Seharusnya Marsha menikah dengan Joseph Sebastian Abraham, seorang duda dengan anak satu yang merupakan founder sekaligus CEO perusahaan kosmetik dan parfum ternama. Setidaknya, mereka saling mencintai.
Namun, takdir tak berpihak kepadanya. Ia harus menerima perjodohan dengan seorang Presdir yang merupakan rekan bisnis ayahnya.
Saat keluarga datang melamar, siapa sangka jika Giorgio Antonio Abraham adalah kakak kandung pria yang ia cintai.
Di waktu yang sama, hati Joseph hancur, karena ia terlanjur berjanji kepada putranya jika ia ingin menjadikan Marsha sebagai ibu sambungnya.
~Haaai, ini bukuku yang ke sekian, buku ini terinspirasi dengan CEO dan Presdir di dunia nyata. Meskipun begitu ini hanya cerita fiksi belaka. Baca sampai habis ya, Guys. Semoga suka dan selamat membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lintang Lia Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7. Dilamar Presdir
Langit sore perlahan berpendar, berubah menjadi warna keemasan. Seakan merestui keinginan Giorgio untuk datang melamar Marsha.
Gadis itu tampak cantik dengan balutan kebaya berwarna krem dan juga sanggul modern yang dihiasi bunga mawar berwarna merah.
Berkali-kali ia mematut diri di hadapan cermin. Rasa sakit seketika menikam di Ulu hati.
Ingin rasanya ia menolak, seandainya kesehatan ayahnya tak seburuk sekarang.
"Wah, kamu sudah siap, Sya." Pak Tama melangkah mendekati putrinya.
Marsha menyunggingkan senyum, ya senyuman yang dipaksakan. Dan Pak Tama sangat tahu itu. Ia bisa menerka dari pelupuk mata putrinya yang mulai memerah dan dipenuhi embun.
"Kamu sangat cantik, Nak. Sama persis seperti mama kamu waktu muda dulu. Jangan nangis, ini hari bahagia kamu 'kan? Percayalah, apapun yang papa lakukan hari ini adalah demi kebahagiaan kamu nantinya," tutur Pak Tama sembari memeluk dan mengelus lembut punggung putrinya.
Marsha terisak. Dadanya mendadak sesak. Hingga ia hanya bisa menjawab dengan anggukan kepala saja.
Mereka berdua sedang larut dalam suasana haru. Saat tiba-tiba Pak Jo lari tergopoh-gopoh ke arahnya.
"Pak, rombongan keluarga Pak Gio sudah datang," katanya dengan napas yang masih terengah.
Pak Tama mengangguk, lalu melangkah keluar kamar.
"Ayo, Sya. Temui mereka," bujuk sang ayah akhirnya.
Lelaki berusia paruh baya itu melangkah mendahului. Ia tampak tampan dan bugar dengan blangkon di kepalanya yang dipadu padankan dengan pakaian khas jawa, yang dikombinasikan kemeja putih dan jas bagian luar berwarna hitam. Sedangkan bagian bawah ia memilih memakai jarik yang dililitkan seperti sarung.
Sementara Marsha, dengan degup jantungnya yang berdetak tak biasa. Ia memberanikan diri melangkah keluar dengan langkah perlahan.
Bukan tak punya tenaga, tetapi bayangan Steven dan Joseph seakan terus mendominasi pikirannya.
Marsha melangkah dengan kepala tertunduk ketika menuruni anak tangga yang terhubung antara kamar menuju ruang tamu rumahnya yang megah.
Dan ya, dalam waktu bersamaan ketika pandangan matanya mengedar, memperhatikan setiap anggota keluarga Gio yang ikut hadir. Pemandangan lain membuat mata itu tercekat di sana.
Di tempat Joseph berdiri.
Keduanya sama-sama tersentak. Siapa duga jika Giorgio adalah kakak kandung Joseph Sebastian.
Bibir Marsha bergetar, ia nyaris mengeluarkan sepotong kalimat. Seandainya Giorgio tidak melangkah cepat dan menggenggam buku jemari lentik Marsha.
"Ayo, turun. Biar aku kenalkan kamu sama seluruh keluargaku!" ajak Giorgio sumringah.
Anehnya Marsha hanya menurut dan berjalan mengekor di belakang langkah Giorgio.
Hari itu Giorgio memperkenalkan Marsha dengan seluruh anggota keluarganya. Tak terkecuali kepada Joseph.
Mendadak, Joseph menjadi pria asing di sana.
"Joey, adiknya Pak Gio. Oh ya, dia itu Presdir di perusahaanku dan perusahaan papa," katanya dengan tatapan mata teduh yang dihiasi senyum.
Sedangkan tangannya menggenggam erat jemari Marsha saat menjabat tangan.
Bulir bening di pelupuk matanya menetes tanpa bisa terbendung. Dan Giorgio menyadari itu.
Ia segera mendekat dan mengurai genggaman kuat tangan adiknya yang masih erat menyentuh tangan Marsha.
"Sya, kamu ngefans dia dari tiktok 'kan? Dia adikku, oh ya ... dia sudah punya seorang putra kecil dan statusnya seorang duda. Istrinya selingkuh, jadi mereka bercerai," ungkap Gio.
Joseph terkejut melihat Giorgio berkata seperti itu. Tak biasanya kakaknya itu berusaha menjelekkan namanya di hadapan orang lain.
Biasanya Gio selalu tegas menjaga nama baik keluarga dan juga melindungi setiap anggota keluarganya. Entah apa sebabnya, kali ini ia benar-benar berbeda.
Rasanya, Joseph tidak mengenali kakaknya.
Sementara Marsha, ia yang sebelumnya sangat jatuh cinta kepada Joseph. Bahkan terbilang terlalu berani mengungkapkan rasa. Kini hatinya justru hancur berkeping karena merasa dibohingi.
"Bercerai?" tanyanya tak percaya.
Dan Joseph hanya bisa membeku dengan kepala tertunduk di hadapan Marsha. Rasanya, ia seperti sedang dikuliti hingga habis oleh kakak kandungnya sendiri.
"Ya, cerai," sahut Gio mengulang kalimatnya seolah sengaja mempertegas status adiknya.
Joseph menelan ludah, lalu memejamkan matanya sejenak. Seolah pasrah dengan tuduhan yang dilayangkan oleh kakaknya padanya.
Semua keluarga tampak bahagia dengan perjodohan ini. Terkecuali beberapa pria muda. Termasuk Danu, yang sejak tadi hanya memperhatikan dari kejauhan.
Ia memang selalu bersikap semaunya sendiri. Terbukti dengan penampilannya sekarang. Ia memilih memakai jaket compang-camping seperti seorang preman jalanan.
Membuat ibu kandungnya, Monica menggeleng sambil memasang ekspresi wajah kesal.
Setelah mereka saling berkenalan, acara pertunangan pun dimulai. Kedua calon pengantin itu pun mulai bertukar cincin.
Semua keluarga yang datang bersorak gembira. Meskipun ada sesak di dada Joseph, tetapi ia ikut memberikan tepuk tangan dengan meriah.
Kemudian, seorang perempuan muda dan cantik menghampiri kedua calon pengantin. Kalau Kalau diterka dari wajahnya, pasti kebanyakan orang akan menduga jika perempuan itu adalah adik Giorgio.
Paras wajahnya yang cantik dan mirip sekali dengan Joseph membuat tubuh Marsha gemetar saat didekati.
"Halo, aku Erika. Cece tertua mereka berdua," sapa perempuan cantik itu sambil mengulurkan tangannya.
Marsha membalas menjabat tangan sambil tersenyum.
"Gimana, Ce? Cantik enggak dia?" Giorgio menatap takjub ke arah Marsha sambil menyunggingkan senyuman penuh kemenangan.
"Marsha," sahutnya irit kata.
"Cantik banget, gak kaget sih. Kamu itu 'kan orangnya gak pernah jatuh cinta alias jomblo abadi. Gak kaget sih kalau kamu suka dia," ketusnya memuji Marsha.
Giorgio memang terkenal sebagai tipe orang yang sangat pemilih.
Kemudian, tatapannya yang semula ke arah Giorgio kini berpindah ke arah Marsha.
"Sya, jangan kaget ya kalau sikap adikku ini kaku sama kamu. Seumur hidupnya, dia gak pernah pacaran, sama satu perempuanpun. Sampai dia itu dituduh yang enggak-enggak sama semua temennya," tutur Erika sangat ramah.
Tak lama berselang, Joey ikut datang mendekat. Mereka bertiga tampak akrab. Seperti saling mendukung satu sama lain, padahal kenyataannya sangat jauh berbeda dengan yang dilihat kebanyakan orang.
Marsha memang sangat mudah membaur. Seperti biasa ia masih menggunakan parfum, produk milik Joseph.
"Hei, kamu pakai wangi oud rouge ya sekarang. Gio yang kasih?" tanya Erika sangat antusias.
"Iya, saya suka baunya. Hadiah dari Pak Joey," katanya.
Senyum Erika seketika memudar. Ia menyadari sesuatu yang tak biasa telah terjadi.
Erika memperhatikan reaksi dan ekspresi wajah kedua adiknya. Ia langsung tersenyum, lalu menghela napas. Seolah menyadari bahwa ada ketegangan yang terjadi antara kedua adik laki-lakinya itu.
Tetapi, Erika tidak sedikitpun menunjukkan raut tak suka kepada Marsha. Kecuali kepada kedua adiknya. Ia menatap sinis pada keduanya.
Kini wajahnya tampak sedang kecewa.
Lalu kemudian, saat semua sedang asyik berbincang dan menikmati hidangan yang tersaji. Tiba-tiba Giorgio dan Pak Tama sepakat mengumumkan tanggal pernikahan.
"Baik, mohon perhatiannya sebentar ya. Ini atas permintaan calon mempelai pria, Giorgio. Katanya dia mau pernikahannya dipercepat tiga hari lagi."
Semua mata tertuju kepada pak Tama dan Giorgio. Saat itu, Joseph dan Marsha tampak terkejut dibuatnya.
Marsha nyaris berlari meninggalkan tempat, jika saja tangannya tidak ditahan oleh Joseph. Dan parahnya, Erika melihat itu.
"Selamat, ya," katanya dengan suara lirih dan terdengar bergetar dan parau.
Marsha tetap berdiri membelakanginya. Ia tak mau membalikkan badan meski sebentar saja. Dadanya sesak, ia menahan tangis dan memejamkan mata.
"Kita akan segera menikah, Sya. Kamu dengar itu!" seru Giorgio yang tiba-tiba mengurai cengkeraman tangan adiknya, lalu memeluk Marsha.
Gadis itu tunduk dalam diam. Ia membiarkan wajahnya terbenam dalam dada bidang Giorgio.
Namun, gadis itu tak sepatah kata pun mengucapkan kalimat dari bibirnya.
"Aku mencintaimu, sangat mencintaimu," ungkap Giorgio memeluknya dengan erat.
Seketika ingatannya seperti diputar ulang saat ia mengungkapkan perasaan yang sama kepada Joseph. Mungkinkah ungkapan hati Gio palsu? Atau justru itu yang benar-benar ia rasakan? Entah. Tak ada yang tahu.
Bersambung....
~ Jangan lupa LOVE, RATE, AND JEMPOLNYA, Ya, Guys. ~