Hai, kenalin aku Ririn, seorang perawat di salah satu RS ternama, suamiku seorang kepala kelasi di kapal, yaaaa.. jadi istri seorang pelaut yang sering di tinggal berlayar oleh suaminya itu sekarang aku. Saat suamiku pergi untuk berpamitan aku selalu berfikir amankah dia jangan jangan banyak wanita yg menggodanya.. Ahhh pikiranku kemana mana. Sampailah di titik kumpul dimana banyak teman dan rekan kerja suami disana yang jadi sorotan adalah ada dua wanita dengan tubuh yang seksi menghampiri kami, dan dengan pd nya dia cipika cipiki dengan suamiku. Mereka tampak sangat akrab lalu memberikan ucapan selamat atas pernikahan kami..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evy Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keistimewaannya
Di parkiran Rumah Sakit, aku melangkah keluar dari dalam mobil.. Saat itu mataku menangkap sosok laki - laki yang sangat aku kenali.. Ya kami saling tersenyum.
"Rin!" Seru dokter bagas memanggilku sambil melambaikan tangan dari kejauhan.
Aku tersenyum menghampirinya.
"Sengaja ya nungguin dok hahah" Ku jawab dengan senyum lebar dan berjalan menghampirinya
"Hahaha kalo iya kenapa, cie ceria amat hari ini.? Biasanya kalem - kalem aja jutek malah? Tanya dokter sambil tertawa kecil
"Hahah, ini juga kalem dok. Serba salah deh. Jutek salah, kalem salah, ceria juga salah gimana sihhh.! " Jawabku dengan muka manyun
"Jangan gitu nanti kalo aku gemes liatnya gimana.!"
Kami masuk ke dalam lift. Beberapa rekan kami juga di sana..
Melihat kita masuk berdua.. Bak seperti artis dadakan jadi bahan sorotan.
Aku hanya melirik kecil dari sudut mataku ke dokter bagas..
Dia tersenyum dan bahkan menahan tawa..
Melihat perawat di ruang lain pada diam. Seakan canggung dengan keberadaan kita.
Aku yang melihat expresi dokter jadi senyam senyum sendiri.
Ternyata kita sudah bisa menikmati, bahan gosip yang selalu mereka bicarakan soal kita..
Biarlahhhhh. Kami keluar dari lift juga berdua beriringan
Setelahnya kami tertawa bersama, aku semakin dekat dengan dokter bagas, bukan dekat jadi pacaran atau selingkuhan. Ya akrab aja sebagai teman dan rekan kerja. Kami tau batasan karena aku sudah jadi istri orang..
Kami berpisah karena ruang kami tak sama. Dokter masuk ke ruangannya dan aku menuju ruangan yang paling ujung.
Di dalam udah ada nisa, rio, dan fia siapa lagi kalo bukan mereka mereka ini satu patner dengan ku..
Dan beberapa teman kami yang akan menyerahkan tugasnya kepada kami. Ya tim shift pagi... Agak rame kalo pergantian shift.
"Ehmm, yang berangkat bareng sama dokter ganteng" Ucap kak oca
"Nggak kak, bareng cuma di lift aja sihhh" Jawabku
"Iya iya, hati hati looo nanti muncul benih benih cinta di dalem lift. Hahaha." Kak oca yg menggodaku
"Udah ahhh pulang selamay bertugas semuanya bye bye"
Kak oca meninggalkan kami yg shift sore.
"Apa sihhh sok asik banget dehh" Ucap nisa mengerutu
"Wkkwkw apa wanine nek wes ga ono wonge sihhh nis. Hahhaah" Tawa rio
"Tapi iya sihhh sok asik banget. Jadi males" Imbuh rio
Aku dan fia yang masih merapikan hijab hanya geleng geleng melihat mereka.
"Yok bergegas, ke tugas kita yang mulia gaesss" Ucapku.
Kami mulai meninggalkan ruangan kami dan mengunci loker.
Aki sibuk input data data pasien..
Ruang IGD yang sudah sepi.. Semua pasien sudah di alih lindahkan ke bagian masing - masing sesuai apa rujukannya.
Sampai adzan maghrib berkumandang kami bergantian melakukan ibadah sholat maghrib.
Setelah semua selesai. Kami kembali ke depan ber kumpul di meja administrasi..
Dokter bagas yang dari ruangannya berjalan mendekali kami yang asik ngobrol dan bercanda.
"Ehmm gibahin siapa kalian ini" Tanya dokter kepada kami
"Ya gibahin dokter sama ririnlah mau siapa lagi, wong yang lagi trending ya ini. Hahhaa ucap rio.
Dari kejauahan IGD kedatangan seorang ibu yang tampak lemah sekali, dibopong oleh suaminya. "Dok, tolongin istri saya, Dok," Nisa dan aku langsung berdiri. Nisa dan aku segera membantu memapah ibu itu, sementara dokter bagas memperhatikan kondisi ibu itu.
Ibu itu mengenakan hijab bergo dan daster hijau yang lusuh, mulutnya sedikit terbuka, matanya tampak sayu. Nisa yang sedang memegang ibu itu tiba-tiba menoleh ke arahku. "Demam ini, Dok." Ucapku ke dokter bagas
"Pak, gimana ceritanya?" tanya dokter kepada suaminya.
"Jujur saya nggak tahu, Dok. Saya udah nggak pulang empat hari. Terus pas pulang tadi, kami cekcok hebat. Dia bicaranya juga nggak jelas, terus tiba-tiba pingsan," jawabnya.
Ku lihat expresi dokter mengernyitkan dahinya, seperti menahan banyak pertanyaan di kepala. "Yaudah, Bapak daftarin ibu dulu ya."
Saya membantu nisa menaikkan ibu ke bed rumah sakit. Tubuhnya lemas, tapi tampak kesakitan.
"rin, cek TTV, pasangin oksigen,"
Aku hanya mengangguk.
"Demam, lemas, bicaranya nggak jelas... Ya Allah, jangan-jangan..." Gumam dokter bagas
"Bu, ini saya dokter Bagas, Izin saya buka ya bergonya." Ucap dokter bagas
Ibu itu mengangguk lemah. Dokter membuka bergonya, dan benar saja... Dokter tampak kaget melihat, Sebuah benjolan besar seperti kantong terlihat di lehernya, membuat garis rahangnya menghilang.
"Rin, Ludwigs Angina," Ucap dokter ke arahku
Aku, yang sedang memasang monitor, menoleh dan ikut terkejut.
"Ini abses luas dan cepat menyebar, mengisi ruang. Bukan sekadar abses terlokalisasi, melainkan peradangan difus tanpa batas yang jelas. Saya mengerti bahwa ini abses agresif dan dapat mengancam jalan napas." Jelas dokter sambil memeriksa keadaan pasien
"Bu, nggak usah bicara, cukup angguk-angguk aja ya jawabnya," kata dokter sambil mengusap bahunya, dan menatap matanya, berharap kontak matanya masih kuat. Ibu mengangguk.
"Ibu susah ya buka mulut?" Ibu mengangguk.
"Ibu ada gigi bolong?" Ibu mengangguk lagi.
"Udah lama?" Ibu kembali mengangguk.
Dokter mencerca beberapa pertanyaan ke ibu itu.
"Dok, tensi 85/50 mmHg, nadi 120, rr 32, dan suhu 39,6°C," Aku melaporkan segala kondisi yang ada. Dokter Bagas tampak menghela napas.
"Rin, ambil darah cek H2TL sama GDS. Pasang infus, terus loading satu kolf," kata dokter bagas.
Dokter menyuruh rio. "Rio, ambilin Guedel sama PCT drip." Rio mengangguk lalu berkelebat pergi. "Nisa, cek kamar ICU,"
"Syok sepsis terjadi saat tubuh terkena infeksi berat. Jika dibayangkan, bakteri dan leukosit sedang "perang besar" di dalam tubuh. Pembuluh darah jadi melebar di mana-mana, banyak cairan bocor keluar, dan akhirnya sirkulasi darah ke organ-organ penting menurun.
Itulah sebabnya tekanan darah pasien bisa sangat rendah, bahkan sampai mengancam nyawa. Organ-organ seperti jantung, ginjal, otak, dan paru-paru tidak mendapat suplai oksigen serta nutrisi yang cukup. Kondisi membuat kerusakan seluruh organ jika tak segera ditangani.
Dan dari manakah bakteri melimpah ruah ini berasal? Dari gigi berlubangnya. "
Jelas dokter bagas ke kami yang sedang memperhatikan pasien.
"Dok, gimana istri saya?" Bapak itu datang berbarengan dengan Nisa yang mengabari bahwa ada kamar ICU dan Rio tampak yg memasang Guedel dan PCT drip.
"Pak, kondisi ibu serius." Baru saja saya mau menjelaskan lebih lanjut, bapaknya malah memotong, "Enggak, Dok. Dia suka mendramatisir aja itu. Sering pura-pura pingsan dari dulu. Sebentar di IGD juga seger lagi, Dok. Abis infus boleh pulang kan, Dok?" Wajahnya sangat menganggap remeh sekali.
"Ya mungkin tadi dia mungkin sedikit sakit hati, Dok. Saya bicaranya kasar, nada bicara saya naik tadi. Tapi ya dia ngertilah, udah hafal dia," lanjutnya.
Ku lihat dokter menatap mata bapak itu dalam-dalam. Suaranya berubah rendah dan dalam.
"Pak, tekanan darah rendah tidak bisa pura-pura. Demam tinggi tidak bisa pura-pura. Nadi tinggi tidak bisa pura-pura. Dan saya tidak tahu caranya bikin bengkak buatan sendiri sebesar itu ." Ucap dokter bagas ke bapak itu. Sambil menunjuk ke ibu yang sudah terlepas hijab bergonya. Bapak itu melihat istrinya, lalu syok.
"Kok gitu, Dok, bentuknya?" tanya bapak itu. Aku yang berada di samping dokter hanya bisa terheran melihat suami yang seperti ini.
Dokter menarik napas dalam lagi.
"Saya ulangi ya, Pak. Kondisi ibu berat. Ada infeksi parah di rahangnya yang sudah menyebar ke leher. Nanahnya banyak sekali. Ibu kemungkinan besar harus operasi untuk mengeluarkan nanahnya, perlu antibiotik dosis tinggi untuk mengalahkan bakterinya, perlu dijaga tekanan darahnya, dan perlu dipantau ketat secara intensif di ICU."
Ini sesegera mungkin ibu akan kami antar ke ICU untuk mendapat perawatan intensif, bahkan bapak saja tidak bisa menemani di sampingnya. Doakan istri bapak agar kuat menjalani pengobatan ini agar berhasil melawan bakteri virusnya yang sudah menyebar kemana - mana." Jelas dokter bagas
"Rin, sudah siap semua. Ayok di antar ke ICU"
Aku, nisa dan rio mendorong ibu itu yang masih tertidur di atas ranjang. Kami menuju ke ruang ICU dan mengurus segala ke perawat dan dokter yang berjaga disana..
Kami kembali ke IGD, ada dokter bagas yang duduk dengan wajah yang tampak muram.
"Suami yang kayak gini di tukar tambah aja gimana bisa gak sihh" Ucap nisa
"Husss, jangan gitu kitakan nggak tau masalah keluarga dia seperti apa nis" Ucap rio
"Tapi nggak ada yg bisa di betulkan dari perlakuan bapak itu ke istrinya sihhh, kasian banget." Ucapku menyanggah pernyataan rio
"Yaaa bisa kita ambil pelajarannya aja. Jadi menikahlah dengan orang yang membuatmu bisa menjadi versi terbaik dari dirimu, dan sanggup menerima segala sisi burukmu. Menikah bukan hanya tentang mencintai, tapi juga tentang memahami dan menerima kekurangan pasangan. Mengerti anak - anak." Ucap dokter bagas memberikan wejangan kepada kita.
Kami hanya mengangguk dan terkesima dengen kebijaksanaan, kecerdasan, dan kelembutan seorang Dokter Bagas.
Orang yang bisa meregulasi emosi dengan baik..
Aku selalu kagum kepadanya..
Bersambung...
udah bolak balik ku lihat baru pagi ini ada update terbaru
DI TUNGGU YA INI SEDSNG DI REVIEW