapi tak ada yang mencurigakan—setidaknya secara langsung.

Malamnya, ia duduk di kamar sambil menatap layar ponsel. Hingga sebuah pesan masuk, membuatnya terdiam lama.

[Ayah]

Datang ke Singapura bulan depan. Kita harus bicara. Hanya ada dua bulan tersisa. Jangan main-main, Celeste.

Pesan itu terasa seperti suara dari neraka.

Jari-jari Celeste gemetar. Sudah lama ayahnya tak menghubunginya langsung. Biasanya hanya perantara, pesan singkat, atau surat yang ia terima melalui orang-orang yang tak dikenal. Tapi malam itu, pria itu sendiri mengirim pesan.

Celeste berdiri dari tempat tidur, berjalan mondar-mandir. Oksigen seolah sulit dihirup.

Dua bulan lagi.

Tinggal dua bulan untuk menyelesaikan misinya: membuat Nathan jatuh cinta. Menjadi tunangan resmi. Dan mengamankan posisi untuk keluarga Aurellia—meski ia tak tahu betul untuk apa.

Tapi semua terasa kabur sekarang. Nathan tidak menunjukkan tanda-tanda jatuh cinta. Justru lebih sering bingung dan diam. Dan Clarissa… Clarissa seperti tembok yang semakin besar dan dingin berdiri di antara mereka.

Celeste menggigit bibir bawahnya. Ia bisa memilih menyerah. Pergi. Kembali ke Singapura dan menghadapi amarah ayahnya. Tapi itu bukan dia.

Ia tidak akan kalah.

Malam itu, ia duduk di meja kecil, menulis dalam buku hariannya:

Hari ke-92.

Aku ingin berhenti. Tapi aku tahu, aku tidak boleh. Ini bukan hanya tentang misi. Ini tentang kebebasan. Tentang tidak lagi menjadi boneka ayah. Tentang menemukan siapa diriku sebenarnya.

Dan aku harus bertahan, meskipun rasanya seperti dihancurkan perlahan.

Pagi berikutnya, Celeste kembali ke aktivitasnya seperti biasa. Ia bahkan sempat membantu Madeline menyiapkan acara kecil untuk komunitas wanita. Tapi Clarissa kembali menemukan celah untuk menusuk.

“Nyonya Madeline, lihat deh, Celeste cocok banget kalau jadi pelayan dari pada aku,” ucap Clarissa sambil tertawa ringan.

Celeste tersenyum kecil, meski hatinya terasa getir. Ia tahu maksud ucapan itu. Dan ia tahu Madeline bisa saja salah menafsirkan.

Tapi kali ini, Madeline hanya tertawa. “Celeste memang pintar. Cekatan dan baik suka membantu, Tapi dia tidak akan jadi pelayan sepertimu, Clarissa. Dia akan jadi nyonya mu kelak. Ibunya sahabatku, dan aku sendiri yang akan nikahi Celeste dengan Nathan”

Clarissa terdiam sejenak, lalu tersenyum kaku. “Iya Nyonya…  Maaf , aku hanya bercanda.”

Celeste tak berkata apa-apa. Tapi dalam hatinya, ia merasa sedikit lega. Meskipun tipis, tapi Madeline tampaknya masih mempercayainya.

*

Malamnya, saat Celeste sedang membaca buku di balkon lantai dua, ia kembali melihat bayangan itu. Sosok pria bertopi, berdiri di balik pohon besar di luar pagar. Kali ini lebih jelas. Ia mengenali posturnya. Sosok yang pernah ia lihat di rumah keluarga Aurellia, salah satu pengawal ayahnya.

Celeste meraih ponsel, mengarahkan kamera diam-diam dan memotret. Tapi saat ia menurunkan ponsel dan hendak memanggil seseorang, pria itu sudah menghilang lagi.

Celeste menutup bukunya.

Itu bukan kebetulan. Mereka sudah mulai mengawasi.

Ia menarik napas dalam-dalam, lalu memutuskan: ia akan menemui ayahnya bulan depan. Tapi bukan untuk menyerah. Melainkan untuk menegaskan: hidup ini miliknya. Bukan proyek keluarga.

Tapi sebelum itu, ia harus menyelesaikan misinya.

Dengan caranya sendiri.

Dan hati-hati.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!