Suka cerita tentang toko utama wanita yang tidak mudah ditindas? Di sinilah lapaknya!
Renata Carissa, seorang putri dari Panglima TNI yang berprofesi sebagai Psikiater. Memiliki kehidupan yang sempurna dengan memiliki suami yang begitu mencintainya dan anak laki-laki yang sangat tampan.
Sepeninggal suami tercintanya, Renata pun meninggal karena mengalami sakit keras.
"Aku berharap bisa bertanya kepadanya, mengapa aku tidak pernah tahu?"
"Apakah aku bisa bertemu dengan Jefra-ku lagi?"
Itulah harapan terakhir Renata.
Bukannya ke akhirat dan bertemu dengan suami tercintanya. Namun, Renata justru secara misterius berubah menjadi tokoh antagonis yang berperan menjadi pelakor. Nasib tokoh yang menyedihkan, hidup dalam penderitaan, dan berakhir bunuh diri.
Ya, dia masuk ke dalam novel!
Tidak ingin nasibnya berakhir tragis, Renata memutuskan untuk mengubah alur cerita yang sudah tertulis itu.
Dan takdir mempertemukannya kembali dengan Jefra, suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elwi Chloe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Target Balas Dendam
Terlihat matahari yang seolah sedang mengintip malu-malu di ufuk timur.
Di sebuah gedung apartemen mewah yang menjulang tinggi, kini Renata sedang berdiri di depan sebuah pintu.
Ting Tong!
Renata menunggu dengan gugup, dia tidak menyangka jika alamat yang dikirimkan Tuan J adalah alamat sebuah apartemen.
Cklek
Daun pintu terbuka menampakkan seorang pria yang mengenakan kimono tidur berbahan satin, terbuka di bagian depan sehingga tampaklah otot dada yang membuat wajah Renata merona. Belum lagi wajah bangun tidur Tuan J yang sangatlah seksi.
"Kamu telat," ucap Tuan J dengan suara serak habis bangun tidur.
Saat ini memang sudah pukul enam lewat dua menit, padahal pria itu menyuruhnya untuk datang sebelum pukul enam.
"Maaf, Tuan J. Tadi aku sedikit kesulitan saat mencari alamat," jawab Renata jujur, sebisa mungkin dialihkan tatapannya pada dada berotot pria itu.
"Ck, alasan," Tuan J tidak menerima apapun alasan Renata, "Mulai besok cobalah datang lebih awal lagi. Tugasmu itu membangunkan aku."
"A-apa?" Renata tercekat, jadi itu adalah alasan dirinya disuruh datang ke apartemen ini.
"Kenapa terkejut seperti itu? Itu adalah salah satu tugas Asistenku."
"Ah, tidak, maafkan aku," ucap Renata dengan kikuk.
"Masuklah," Tuan J berbalik masuk ke dalam apartemen, dengan Renata yang mengekor di belakang.
Renata disambut dengan suasana klasik yang terlihat mewah dan elegan. Langit-langit tinggi yang tampak megah. Perabotan dengan gaya modern. Terdapat sofa yang simpel dan rak televisi bergaya minimalis. Lampu gantung kristal besar di tengah ruangan, panel dinding interior, dan beberapa ornamen yang tersebar di seluruh ruangan.
Secara ukuran, apartemen mewah milik Tuan J sangatlah luas dibandingkan dengan apartemen pada umumnya. Tidak hanya itu saja, apartemen ini dilengkapi dengan fasilitas yang eksklusif dengan desain interior yang mewah dan berkelas.
Apartemen milik pria super kaya memang mampu membuat tercengang.
Lantas apa yang harus Renata lakukan di sini?
"Aku ingin mandi dulu, kamu buatlah sarapan untukku," perintah Tuan J seakan tahu isi pikiran Renata.
"E-eh?"
"Jangan bilang kalau kamu tidak bisa memasak," sinis Tuan J.
"Aku──"
"Dari segi penampilan kamu memang bukan wanita yang berkompeten. Terlihat seperti anak manja yang gemar menghamburkan uang. Tidak heran jika kamu tidak bisa memasak," sela Tuan J dengan tatapan meremehkan.
Renata mengepalkan tangan, "Memangnya kamu tahu apa tentangku?"
Tuan J terdiam.
"Kamu tidak tahu apa-apa tentangku, jadi jangan asal menilai," sambung Renata dengan menatap Tuan J marah.
Tuan berjalan mendekat pada Renata, raut wajahnya tidak berarti apapun, "Aku tahu siapa sebenarnya kamu."
Deg
Jantung Renata terpompa.
Apa Tuan J tahu jika dia bukanlah Angelica Renata Tan yang sebenarnya? Bagaiman pria itu bisa tahu?
Tuan J menyeringai samar, "Mengaku sja."
Renata menelan saliva berat, lidahnya mendadak keluh.
"Mengaku saja jika kamu adalah wanita berhati busuk yang berniat merebut suami orang," lanjut Tuan J.
Seketika mata Renata terbelalak. Sialan sekali pria di depannya itu.
Duk
Renata menendang kaki kiri Tuan J, tepat di tulang kering, dan membuat pria itu terhuyung ke belakang dan menjauh darinya.
"Berani-beraninya kamu!" seru Tuan J dengan memegang kakinya yang berdenyut sakit.
"Dari mana kamu mendapatkan hak untuk menghinaku, Tuan J?"
Renata menatap tajam Tuan J, dia memang sudah tidak tahan untuk menendang kaki CEO arogan itu. Jangan kira Renata takut dengan posisi Tuan J yang menjadi bosnya, justru Renata akan senang-senang saja jika pria itu langsung mengeluarkan surat pemecatan untuk dirinya. Lagi pula Renata memang ingin berhenti dari pekerjaan menyebalkan ini.
Tuan J mencoba mengendalikan rasa sakitnya, "Aku akan──"
"Akan apa? Memecat aku? Pecat saja," potong Renata dengan tidak ada rasa takut.
Pria itu menutup kembali mulutnya, tentu saja dia tidak akan memecat Renata.
Saat tahu jika Renata adalah pelakor, Tuan J menaruh kebencian pada gadis itu. Pengkhianatan, perselingkuhan, dan orang ketiga, pria itu sangat membencinya. Alasan menjadikan Renata Asistennya adalah untuk memberi pelajaran pada gadis yang dikiranya pelakor itu.
Masa lalu yang begitu buruk menyebabkan Tuan J mengalami sakit yang sampai sekarang mengguncang jiwanya. Penyebabnya tidak lain adalah seorang wanita yang mengaku sebagai istri kedua Ayahnya. Wanita yang telah membuat Ibunya dan dirinya menderita.
Jujur, awalnya Tuan J tertarik pada Renata. Namun, perasaannya berubah menjadi kebencian karena tahu siapa sebenarnya gadis itu.
Tuan J menjadikan Renata target balas dendamnya. Meskipun dia sendiri tahu jika gadis itu tidak ada hubungannya dengan penderitaan masa lalunya. Tapi, bukankah semua pelakor sama saja? Begitu jahat dan tidak tahu diri.
"Kali ini akan aku maafkan," ucap Tuan J kemudian.
Seketika raut wajah Renata terlihat tidak terima, padahal dirinya sudah mengharapkan surat pemecatan. Lalu gadis itu hanya mendengus.
Setelahnya itu Tuan J berbalik untuk menuju kamarnya, "Kerjakan tugasmu."
Renata menatap punggung Tuan J yang menjauh dengan kesal. Kemudian menghentakkan kakinya. Jika berakhir seperti ini, Renata jadi menyesal karena hanya menendang saja, harusnya tadi sekalian mencakar muka sok tampan itu.
Ya, memang tampan, sih. Lagi pula Renata ragu akan tega menyakiti muka yang sangat mirip dengan orang yang dicintainya.
"Muka itu tidak cocok dengannya. Kenapa dia tidak operasi plastik saja."
Renata merengut, kemudian mulai bergerak untuk menjalankan tugas yang diberikan si CEO yang menurutnya sangat menyebalkan.
Kini Renata sudah berada di ruang dapur yang tidak kalah mewah dengan dapur di kediaman Tan. Lalu mulai membuka kulkas untuk mengambil bahan makanan. Ternyata Tuan J memiliki bahan makanan yang sangat lengkap, mungkin pria itu memang gemar memasak.
Kemudian Renata mulai memasak beberapa menu sederhana. Tentu saja dia bisa memasak, Tuan J sungguh meremehkan Renata yang notabene ibu-ibu yang sudah memiliki satu anak.
Renata terkekeh karena kenyataan jika umurnya sangatlah tua dibandingkan dengan tubuh yang saat ini jiwanya tempati. Bisa dibilang, Renata sudah cukup lama merasakan asam garam dunia yang fana. Jadi, dia tidak mau dihina dengan sebegitu mudahnya, apalagi dihina oleh tokoh-tokoh novel yang lebih muda darinya.
Oh, ayolah. Harusnya mereka menghormati orang yang lebih tua.
"Aku punya ide," Renata tersenyum jahil.
Lalu ditambahkannya bubuk cabai yang sangat banyak pada sup yang sedang dimasaknya.
"Rasakan."
Empat puluh lima menit kemudian. Sarapan untuk Tuan J sudah siap di meja makan.
Tuan J datang memasuki ruang makan dan mendudukkan dirinya di kursi. Pria itu sudah terlihat rapi dengan stelan jas mahal yang menjadi indentitas sang CEO dari perusahaan hebat.
"Duduk."
"Ah, tidak usah," tolak Renata.
"Jangan pernah membantah perintahku."
Mau tidak mau Renata menurut. Lalu mendudukkan dirinya di kursi ketiga dari kursi yang diduduki Tuan J. Gadis itu memang sangat berhati-hati dalam menjaga jarak dengan orang yang tidak disukainya.
Sedangkan Tuan J tidak mempermasalahkan hal itu. Pria itu juga tidak mau terlalu dekat dengan gadis yang dibencinya.
Intinya mereka saling menjaga jarak.
"Makan," perintah Tuan J lagi.
Kenapa jadi dia yang disuruh makan? Padahal Renata sudah memasukkan ranjau di makanan itu.
Renata menelan saliva berat.
_To Be Continued_