Demi kebahagiaan sang kakak dan masa depan anaknya, Andrea rela melepaskan suami serta buah hatinya dan pergi sejauh mungkin tanpa sepengetahuan mereka. Berharap dengan kepergiannya Gerard dan Lucy akan kembali rujuk, namun rupanya itu adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya karena bayi lelaki yang ia tinggalkan itu kini tumbuh menjadi anak pembangkang yang merepotkan semua orang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~35
"Oma apa itu mama Jiro, tadi Jiro mendengar suaranya?" Jiro yang enggan masuk ke dalam rumah pun langsung menahan sang nenek saat hendak menarik tangannya.
"Sudah oma bilang itu hanya seorang pengemis," tegas nyonya Merry namun Jiro nampak tak percaya dan langsung berlari ke arah gerbang.
"Security tahan dia dan bawa cucuku masuk !!" Teriak wanita itu kepada para Securitynya.
Jiro yang tak bisa keluar pun nampak kesal kemudian segera berlari naik ke kamarnya. "Aku yakin itu pasti ibu," gumamnya. Ia ingin memastikan jika wanita tadi adalah ibunya dan sesampainya di kamarnya bocah kecil itu langsung menuju jendela dan benar saja wanita itu adalah dokter Nata yaitu ibunya.
Tentu saja Jiro sudah mengetahuinya karena beberapa waktu lalu saat ia pergi ke daerah wanita itu tinggal ia tak sengaja mendengar percakapan sang ayah dengan asistennya.
"Tuan apa tuan muda Jiro mengetahui jika dokter Nata sebenarnya adalah ibunya?" Ucap Henry saat itu.
"Sepertinya tidak dan ku harap dia takkan tahu, ibunya sudah meninggalkannya sejak bayi jadi untuk apa mencarinya lagi. Lagipula wanita itu sudah bahagia dengan kekasihnya." Tukas Gerard menanggapi.
"Tapi nyonya Andrea pasti takkan diam saja setelah mengetahui jika tuan muda Jiro adalah putranya, sebelumnya mereka sangat dekat dan saya yakin nyonya juga menginginkan tuan muda." Henry kembali mengutarakan pendapatnya.
"Ya kita lihat saja nanti bagaimana usaha wanita itu untuk menebus kesalahannya dahulu dan aku belum bisa memaafkannya saat ini." Gerard nampak menghela napasnya kemudian pandangannya kembali ke arah layar monitor di hadapannya tersebut.
"Apa anda masih mencintai nyonya Andrea, tuan?" Tanya Henry tiba-tiba dan Gerard kembali menatapnya datar.
"Maaf," Henry nampak sedikit membungkukkan badannya lantas berlalu meninggalkan ruangan tersebut. Tentu saja ia tahu bagaimana perasaan pria itu.
Jiro yang sejak tadi menguping pembicaraan mereka di depan pintu pun langsung berlari dari sana ketika melihat Henry hendak keluar.
"Jadi ibu Nata adalah ibu kandungku?" Gumam bocah itu sesampainya di kamarnya dengan perasaan campur aduk.
Kini Jiro yang masih berada di depan jendela kamarnya nampak melihat kepergian ibunya yang baru saja di usir oleh neneknya, bocah itu mengerti kenapa dulu ibunya pergi karena neneknya lebih menyukai Lucy sebagai ibunya daripada wanita itu.
"Tenanglah ibu, aku tidak akan pernah membencimu dan sebentar lagi kita akan bertemu." Gumamnya, ia harus mencari cara untuk kabur dari rumahnya dan mencari keberadaan wanita itu.
Sementara Andrea yang kembali menatap rumah besar nan mewah itu nampak kembali berkaca-kaca. "Kali ini ibu takkan menyerah nak dan ibu akan menebus semua kesalahan ibu dulu, ibu punya uang banyak sekarang dan ibu akan menyewa pengacara handal untuk memenangkan hak asuhmu." Gumamnya berjanji.
Kemudian wanita itu pun kembali melangkahkan kakinya, sayangnya tiba-tiba langit sangat mendung dan tak berapa lama rintik-rintik hujan pun turun. Ia harus segera mencari taksi untuk kembali ke hotel tempatnya menginap.
Setelah melangkah beberapa saat wanita itu belum menemukan taksi yang lewat padahal hujan mulai deras. "Bagaimana ini," gumamnya seraya mengedarkan pandangannya untuk mencari tempat berteduh. Alerginya bisa kambuh jika ia hujan-hujanan seperti ini kemudian wanita itu pun berlalu ke bawa pohon yang berada tak jauh dari sana sembari menunggu taksi pesanannya yang tak kunjung datang.
Saat wanita itu mulai menggigil karena kedinginan tiba-tiba seseorang memayunginya hingga membuatnya langsung menoleh.
"Ka-kau?" Ucapnya terkejut saat melihat Gerard sudah berdiri di sampingnya, pria yang masih mengenakan setelah kerjanya itu nampak menggulung lengan kemejanya sampai siku sembari memayunginya.
"Apa masa kecilmu kurang bahagia hingga kembali bermain hujan-hujanan?" Ucap pria itu dengan wajah datarnya dari balik kacamata hitam yang di pakainya.
"Aku lupa bagaimana masa kecilku karena yang ku ingat aku menghabiskan waktuku untuk bekerja," sahut Andrea acuh. Kedua tangannya nampak memeluk dirinya sendiri karena saking dinginnya mengingat hujan turun bercampur angin.
"Apa kamu sengaja menjual kesedihanmu itu untuk menarik simpatiku?" Ucap Gerard menanggapi dengan pandangan penuh cibiran.
Andrea nampak memejamkan matanya sejenak, tekanan darahnya bisa naik jika terus menerus menanggapi pria menyebalkan itu. "Bukan urusanmu, permisi." Ucapnya lantas berlalu meninggalkan pria itu meskipun hujan semakin deras, sial.
"Dasar keras kepala," Gerard pun kembali mengejarnya.
"Kamu bisa sakit jika terus kehujanan, bukankah kamu mempunyai alergi?" Ucapnya seraya menarik tangan wanita itu.
"Lepaskan aku !!" Andrea berusaha menepis tangan pria itu tapi Gerard tak peduli dan langsung membawa wanita itu ke dalam mobilnya yang terparkir tak jauh dari sana.
Sebelumnya Gerard yang hendak pergi meeting nampak kembali ke rumahnya karena ada beberapa berkas penting yang ketinggalan, namun ketika baru memasuki komplek perumahannya ia tak sengaja melihat Andrea nampak berteduh di bawa pohon di tengah derasnya hujan. Entah apa yang di lakukan oleh wanita itu di sekitar tempat tinggalnya, apa ingin mencarinya? Atau justru mencari putranya?
Kemudian tanpa berpikir panjang Gerard pun menepikan mobilnya dan segera berlalu keluar dengan membawa payung di tangannya, wanita itu memiliki alergi dan pasti akan flu jika terus kehujanan. Meskipun ia membencinya tapi nyatanya ia tak bisa mengabaikannya begitu saja.
Semalam ia melihat dokter Steve di club malam, apa wanita itu pergi ke kota dengan pria itu? Tapi kenapa dokter tersebut justru bersama wanita lain, banyak sekali pertanyaan dalam benaknya apalagi ketika melihat bagaimana dokter Steve bersikap mesra dengan wanitanya itu, sayangnya ia tak menyadari kepergiannya tapi ia yakin mereka tak berhenti sampai di sana. Sebagai seorang pria dewasa tentu saja ia sangat memahami hal itu.
"Kamu selalu saja pemaksa," Andrea langsung menggerutu setelah Gerard masuk ke dalam mobilnya. Pria itu juga nampak basah sama seperti dirinya, tapi bukan salahnya jika mobil pria itu menjadi basah dan kotor karenanya.
Gerard yang baru memakai safety beltnya kini menatap wanita yang sedang duduk di sebelahnya itu dan pandangannya langsung memicing ketika tak sengaja menatap pakaian wanita itu yang telah basah hingga menampakkan br4 nya yang tercetak jelas di matanya. Tenggorokannya pun langsung kering seiring dengan pikirannya yang mulai kemana-mana.
Kemudian pria itu mengambil jasnya yang sebelumnya ia sampirkan di belakang kursinya. "Pakailah ini untuk menghangatkan tubuhmu !!" Ucapnya seraya mengulurkannya kepada wanita itu.
Andrea yang merasa kedinginan pun terpaksa menerimanya. "Terima kasih," ucapnya lantas segera di kenakannya. Aroma parfum pria itu pun langsung menguar menghampiri hidungnya hingga membuatnya langsung memejamkan matanya, sungguh ia sangat merindukan aroma ini. Aroma yang dahulu setiap saat selalu menghiasi hari-harinya dengan kebahagiaan, namun saat kembali membuka matanya ia nampak terkejut karena Gerard telah berada di dekatnya.
"A-apa yang kamu lakukan?"
up nya sekarang berapa hari sekali ?
tapi memang lucu parah.... 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
setiap saat adalah waktu bercocok tanam biar adik jiro segera hadir
gak bisa naik motor sok-sokan pula🤣🤣🤣
ujung''nya motor baru nyungsep d selokan sampe patah tulang.
mau tlf seratus kali g bakal d angkat ibu mery'
anakmu lgi buat cucu jdi g bsa d ganggu.