NovelToon NovelToon
A Fractured Family'S Hope

A Fractured Family'S Hope

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Yatim Piatu / Cerai / Mengubah Takdir / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:394
Nilai: 5
Nama Author: Echaalov

Apa yang terlintas di pikiranmu ketika mendengar kata keluarga? Rumah untuk berteduh? Tempat meminta perlindungan? Tempat memberi kehangatan? Itu semua benar. Tetapi tidak semua orang menganggap keluarga seperti itu. Ada yang menganggap Keluarga adalah tempat dimana ada rasa sakit, benci, luka dan kekangan.

"Aku capek di kekang terus."

"Lebih capek gak di urus."

"Masih mending kamu punya keluarga."

"Jangan bilang kata itu aku gak suka."

"Kalian harusnya bersyukur masih punya keluarga."

"Hidup kamu enak karena keluarga kamu cemara. Sedangkan aku gak tau siapa keluarga aku."

"Kamu mau keluarga? Sini aku kasih orang tua aku ada empat."

"Kasih aku aja, Mamah dan Papah aku udah di tanam." Tatapan mereka berubah sendu melihat ke arah seorang anak laki-laki yang matanya berbinar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Echaalov, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

Seorang anak laki-laki berjalan menuju sebuah rumah minimalis. Ia membuka pintunya terlihat tidak ada orang. Ia berjalan menuju kamarnya yang terletak di sudut ruangan.

Anak laki-laki itu menyimpan piala, sertifikat, dan hadiah di meja belajarnya.

Kemudian ia merebahkan tubuhnya di kasur. Ia menatap langit-langit kamarnya.

"Hidup Gerald sepi gak ada Mama dan Papa."

"Gerald gak nyaman tinggal di sini."

"Gerald pengen ikut kalian."

Gerald berusaha menghilangkan pikiran nya yang mulai berpikir buruk. Ia beranjak dari tempat tidurnya, tenggorokan nya kering ia akan mengambil segelas air di dapur.

Langkahnya terhenti, tangannya masih memegang kenop pintu.

"Kita sudah mengambil asuransi kedua orang tua Gerald," ucap seorang pria.

"Sekarang kita harus menguras harta mereka, tinggal tabungan mereka hanya Gerald yang bisa mengambilnya," ucap seorang wanita.

"Untung anak itu tinggal di sini jadi kita bisa menghasut dia," pria itu tersenyum miring.

"Ya kita hanya harus bersikap baik di depannya," ucap wanita itu.

Kemudian mereka berjalan ke arah tangga sepertinya mereka masuk kedalam kamar mereka yang berada di lantai atas. Suara derap langkah semakin jauh.

Gerald mengepalkan tangan marah. Ia tidak tahu bahwa paman dan bibinya punya niat seperti itu. Pantas saja mereka selalu memperlakukannya dengan baik.

Gerald ingin marah kepada mereka, namun jika ia melakukan itu Gerald akan di usir dari rumah ini. Untuk sementara ia akan berpura-pura tidak tahu.

Anak laki-laki itu berjalan ke luar rumah. Sepanjang perjalanan ia hanya melamun, ia tidak tahu harus kemana. Yang ada di pikirannya adalah berjalan sejauh mungkin dari rumah itu.

Seorang gadis kecil tengah duduk di teras rumahnya, ia tidak sabar menunjukkan piala dan sertifikat ini ke Mamah dan Papahnya. Ia duduk sambil bersenandung sesekali mengayunkan kakinya.

Saat sedang melihat sekitar, ia melihat seorang anak laki-laki yang berjalan tapi tatapannya kosong.

Gadis kecil itu pun mendekati anak laki-laki itu. Di depan sana terlihat sepeda motor yang terlihat mengarah ke anak laki-laki itu. Dengan gesit gadis kecil itu mendorong anak laki-laki itu.

Mereka berdua terjatuh dengan gadis kecil itu menimpa tubuh anak laki-laki itu. Menyadari posisi ini, gadis kecil itu langsung berdiri.

"Kamu gakpapa? Maaf ya aku jatuh di atas kamu pasti berat ya," gadis kecil itu menggaruk lehernya yang tidak gatal.

"Gakpapa kok makasih Yaya udah bantuin aku," ucap anak laki-laki itu.

Tania melihat ke arah lutut anak laki-laki itu yang mengeluarkan darah.

"Gerald lutut kamu berdarah," ucap Tania. Gerald melihat ke arah lututnya yang mengeluarkan darah.

"Ayo ke rumah aku dulu kita obatin luka kamu," ucap Tania. Ia pun membantu Gerald berdiri lalu memapahnya menuju kursi yang ada di teras rumahnya.

Setelah Gerald duduk di kursi itu, Tania memasuki rumah lalu keluar dengan Bi Ratih yang membawa kotak P3K. Bi Ratih pun mengobati luka Gerald menggunakan obat merah lalu menutup dengan plester.

"Lukanya udah selesai bibi obati, bibi ambil minuman dulu ya buat kalian," setelah itu Bi Ratih masuk kembali kedalam rumah. Kini tersisa Gerald dan Tania.

"Gerald kenapa tadi kamu ngelamun, bahaya tahu ngelamun di tengah jalan," ujar Tania.

"Lagi banyak pikiran," ucap Gerald.

"Ada masalah? " tanya Tania. Namun tak kunjung mendapatkan jawaban. Sepertinya Gerald tidak ingin menceritakan masalahnya.

"Gerald meskipun aku gak bisa ngasih solusi, setidaknya aku bisa menjadi pendengar yang baik. Kalau kamu mau cerita aku bisa kok dengerin kamu jadi jangan di pendam sendiri ya," ucap Tania.

Gerald menatap Tania, ucapan Tania benar ia masih punya teman-teman yang bisa mendengarkan ceritanya jadi kenapa ia merasa seolah ia sendiri.

"Kalau aku udah siap aku akan cerita ke kamu," ucap Gerald. Tania tersenyum menanggapi ucapan Gerald.

Gerald melihat meja yang berisi piala, sertifikat dan hadiah.

"Kenapa itu di simpan di sini? " tanya Gerald sambil melihat kearah meja.

Mengerti tatapan Gerald, Tania pun berbicara."Aku lagi nunggu Mamah dan Papah, aku mau nunjukin ini ke mereka."

Mendengar itu Gerald jadi merindukan kedua orang tuanya. Ada tatapan sendu di matanya, Tania baru menyadari ucapannya segera menatap Gerald."Aku gak bermaksud bikin kamu sedih."

"Jangan merasa bersalah aku cuman kangen mereka aja," ucap Gerald menatap langit yang mulai berwarna jingga.

Mendengar itu justru membuat perasaan Tania semakin tidak enak."Maaf ya."

"Iya gakpapa kok, udah sore aku pulang dulu ya sampaikan makasih ke Bi Ratih udah ngobatin aku," ucap Gerald lalu pergi sambil melambaikan tangannya.

"Iya," Tania membalas lambaian tangan Gerald.

Bi Ratih baru saja keluar, namun tidak melihat teman Tania.

"Loh non, kemana perginya teman non? " tanya Bi Ratih.

"Udah pergi Bi, dia bilang makasih Bibi udah ngobatin lukanya," ujar Tania.

"Oh begitu, non gak mau nunggu di dalam rumah aja? bentar lagi malam non," ucap Bi Ratih.

"Aku mau nunggu di sini aja," ucap Tania.

Bi Ratih pun tidak bisa memaksa keinginannya. Bi Ratih pun membawakan pakaian hangat, lalu ia menemani Tania di sini.

Langit sudah mulai gelap, namun keberadaan orang tuanya masih belum kelihatan. Tapi Tania tidak akan menyerah, ia akan menunggu sampai orang tuanya datang.

Menit demi menit telah berlalu. Rasa kantuk menyerang Tania. Saat ia akan tidur karena mengantuk, suara mobil terdengar ia segera duduk dengan benar lalu menatap ke depan di mana Mamah dan Papahnya baru saja keluar dari mobil.

Tania membawa piala dan sertifikat, ia akan menunjukkannya kepada orang tuanya.

"Mah, Pah. Yaya juara 1 lomba puisi," ucap Tania tersenyum manis.

"Ya bagus," ucap Anji masih fokus dengan iPad di tangannya.

"Selamat Yaya Ma-" ucapan Sarah terhenti ketika ada yang menelepon.

Ia pergi menjauh dari Tania lalu mengangkat teleponnya. Tania menatap Mamah dan Papah yang masih sibuk dengan kegiatan masing-masing. Tania merasa di acuhkan.

"Mamah Papah lihat Yaya," ucap Tania cukup keras. Kedua orang tuanya menatap Tania.

"Yaya, Papah lagi kerja jangan ganggu Papah," ucap Anji dengan nada yang tinggi. Ia pun berjalan masuk ke dalam rumah.

"Jangan kayak anak kecil Yaya, jangan merengek," ujar Sarah masuk ke dalam rumah menatap Tania tajam.

Tania memang sudah sering di marahi karena mengganggu orang tuanya yang sedang bekerja. Tapi tetap saja ia tidak terbiasa dengan nada tinggi Anji dan tatapan tajam dari Sarah.

"Yaya harus ngelakuin apa lagi agar tatapan Mamah dan Papah hanya tertuju ke Yaya bukan ke iPad atau HP. Apa iPad dan HP lebih berharga dari Yaya? " Tanpa sadar setetes air mata jatuh di pipinya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!