" Iya, sekalipun kamu menikah dengan wanita lain, kamu juga bisa menjalin hubungan denganku. Kamu menikah dengan wanita lain, bukan halangan bagiku “ Tegas Selly.
Padahal, Deva hendak di jodohkan dengan seorang wanita bernama Nindy, pilihan Ibunya. Akan tetapi, Deva benar - benar sudah cinta mati dengan Selly dan menjalin hubungan gelap dengannya. Lantas, bagaimanakah kelanjutan hubungan antara ketiganya ? Akankah Deva akan selamanya menjalin hubungan gelap dengan Selly ? atau dia akan lebih memilih Nindy ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vitra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terpaksa Menerima
Dalam perjalanan pulang dari rumah Pak Danu, Bu Lastri dan Deva terlibat obrolan ringan mengenai kesan pertama Deva terhadap Nindy.
“Bagaimana? Kamu merasa cocok dengan Nindy? Cantik, kan, anaknya?” tanya Bu Lastri dengan semangat.
Sambil menyetir, Deva menjawab dengan nada datar, “Kalau ingin dijadikan istri, bukan cuma soal cantik, Bu.”
Jawaban Deva terdengar seperti omong kosong. Nyatanya, ia menjalin hubungan dengan Selly yang juga berparas cantik.
Wajah Deva terlihat datar setelah pertemuan tadi. Berbeda dengan ekspresinya saat pertama kali bertemu. Kini, sikapnya dingin, seolah menunjukkan ketidaksenangan. Bu Lastri sebenarnya menyadari kalau anaknya itu kurang menyukai proses perjodohan ini.
Namun, ia pura-pura tidak tahu dan tetap melanjutkan pembicaraan.
“Ya, memang benar. Menikahi perempuan cantik seperti Nindy tidak menjamin kebahagiaan. Tapi kamu tetap mau, kan, melanjutkan perkenalan ini?”
Bu Lastri mencoba membujuknya dengan halus.
Deva menarik napas panjang. Suasana hatinya sedang tidak baik. Ia hanya menjawab singkat, “Iya, Bu.”
"Jangan pernah sekalipun kamu kembali memikirkan seorang wanita yang kini sudah menjadi mantanmu. Percayalah pada Ibu, Dev. Selly bukan wanita yang baik-baik," ucap Ibu dengan sangat serius.
Deva tidak langsung memberikan respons terhadap ucapan ibunya. Ia sedikit terkejut. Tebakan ibunya benar—Deva memang masih memikirkan Selly. Bukan hanya itu, tanpa sepengetahuan ibunya, ia bahkan masih menjalin hubungan dengan Selly.
Akhirnya, Deva membuka suara.
"Iya, Bu." Lagi-lagi, ia hanya memberi respons singkat kepada ibunya.
Bagi Deva, perjodohan ini hanya untuk menyenangkan hati ibunya. Meskipun pada akhirnya ia harus menikah dengan Nindy, yang penting baginya adalah tetap bisa menjalin hubungan dengan Selly.
Selama perjalanan, Deva lebih banyak diam, menatap lurus ke jalanan. Bu Lastri pun ikut terdiam. Dari sikap Deva yang dingin dan jawabannya yang seadanya, ia bisa menebak isi hati putranya.
Sesampainya di rumah, keduanya masih terbungkam. Tanpa banyak bicara, mereka langsung menuju kamar masing-masing.
Deva menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang. Beberapa kali ia mengusap wajah dan menatap langit-langit kamar. Hatinya terasa berat. Ia sadar, apa yang dilakukannya adalah sebuah kesalahan jika nantinya ia menduakan Nindy. Ia tahu betul, bagaimana rasanya dikhianati.
Karena Deva pun pernah berada di posisi itu.
Namun, menurutnya, ini adalah jalan terbaik. Ia bisa menyenangkan dua wanita yang disayanginya: pertama, menikahi Nindy demi membahagiakan ibunya; kedua, tetap bersama Selly yang dicintainya, meskipun hubungan itu terlarang dan melanggar norma.
Jika seseorang jatuh cinta, pilihannya hanya dua: menjadi buta terhadap segalanya, atau menjadi bodoh. Dan Deva sedang berada di posisi itu sekarang. Ia buta, karena menutup mata atas kesalahan demi cintanya. Ia bodoh, karena tahu yang akan dilakukannya melanggar norma—
namun tetap ia rencanakan.
Dengan Deva yang berencana menjalin hubungan gelap dengan Selly, hal itu sudah cukup menjadi gambaran bagaimana kehidupan rumah tangganya kelak jika ia menikah. Setiap hari akan dipenuhi kebohongan. Dan setiap waktu, ia harus menjaga sikap agar tidak ketahuan.
Sebuah notifikasi pesan masuk terdengar dari ponsel Deva.
[Nindy: Gimana pertemuanmu sama cewek itu?]
[Deva: Gak ada kesan apa-apa. Bahkan aku sama sekali gak tertarik.]
[Nindy: Hahaha. Aku bisa bayangin gimana rasanya.]
[Deva: Ya, kamu tahu sendiri kan kalau aku udah gak suka sesuatu? Besok kamu ada acara?]
[Nindy: Gak. Aku cuma mau santai di apartemen.]
[Deva: Besok aku ke sana, ya. Aku kangen.]
[Nindy: Oke, aku tunggu.]
Selly tersenyum senang setelah membaca pesan dari Deva. Ia merasa berhasil menguasai pria itu. Dunia Deva seolah hanya berputar di sekitarnya.
Terbukti dari jawaban Deva yang mengatakan bahwa ia tidak tertarik dengan wanita yang dikenalkan kepadanya. Melihat Selly tersenyum sendiri sambil memandangi layar ponsel, membuat Kevin penasaran.
“Kamu kenapa senyum-senyum sendiri?” tanya Kevin heran.
Selly menyodorkan ponselnya pada Kevin. “Nih, baca sendiri. Kamu jadi tahu kan, Deva itu senaif itu,” ucapnya santai.
Kevin membaca pesan itu lalu berkomentar, “Gila. Masih ada ya cowok sebodoh Deva.”
Apa yang dikatakan Bu Lastri memang benar. Sekali berselingkuh, seseorang cenderung mengulanginya. Tapi apa boleh buat. Deva sudah terlanjur jatuh cinta pada Selly.
Sekalipun Selly berbau busuk, di mata Deva, ia tetap harum. Begitulah jika sudah terjebak dalam hubungan yang tidak sehat. Entah harus berapa kali disakiti hingga akhirnya bisa melepaskan diri.
Selly dan Kevin menjalani hubungan saling memanfaatkan. Selly mendapat uang, Kevin mendapat hiburan. Saling menguntungkan, tanpa melibatkan perasaan.
Selly memang seperti itu. Selama ada kesempatan yang bisa menguntungkan, ia tak segan menghalalkan segala cara. Dengan kecantikannya, ia memanfaatkan semua peluang demi kepentingannya sendiri.
Tidak ada rasa cemburu antara mereka. Selly tidak peduli berapa banyak wanita yang didekati Kevin. Yang penting, Kevin rutin memberinya uang dan membelikan barang-barang mewah bermerek luar negeri.
Tiba-tiba, Selly teringat sesuatu.
“Oh ya, besok kamu jangan ke apartemenku dulu dan jangan hubungi aku juga, ya,” ucapnya.
Kevin langsung paham maksudnya.
“Oh... oke. Kayak biasanya, kan? Hahaha. Tenang aja, aku patuh sama semua aturanmu,” balas Kevin.
“Sebenarnya aku males ketemu Deva besok,” keluh Selly.
“Kenapa memangnya?”
“Soalnya aku penginnya kamu yang nemenin aku di apartemen,” jawab Selly dengan nada manja.
Kevin tersenyum lalu membelai kepala Selly.
“Gak apa-apa. Temui aja dulu cowok naif itu,” ujarnya lembut.
Setelah itu, Kevin berkata lagi, “Aku tahu hubungan kita cuma saling menguntungkan. Tapi aku penasaran, apa yang bikin kamu masih betah sama Deva? Kamu tahu sendiri, dia gak sebanding sama aku.”
“Aku justru suka cowok naif kayak Deva. Udah tahu gak akan bisa menikah denganku, tapi tetap ngejar-ngejar. Aku suka yang kayak gitu,” ucap Selly dengan nada penuh percaya diri.
Entah sampai kapan Selly bisa menyembunyikan hubungannya dengan Kevin. Dan entah kapan Kevin akan membuang Selly jika nanti bertemu dengan perempuan secantik dirinya. Walau sejauh ini, belum ada yang secantik dan sesempurna Selly di mata Kevin.
Secara fisik, Selly memang terlihat nyaris sempurna. Tiap kali berjalan melewati laki-laki, pandangan mereka pasti tertuju padanya. Banyak pria kaya yang mencoba mendekatinya. Namun, hanya Kevin yang membuatnya nyaman. Dari segi fisik, hanya Kevin yang sesuai dengan seleranya.
Padahal, baik Kevin maupun Deva, keduanya sama-sama berwajah tampan. Hanya saja, secara finansial, Kevin jauh lebih unggul. Selly memanfaatkan Deva karena sifatnya yang polos, dan memanfaatkan Kevin karena sikapnya yang royal.