Anara Bella seorang gadis yang mandiri dan baik hati. Ia tak sengaja di pertemukan dengan seorang pria amnesia yang tengah mengalami kecelakaan, pertemuan itu malah menghantarkan mereka pada suatu ikatan pernikahan yang tidak terduga. Mereka mulai membangun kehidupan bersama, dan Anara mulai mengembangkan perasaan cinta terhadap Alvian.
Di saat rasa cinta tumbuh di hati keduanya, pria itu mengalami kejadian yang membuat ingatan aslinya kembali, melupakan ingatan indah kebersamaannya dengan Anara dan hanya sedikit menyisakan kebencian untuk gadis itu.
Bagaimana bisa ada rasa benci?
Akankah Anara memperjuangkan cintanya?
Berhasil atau berakhir!
Mari kita lanjutkan cerita ini untuk menemukan jawabannya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama eNdut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gaby
Gaby membuka pintu apartemennya dengan kasar, melampiaskan kekesalannya dengan melempar tas dan ponselnya secara asal ke atas sofa, kemudian gadis itu ikut ambruk di sana. Pertemuannya dengan Vian kembali membuat perasaannya menjadi kacau. Sejujurnya Gaby merasa menyesal dengan perbuatannya, Vian memang tidak mengatakan alasan pasti saat lelaki itu mengakhiri hubungannya namun Gaby tahu jika Vian pasti telah mengetahui perselingkuhannya, karena tidak mungkin lelaki itu akan meninggalkannya begitu saja tanpa sebab. Vian sangat dan sangat mencintainya. Walaupun sebenarnya rasa cinta Gaby pada Vian sudah sangat berkurang karena laki-laki itu tidak pernah mau berhubungan lebih saat ia menginginkannya namun semenjak hubungan mereka berakhir, hari-hari serta perasaannya menjadi hampa. Tidak ada kiriman bunga setiap hari, tidak ada yang mengingatkannya untuk makan dan hal-hal kecil yang biasanya membuat Gaby muak kini sangat ia rindukan.
"Bukankah seharusnya aku bahagia bersama lelaki yang mampu memuaskan ku, tetapi kenapa saat dia meninggalkanku perasaanku menjadi kacau?", ucap Gaby yang tidak mengerti dengan perasaannya sendiri.
"Apa sebenarnya aku masih mencintainya?". Teringat rasa sakit saat Vian kembali mengabaikannya siang tadi. Gaby masih terus berpikir, menerka-nerka segala kemungkinan yang terjadi.
"Arghh, apa yang harus aku lakukan?", gumam Gaby, ia menggigit kuku jari telunjuknya untuk menenangkan diri di sela rasa gelisah. "Aku harus bertemu dengan Vian dan meminta penjelasan darinya".
Gaby bangkit berdiri, menyambar tas dan ponselnya kembali lalu melangkah hendak keluar kamar apartemennya.
"Surprise", ucap seorang pria yang berdiri di depan pintu apartemen Gaby, ketika gadis itu membuka pintu.
"Frans", ucap Gaby terkejut sekaligus tidak menyangka, orang yang ia hindari malah mengikutinya sampai ke sini.
"Hai sayang, kenapa tak mengabari ku kalau kamu pulang ke sini?", tanya Frans sambil memeluk Gaby. Gadis itu gelagapan mendengar pertanyaan Frans, ia bingung harus menjawab apa. Sebenarnya Gaby memang sengaja tidak memberi tahu Frans akan kepulangannya karena ia ingin menghindar, ia merasa jika bersama Frans dirinya tidak sebahagia saat bersama dengan Vian, dengan kata lain Gaby merasa menyesal dengan semuanya. Dulu Gaby adalah seorang gadis baik-baik, tetapi setelah ia terjun di dunia modeling, ia mulai mengenal seks bebas karena salah pergaulan dengan teman perempuannya sesama model, ia pertama kali melakukannya ketika berada di luar negri dengan teman model prianya. Ia mencoba merayu Vian tetapi laki-laki itu sama sekali bukan pria seperti itu. Vian adalah laki-laki berprinsip yang akan melakukan hubungan seperti itu hanya setelah menikah, kepada istrinya kelak. Akhirnya Gaby yang merasa ketagihan akan hal itu meminta teman model perempuannya untuk mencarikan teman di ranjang, bertemulah ia dengan Frans yang sampai sekarang masih berhubungan.
"Kejutan juga buat kamu Frans", ucapnya canggung.
"Kamu mau kemana?", selidik Frans yang melihat tampilan Gaby yang menggunakan dress selutut tanpa lengan dengan menenteng sebuah tas.
"Tadinya mau jalan-jalan Frans, mau cari angin, suntuk", dalih gadis itu.
"Lalu setelah melihatku apa rasa suntuk itu masih ada?".
"Tentu saja tidak Frans".
"Aku merindukanmu sayang?".
Frans hendak mencium bibir Gaby, tetapi gadis itu segera memalingkan wajahnya. Raut wajah Frans berubah curiga menatap Gaby.
"Jangan disini Frans, ayo masuk", ucap Gaby cepat lantaran mengerti arti tatapan Frans. Frans yang semula berfikir jika Gaby tidak menginginkannya lagi segera menepis isi pikirannya setelah mendengar kata gadis itu. Frans menyeringai, ia segera mendorong Gaby masuk hingga jatuh terlentang di atas sofa, buru-buru ia menindih dan mengungkungnya. Mencium Gaby dengan begitu ganas. Gaby yang awalnya berusaha menahan nafsunya akhirnya runtuh dengan buaian Frans, ia mulai mengimbangi permainan Frans.
"Aku menginginkanmu Frans", ucap Gaby dengan suara beratnya.
*****
Suasana sore yang cukup panas tidak membuat para pekerja di kediaman Papa Agam lantas mengeluh dengan pekerjaannya. Dua orang pelayan wanita tengah berjalan ke arah dapur setelah menyelesaikan pekerjaannya di luar ruangan, tiba-tiba saja langkahnya terhenti saat melihat sesuatu yang membuatnya panik.
"Ya Tuhan apa yang di lakukannya disini?".
"Ada apa denganmu?".
"Lihatlah disana. Apa kau belum mendengar jika gadis itu adalah istri dari Tuan Muda?".
"Wo wo wo".
Kedua pelayan itu lantas berlari ke arah dapur saat melihat Nara mengupas bawang dan memotong-motongnya.
"Nona apa yang anda lakukan disini? Anda bisa memintanya padaku jika ingin makan sesuatu", ucap salah seorang pelayan wanita yang terlihat ketakutan melihat istri dari Tuan Mudanya sibuk di dapur.
"Oh, aku ingin memasak ini", tunjuk Nara sembari mengangkat tinggi baskom berisi satu kilo ceker ayam yang telah bersih ia cuci.
"Anda bisa menyuruh kami Nona, anda tidak perlu terjun ke dapur sendiri untuk membuatnya. Mari kemari kan biar saya yang memasaknya".
"Tidak perlu, aku sudah terbiasa membuat ceker pedas jadi aku bisa membuatnya sendiri". Nara melihat wajah kedua pelayan itu menjadi pias, gadis itu tersenyum. "Tetapi jika kalian ingin membantuku tentu aku sangat berterimakasih".
"Tentu Nona, tentu, kami akan membantu anda".
Tanpa di minta kedua pelayan itu mengambil alih tugas Nara, menyiapkan bumbu dan alat memasaknya bahkan tidak memberikan ruang untuk Nara melakukannya juga.
"Haiss, baiklah jika begitu masaklah yang enak, aku akan menunggunya di taman belakang".
"Baik Nona".
Nara berjalan menuju taman belakang namun sebelum itu ia menghampiri Vian yang sedang berolahraga di ruangan lain, ia berniat untuk mengajaknya menikmati ceker ayam bersamanya. Tepat saat Nara hendak berbelok ke ruangan yang di tuju, pintu ruangan itu tiba-tiba terbuka dan memperlihatkan sosok yang begitu di damba oleh mata kaum hawa.
"Mas Vian", ucap Nara saat laki-laki itu keluar dari ruang gym nya. Mata gadis itu tak berkedip saat melihat penampilan Vian, bertelanjang dada dan hanya menggunakan celana pendek longgar di atas lutut. Laki-laki itu berjalan sembari menyeka keringat dengan handuk yang melingkar di lehernya. Entah apapun yang di lakukan Vian begitu tampak keren di mata seorang Nara.
Jika di perhatikan lagi, badan Vian memang kekar dengan susunan otot perut secara pararel yang membentuk tonjolan seakan berbentuk kotak-kotak. Nara membelakangi Vian, ia sudah tidak tahan dengan pemandangan yang membuat hatinya berdesir tidak karuan.
"Aduh kenapa jadi panas sekali", wajah Nara ampai memerah, ia mengibaskan tangannya di depan wajah.
Vian yang menyadari keberadaan Nara segera berjalan menghampirinya. Namun ia heran karena gadis itu malah membelakanginya dan tidak memberikan sapaan untuknya.
"Sayang".
Bulu kuduk Nara meremang, nafas Vian menyapu hangat permukaan kulit tengkuk lehernya. Saking sibuknya Nara menetralkan perasaannya, ia sampai tidak menyadari jika Vian sudah berada di balik punggungnya.
Perasaan yang sebelumnya sudah lebih baik kini kembali tidak terkondisikan akibat ulah Vian yang menempelkan tubuhnya pada punggung gadis itu. Apalagi kini wajah Vian begitu dekat dengan wajahnya, bahkan Nara bisa mencium bau keringat Vian yang membuat detak jantungnya lebih cepat di sertai dengan gairah seksual yang tiba-tiba saja ia rasakan.
"Sayang".
Susah payah Nara menelan ludahnya, buru-buru gadis itu berbalik dan mendorong tubuh Vian menjauh.
"Kenapa Nar?".
"Tidak apa-apa Mas?".
"Mukamu memerah, kamu sakit?", tanya Vian sembari mendekat, tangannya terulur untuk mengusap pipi istrinya.
"Tidak, tidak, aku baik-baik saja Mas. Mukaku memerah mungkin karena aku habis dari dapur, ya habis dari dapur Mas", kilah Nara cepat.
"Baiklah, lalu kamu mau kemana sekarang?".
"Ke taman belakang Mas. Ceker yang kita beli sepulang dari kerja tadi sedang di masak oleh para pelayan dan aku meminta mereka mengantarkannya ke taman belakang jika sudah siap, jadi ayo kita kesana Mas, sebentar lagi pasti masak".
Vian mengangguk, mereka berdua bergandengan tangan menuju ke tempat tujuan mereka. Saat berpapasan dengan salah seorang pelayan yang kebetulan baru saja selesai membersihkan kolam renang, Vian memintanya untuk membuatkan dua gelas jus jeruk dan membawanya ke taman belakang. Pelayan itu mengangguk kemudian pergi untuk melakukan perintah majikannya.