NovelToon NovelToon
Office Girl Cantik Kesayangan CEO Tampan

Office Girl Cantik Kesayangan CEO Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / CEO / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:10.6k
Nilai: 5
Nama Author: ijah hodijah

Fatharani Hasya Athalia, atau biasa disapa Hasya oleh teman-temannya itu harus terjebak dengan seorang pria di sebuah lift Mall yang tiba-tiba mati.
Hasya yang terlalu panik, mencari perlindungan dan dengan beraninya dia memeluk pria tersebut.

Namun, tanpa diketahuinya, ternyata pria tersebut adalah seorang CEO di perusahaan tempatnya bekerja. Hasya sendiri bekerja subagai Office Girl di perusahaan tersebut.

Pada suatu hari, Hasya tidak sengaja melihat nenek tua yang dijambret oleh pemotor saat dirinya akan pergi bekerja. Karena dari perangai dan sifatnya itu, nenek tua tersebut menyukai Hasya sampai meminta Hasya untuk selalu datang ke rumahnya saat weekend tiba.

Dari sanalah, nenek tua tersebut ingin menjodohkan cucu laki-lakinya dengan Hasya.

Akankah Hasya menerima pinangan itu? Sedangkan, cucu dari nenek tua tersebut sedang menjalin kasih bahkan sebentar lagi mereka akan bertunangan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ijah hodijah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

"Lo, mau gue tabrak?" Bara menatap dingin Laura. Laura semakin tidak percaya. Dia mundur, tapi sedetik kemudian dia berlari ke depan mobil Bara, di sana dia merentangkan tangannya.

"Kalau mau bund1r jangan main-main!" Bara membelokan mobilnya dan langsung meninggalkan Laura yang masih merentangkan tangannya di tepi jalan. Ya, Laura berdiri di depan mobil Bara, tapi lebih ke tepi bukan di tengah-tengahnya. Jadi, Bara masih bisa mengambil jalan ke samping kanan yang lumayan lebar.

"Sial! Siapa dia? Berani-beraninya dia mengambil Bara dariku. Bahkan, Bara juga menyentuhnya. Jangan-jangan...!" Laura mengacak rambutnya, dia merasa prustasi. Dia saja yang pacaran sudah lama tidak pernah menyentuhnya, ini baru kenal satu hari malah sudah menggendongnya.

Kring kring kring

Dering ponselnya terdengar nyaring di telinga Laura. Dia segera melihat siapa yang menghubunginya.

"Damian?" gumamnya, saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya.

"Shit! Gue lupa. Ternyata gue sudah janji mau ke apartemennya."

"Sayang... Kamu masih bersama pacar kamu yang gak punya nafs* itu?" ya, Damian sering menjelekan Bara di depan Laura karena Bara yang tidak ingin menyentuh kulit Laura sedikit pun.

"Gue ke sana sekarang."

"Bagus! Gue udah gak sabar ingin menyelam di sana." jawab Damian.

"Oke!" Laura mengakhiri panggilannya. Dia akan bertemu Damian. Dia sudah berjanji akan bertemu malam ini.

***

"Sini saya obati." Bara membawa kotak obat itu ke hadapan Hasya. Sekarang keduanya sedang berada di apartemen Bara. Ya, Bara membawa Hasya ke apartemennya karena dia bingung mau membawanya pulang ke mana. Sebab, dari tadi Hasya hanya diam. Bahkan saat ditanya pun Hasya tidak menjawabnya.

"Eh, gak usah, om." Hasya memalingkan wajahnya, dia tidak ingin merepotkan Bara.

Sedangkan Bara terbelalak saat mendengar panggilan Hasya kepadanya. "Saya bukan om kamu!" Bara berkata dengan tegas.

"Ya, hanya sekedar panggilan." jawab Hasya. Pipinya yang bekas tamparan Laura terlihat memar juga sudut bibirnya sedikit berdarah.

"Maaf, atas sikapnya." ucap Bara.

"Makanya, om gak usah repot-repot mengobati saya atau membela saya. Karena, saya pastikan dia akan berbuat lebih kej4m lagi sama saya." jawab Hasya.

"Sini saya kompres dulu." Bara mengalihkan pembicaraan, dia mengambil lap yang sudah ia isi dengan es batu.

"Saya saja." Hasya berusaha untuk mengambil lap yang berada di tangan Bara, tapi Bara mengangkat tangannya tinggi-tinggi.

"Om boleh melakukan itu, tapi habis ini saya pulang."

"Menginap di sini!"

"Enak saja, nanti..."

"Jangan membantah!" ucap Bara dengan tegas.

"Saya harus membantah, karena ini diluar jam kerja saya!" Hasya berbicara lebih tegas dari Bara.

"Tidak, kamu tidur di sini malam ini. Saya sudah lelah ingin istirahat." ucap Bara. Kemudian tangannya terulur ke wajah Hasya dan mengompres pipi Hasya dengan hati-hati.

Hasya memalingkan wajahnya saat tàtapan keduanya bertemu. "Cantik." gumam Bara. Dia tidak lepas menatap wajah Hasya yang lama-kelamaan memerah.

"Kamu demam?" tanya Bara. Kemudian ia menaruh lapnya ke mangkok yang berisi es batu. Lalu punggung tangannya memeriksa kening Hasya.

"Gak demam." Hasya langsung menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Kenapa juga dia sampai salah tingkah saat mendengar gumaman Bara.

"Om jangan macam-macam." Hasya menepis tangan Bara saat Bara mencoba menarik dagunya.

"Saya hanya ingin memastikan kamu demam atau tidak." ucap Bara.

"Gak, aku gak demam, Om. Sudah, ya. Aku akan pulang, terimakasih telah melindungiku dan terimakasih sudah menenangkan aku saat aku panik tadi."

"Makan malam dulu, setelah itu istirahat di kamar sana." Bara tidak menghiraukan apa yang diucapkan oleh Hasya. "Makanannya sebentar lagi datang, kamu bersih-bersih saja dulu. Di sana ada baju Laura." ucanya.

"Hah?" Hasya terbelalak.

"Jangan berpikiran macam-macam. Dia hanya suka numpang tidur saja di sini." ya, apartemen ini memang seringkali disinggahi oleh Laura. Itu pun semaunya dia karena menurut Bara, apartemennya milik bersama. Sudah sampai sejauh itu dengan Laura, yang belum itu bersentuhan atau yang lainnya. Soal harta atau uang Bara sangat royal kepada Laura, tapi soal bersentuhan itu sangat mustahil ia lakukan. Sekalipun Laura jatuh di depannya, dia tidak akan membantu Laura untuk bangun.

"Oh, maaf, lebih baik saya pulang saja, Om. Lagian saya takut ada yang gerebek nanti." ucap Hasya. Dia menundukan kepalanya, tidak ingin menatap Bara lagi.

"Tidak akan ada yang berani menggerebek kita. Kalau kamu gak mau di kamar sana. Kamu di kamar saya dan saya di kamar sana."

"Gak usah, Om." Hasya meringis, kenapa dia sangat ingin Hasya tinggal bersamanya.

"Ayo cepat, saya antar. Pakai baju saya saja kalau kamu gak mau pakai baju Laura." Bara menarik tangan Hasya untuk bangun.

Dengan langkah yang berat, Hasya mengikuti Bara di belàngnya.

Huft! Hasya membuang napasnya kasar saat Bara sudah kembali keluar.

"Gue harus memakai baju dia?" Hasya mengangkat baju yang Bara kasih. "Gila! Gede banget bajunya!" mata Hasya membola saat melihat baju Bara yang sangat besar. "Tapi, mau bagaimana lagi? Masa gue harus pakai baju kotor."

Dengan terpaksa, Hasya masuk kamar mandi dan berendam di sana, semuanya Bara yang sudah menyediakan. Sudah lama, dia tidak mendapatkan fasilitas seperti ini, dia malah kangen rumahnya saat dia masih bisa tinggal di sana.

"Bagaimana kabar mereka sekarang, ya? Mereka pasti bahagia gak ada aku di sana." Ucap Hasya di dalam hatinya. "Kenapa aku harus dilahirkan kalau mereka tidak menginginkan aku?" mata Hasya terasa panas dan tidak lama kemudian airmatanya jatuh juga. "Gue mencoba untuk melupakan semuanya, tapi kenapa harus teringat lagi?" Hasya mengeluarkan unek-uneknya saat itu juga. Dia menangis sampai sesegukan di sana. "Nasibku memang tidak seberuntung Hilya. Dia anak yang paling di sayang di sana." tidak ada dendam kepada adiknya itu, tapi di mersa sangat miris kepada dirinya sendiri.

Tok tok tok

"Hasya!" Bara memanggil Hasya dari balik pintu kamar mandi.

Hasya yang sedang melamun langsung terjengkit kaget. "Ya, om, sebentar!" dia langsung bangun untuk membersihkan dirinya di bawah shower.

"Saya tunggu untuk makan malam. Jangan lama-lama!" ucapnya.

"Siap, Bos!" Hasya sedikit berteriak supaya Bara mendengarnya.

***

"Cantik." Bara kembali memuji Hasya saat Hasya keluar dari kamar. Padahal Hasya hanya mengenakan kaos Bara ysng kebesaran. Bahkan panjangnya saja hampir selutut Hasya. Makanya Hasya hanya memakai atasan itu dan dia tetap memakai celana pendeknya yang kotor.

Hasya menundukan kepalanya saat tatapan Bara tidak lepas darinya, ia menjadi canggung berada di sana.

"Ayo!" Bara menarik lembut tangan Hasya menuju mini bar. "Duduk." ucapnya.

"Terimakasih." ucap Hasya.

Keduanya makan dengan tenang, sesekali Bara menyuapi Hasya walaupun Hasya sudah menolak, tapi dia tidak ingin dibantah.

"Besok, aku gak boleh dekat-dekat Tuan Bara. Aku harus menghindarinya. Aku takut banget kayak gini." ucap Hasya di dalam hatinya.

***

"Hasya! Pulang hari ini juga, sebelum gue ser3t, Lo!"

Bersambung

1
Yurniati
terus semangat update nya thorr
Yurniati
double update thorr
Yurniati
terus lanjut update nya thorr
Yurniati
kamu akan menyesal Haris,apa yang kamu lakukan terhadap Harsya,,,,,
tetap semangat terus thorr
Jar Waty
lanjut thor
Yurniati
terus lanjut update nya thorr
Yurniati
kasian Arsya nya udah menderita di culik lagi,siapa ya yang nyulik,,,,,,
tetap semangat terus thorr
Ijah Khadijah: Siap, Kak. Terimakasih
total 1 replies
lontongletoi
luka kaki Hasya ga di obatin dulu thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!