Notes : zona dewasaaaaaa!
“Om nikahin temenku ya? Ntar dapet istri sekaligus anak di hari pertama kalian menikah!”
Ide gila yang muncul dari Tari, membuat masa depan Lea yang hancur lebur menjadi indah.
Siapa sangka? Luca, pria yang Lea nikahi sebagai ayah darurat dari janinnya, telah merubah kehidupannya menjadi lebih berwarna dan berarti.
Akankah Luca menutup mata dengan siapa ayah kandung dari janin di perut istrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sheninna Shen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Kontrak Perjanjian Pernikahan
...“Usia pernikahan hanya satu tahun? Dan tidak boleh mencampuri urusan pribadi masing-masing.” — Luca Harrison...
“Apa? Menghamili anak Johan?!”
Alex yang sedang duduk membaca buku di taman belakang, terkejut bukan kepalang saat anak bontot dihadapannya membuat pernyataan.
Pria tua yang sudah berusia 68 tahun itu langsung mengusap dadanya. Andai ia punya penyakit jantung, mungkin saat ini ia sudah mati karena terkejut. Mengingat anak bontotnya yang berjarak usia 17 tahun dengan anak pertamanya, ternyata lebih gila dari yang ia kira.
“Papa nyuruh kamu cari jodoh, terus punya anak, dengan cara yang bener, Luca.”
“Bukan dengan cara yang salah ini!”
“Di mana Papa mau taro muka Papa kalau ketemu dengan Johan?!”
Katty yang baru datang ke taman tersebut, dibuat heran saat melihat suaminya yang biasanya tenang, kini terlihat sedang marah besar. “Marah-marah kenapa, Pa?”
“Luca menghamili anak Johan!”
Katty mengerutkan keningnya. Ia duduk bersebelahan dengan Luca dan Alex. “Johan mana, Pa?”
“Johan, Ma. Yang sering ke rumah? Direktur operasional kantor kita.”
Katty terkejut bukan kepalang. Mulutnya setengah ternganga dengan mata yang membulat sempurna. Ia mendempetkan tubuhnya ke arah anak bontotnya. “Apa yang kamu pikirkan, Luca?”
“Mama nggak membenarkan yang salah. Tapi, kenapa harus anak Johan?”
“Aku mencintainya,” jawab Luca lugas dan tegas. “Ya kuhamili saja biar dia menjadi istriku.”
“Astaga Tuhannnn.” Katty dan Alex mengeluh secara bersamaan. Alex menyandarkan tubuhnya ke kursi sembari memijat kepalanya yang sakit karena ulah anaknya, sementara Katty memijat-mijat pelipisnya mencoba menenangkan diri.
“Aku sudah menemui Pak Johan,” jelas Luca tenang dengan duduknya yang tegap. Kedua tangannya menyatu di atas meja. Sorot matanya menatap tegas ke arah Alex. “Awalnya, dia tak menerimaku—”
“Ayah mana yang terima kalau anak perempuannya dinodai?! Haduh, kamu ada-ada saja, Luca!” seloroh Alex kesal.
“Tunggu, bukannya anaknya masih sekolah?!”
“LUCA!” teriak Katty menggila. Wanita tua itu memejamkan matanya karena geram setengah mati.
“Dia baru tamat SMA, Ma.”
“Sebanyak itu wanita yang Mama dan Papa sarankan untuk kamu temui, kenapa harus anak yang baru mau mengejar masa depan yang kamu rusak?” cecar Katty tanpa henti.
“Kalau sampai masa depannya hancur, pasti kamu yang disalahkan.”
“Aku yang akan bertanggung jawab, Ma,” jelas Luca tanpa ragu. Sejak tadi ia seperti robot yang sudah diatur settingannya. Mengatakan yang perlu dan menjawab apa yang ditanya. Tak ada basa basi sama sekali.
Cukup lama mereka bertiga terdiam. Hingga akhirnya, Alex membuka suara.
“Jadi, apa rencana kamu sekarang?”
“Menikahinya minggu depan, Pa.”
“Astaga, Lucaaaaaa!” Alex dan Katty benar-benar geram melihat anaknya. Apa karena selama ini ia terlalu di manja? Atau karena anaknya ini belum pernah mengenal dan merasakan cinta? Tapi bukankah ini terlalu bodoh? Menghamili anak orang hanya supaya bisa dinikahi?
...🌸...
“Mari masuk, Pak.”
Johan, Renata dan Lea menyambut kedatangan Alex, Katty dan Luca pada hari itu. Tentunya mereka sadar, bahwa pertemuan keluarga kali ini, bukanlah pertemuan biasa. Melainkan rapat darurat karena ulah dua anak muda itu.
“Ini yang namanya Lea?” tanya Katty yang pertama kali melihat sosok gadis yang sejak tadi berdiri di belakang Renata.
Lea bersalaman dengan Katty sebagai bentuk sopan santun. Kemudian ia tersenyum dengan hangat, sampai-sampai Luca tak bisa mengalihkan pandangannya dari senyuman manis gadis itu.
“Pantes aja Luca tergila-gila sama kamu,” celetuk Katty sambil merangkul tubuh Lea dengan hangat, “cantik kayak begini.”
Hahahaha. Semua yang ada di ruang tamu tersebut tertawa bahagia, meskipun di hati masing-masing ada beban yang belum tersalurkan dengan baik.
“Sebaiknya pembicaraan ini kita berempat saja dulu,” ucap Alex yang tiba-tiba serius.
“Saya setuju,” sahut Johan.
Sementara Katty dan Renata hanya mengangguk patuh.
“Sayang,” Renata memanggil Lea. “Ajak Luca sebentar ya.”
“Iya, Ma.”
Lea dan Luca pun pergi meninggalkan orangtua mereka di ruang tamu.
“Jadi … kedatangan saya hari ini …,” Alex tak dapat melanjutkan kata-katanya. Malu sekali rasanya mengingat kembali perbuatan anaknya pada Lea.
Wajah Renata dan Johan mendadak pucat. Keduanya mengira bahwa pernikahan ini akan ditentang, mengingat mereka berdua tau bahwa janin yang dikandung Lea itu bukan cucu mereka.
“Maafkan kami.”
“Nggak masalah kalau pernikahannya batal, Pak,” seloroh Renata tiba-tiba. Entah kenapa ia tak suka mendengarkan penolakan di saat terpojokkan sekarang.
“Batal bagaimana, Bu?” tanya Katty kepada Renata. “Jelas-jelas cucu kita sedang di perut Lea.”
“Tentu saja pernikahan ini harus berlanjut.”
Johan dan Renata bernafas lega. Hilang sudah kegundahan di hatinya. Akan tetapi … keduanya terheran-heran saat Katty mengatakan ‘cucu kita’. Apa keluarga Luca menerima bahwa janin di perut Lea bukan cucu kandungnya? Atau … mereka belum tahu cerita yang sebenarnya.
Meskipun membatin, Johan dan Renata memutuskan untuk diam demi menyelamatkan putri mereka.
“Dan permintaan Luca, minggu depan pernikahan diresmikan,” jelas Alex lagi.
“Iya. Kita bikin acara private dulu aja mengingat pernikahan dengan pesta meriah tak secepat itu dipersiapkan. Nanti, setelah Lea melahirkan, baru kita bikin resepsi besar-besaran,” imbuh Katty menjelaskan.
Sementara kedua orangtua sibuk membahas pernikahan, Lea dan Luca kini sedang berada di kamar berduaan.
Saat masuk ke dalam kamar gadis itu, Luca melihat boneka yang ia belikan untuk gadis itu, sedang terbaring di bawah selimut di kasur yang gadis itu tiduri. Ia pun tersenyum.
“Kamu suka boneka dari saya?” goda Luca tersenyum setengah.
Lea bergegas mengambil bantal kepalanya, kemudian menutup boneka tersebut menggunakan bantal. “Itu ‘kan pilihanku.”
Luca hanya tersenyum geli melihat tingkah malu Lea. Ia pun duduk di sisi ranjang gadis itu. Melihat dan mengamati kamar seorang gadis yang bernuansa putih, cream dan pink. Lalu, ia melihat sebuah bingkai foto yang ada di dinding kamar Lea.
“Itu kamu?” tanya Luca lagi saat melihat foto SD gadis itu.
“Kak Luca!” Lea bergegas berdiri di depan Luca, kemudian menutup mata pria itu menggunakan kedua tangannya. “Jangan diliat!”
Luca menyentuh dan meraih kedua tangan Lea, kemudian meletakkan kedua tangan gadis itu ke bahunya. Sorot mata Luca, terfokuskan pada mata amber Lea. “Kalo liat kamu, boleh?”
Spontan kulit putih Lea memerah. Rona di pipinya mendadak muncul dan ia menjadi salah tingkah. Lea melepaskan kedua tangannya dari genggaman Luca dan berniat menjauh. Namun, Luca menahan tangan gadis itu.
“Apa—”
“Kak … kontraknya udah jadi?”
Luca tersentak. Ia yang semula terbawa suasana dan perasaan, mendadak sadar. Jangan sampai ia menjadi egois hanya karena keinginannya sendiri. Sementara gadis itu masih memiliki masa depan yang sangat panjang.
“Sadarlah, ini hanya karena rasa simpati dan rasa tertarik sesaat,” batin Luca meyakinkan dirinya.
Padahal, belum ada seminggu ia dan gadis itu bertemu. Entah kenapa rasanya ada sesuatu dalam dirinya, yang terus-terusan mendorongnya untuk lebih memperhatikan gadis itu.
“Saya belum sempat,” jawab Luca singkat. “Mau bikin sekarang?”
Lea bergegas menuju meja belajarnya. Kemudian ia mengambil sebuah buku dan pena. Lalu, ia duduk di lantai sementara kasur menjadi meja untuk ia menulis.
Luca menempelkan tangannya yang kekar di atas buku yang baru ingin ditulis Lea. Lea mendongak ke atas, menatap Luca heran.
“Duduk di atas kasur, kamu itu lagi hamil.”
“Aku nggak bisa nulis sambil megang buku.”
“Yaudah, duduk di meja belajar kamu, biar saya yang berdiri.”
Lea pun mengiyakan perkataan Luca. Saat keduanya sudah berada di meja belajar, Lea menuliskan dengan besar headline dari surat tersebut. Kontrak Perjanjian Pernikahan. Namun, setelah itu tangan Lea tak lanjut menulis.
“Kenapa?” tanya Luca bingung.
“Aku harus nulis apa, Kak?”
“Coba kamu tulis dulu yang kamu inginkan dalam pernikahan ini apa saja? Kalau kurang, nanti saya tambah.”
Lea berfikir dengan sangat keras. Sesekali ia menggigit ujung pulpennya. Kemudian ia mulai menulis semuanya di atas kertas.
“Kak.” Lea memberikan kertas tersebut kepada Luca.
Luca meraih dan membaca isi kontrak tersebut.
Sesaat kemudian, ia tersenyum pahit. “Usia pernikahan hanya satu tahun? Dan tidak boleh mencampuri urusan pribadi masing-masing.”
“Baiklah. Menurutku, semua sudah tertulis di sini,” Luca menyerahkan kertas tadi pada Lea. “Jadi, saya tak perlu menambahkan apapun.”
Lea mengangguk. Kemudian ia mengakhiri menulis kontrak perjanjian pernikahan tersebut dengan menambahkan tandatangannya. Kemudian, Luca pun membubuhkan tandatangannya di sana.
“Nanti aku fotokopi dan—”
“Nggak usah. Kamu aja yang pegang kontraknya,” tolak Luca tak tertarik. Karena baginya, ada dan tiadanya kontrak itu, semua sudah jelas. Pernikahan ini tidak dilandaskan perasaan kedua belah pihak. Lalu, untuk apa ia berharap banyak?
...🌸...
...🌸...
...🌸...
...Bersambung …....
❤❤❤❤
calon pelakor
jgn sering..
masih rentan...
❤❤❤❤❤❤
❤❤❤❤❤❤❤
❤❤❤❤❤
berdasarkan cerita panakannya kalo lea dibobol org saat di club...
makanya walau awalnya nolak lea..
akhirnya luca mau ngaku ke pak johan kalo dia hamilin lea..
❤❤❤❤❤
apa yg akan terjadi hayooiii..
😀😀😀❤❤❤❤
❤❤❤❤❤❤
yg dapat pelukan dari istru kecil yg cantik..
❤❤❤❤❤❤
kan eamng anakmu luca..
❤❤❤❤❤
udah terlanjur kena gampar lagi..
❤❤❤❤❤