NovelToon NovelToon
Membuang Suami Sampah

Membuang Suami Sampah

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita
Popularitas:30.7k
Nilai: 5
Nama Author: Lily Dekranasda

Jessy, 30th seorang wanita jenius ber-IQ tinggi, hidup dalam kemewahan meski jarang keluar rumah. Lima tahun lalu, ia menikah dengan Bram, pria sederhana yang awalnya terlihat baik, namun selalu membenarkan keluarganya. Selama lima tahun, Jessy mengabdi tanpa dihargai, terutama karena belum dikaruniai anak.

Hingga suatu hari, Bram membawa pulang seorang wanita, mengaku sebagai sepupu jauh. Namun, kenyataannya, wanita itu adalah gundiknya, dan keluarganya mengetahui semuanya. Pengkhianatan itu berujung tragis—Jessy kecelakaan hingga tewas.

Namun takdir memberinya kesempatan kedua. Ia terbangun beberapa bulan sebelum kematiannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bram Mandul

Setelah Bram pergi bekerja, Mama Ella keluar entah ke mana, Molly berangkat ke sekolah, dan Fina juga tidak terlihat di rumah. Jessy akhirnya bisa menikmati ketenangan di dalam kamarnya. Ia berbaring di tempat tidur, mencoba memejamkan mata untuk beristirahat setelah semua drama yang terjadi.

Namun, tiba-tiba suara dering ponselnya menggema di kamar yang sunyi. Jessy mengernyitkan dahi, meraih ponselnya di atas nakas. Saat melihat nomor yang tertera di layar, hatinya sedikit berdebar—itu dari rumah sakit.

Dengan cepat, ia mengangkat panggilan tersebut. "Halo?"

Suara seorang perawat terdengar di seberang. "Selamat siang, Ibu Jessy. Saya dari rumah sakit ingin mengabarkan bahwa hasil pemeriksaan kesuburan Anda dan suami sudah keluar. Apakah Anda bisa datang untuk mengambilnya?"

Jessy terdiam sesaat. Ia bahkan lupa jika beberapa bulan yang lalu ia dan Bram sempat menjalani pemeriksaan kesuburan atas permintaan Jessy karena selalu di desak ingin segera memiliki cucu.

"Oh… iya. Bisa saya tahu, apakah ada yang perlu dikhawatirkan dari hasilnya?" tanyanya hati-hati.

"Sebaiknya hasil ini dibicarakan langsung dengan dokter, Bu," jawab perawat itu dengan nada formal.

Perasaan Jessy semakin tidak tenang. Jika semuanya baik-baik saja, seharusnya mereka bisa memberitahukannya lewat telepon, bukan?

"Baik, saya akan segera ke rumah sakit," kata Jessy sebelum menutup panggilan.

Ia menghela napas panjang. Hatinya dipenuhi berbagai spekulasi. Apa mungkin ada masalah dengan dirinya? Atau… dengan Bram? Jessy menatap langit-langit kamar dengan mata kosong, mencoba menenangkan pikirannya sebelum bersiap untuk pergi ke rumah sakit.

Jessy baru saja meletakkan ponselnya ketika tiba-tiba rasa mual kembali menyerangnya. Perutnya terasa tidak nyaman, dan tenggorokannya seakan ingin memuntahkan sesuatu. Dengan cepat, ia berlari ke kamar mandi, menunduk di atas wastafel sambil mengambil napas dalam-dalam.

"Kenapa lagi ini?" gumamnya pelan, tangannya menggenggam erat wastafel untuk menahan tubuhnya yang sedikit lemas.

Ini sudah kedua kalinya merasakan mual seperti ini. Sejak keluar dari rumah sakit, ia memang merasa tubuhnya sedikit berbeda, tapi tidak terlalu memikirkannya. Namun, sekarang setelah terjadi lagi, pikirannya mulai dipenuhi kemungkinan-kemungkinan.

"Apa mungkin aku hamil?" pikirnya, lalu teringat ketika di rumah sakit, dokter tidak pernah menyinggung soal itu.

Daripada terus bertanya-tanya, ia akhirnya memutuskan untuk langsung ke rumah sakit hari ini. Namun, sebelum menemui dokter yang menelepon tadi, ia ingin memeriksakan diri ke dokter kandungan terlebih dahulu untuk memastikan kondisinya.

Setelah mengganti pakaian yang lebih nyaman, ia mengambil tasnya dan keluar dari kamar. Karena rumah sepi, ia tidak perlu menjelaskan ke mana perginya. Tanpa banyak pikir, ia langsung memesan taksi online dan berangkat menuju rumah sakit.

Sesampainya di Rumah Sakit

Jessy melangkah masuk ke rumah sakit dengan perasaan campur aduk. Ia berharap ada jawaban pasti tentang kondisinya. Setelah mendaftar di bagian pendaftaran, ia duduk di ruang tunggu, mengamati pasien lain yang juga menunggu giliran.

Tak lama kemudian, seorang perawat memanggil namanya.

"Ibu Jessy, silakan masuk."

Jessy segera bangkit dan masuk ke dalam ruangan dokter kandungan. Seorang dokter wanita paruh baya dengan senyum ramah menyambutnya.

"Silakan duduk, Bu Jessy. Ada keluhan apa?" tanya dokter sambil membuka catatan medisnya.

Jessy menarik napas sebelum menjawab, "Saya sering mual belakangan ini, jadi saya ingin memastikan apakah saya hamil atau tidak."

Dokter mengangguk mengerti, "Baik, kita lakukan tes awal dulu ya. Silakan ke kamar kecil, perawat akan memberikan alat tes kehamilan."

Jessy mengangguk dan mengikuti perawat menuju kamar kecil. Setelah beberapa menit, ia keluar dengan alat tes di tangannya dan menyerahkannya pada perawat. Hasilnya segera terlihat—negatif.

Jessy sedikit menghela napas, tidak tahu harus lega atau kecewa.

Ia kembali ke ruangan dokter, yang tersenyum memahami ekspresinya.

"Tespek menunjukkan hasil negatif, tapi kita pastikan lagi dengan USG, ya," kata dokter.

Jessy berbaring di tempat pemeriksaan sementara dokter menyalakan mesin USG dan mulai memeriksa perutnya.

Setelah beberapa menit, dokter menggelengkan kepala. "Tidak ada tanda-tanda kehamilan, Bu Jessy. Rahim Anda kosong."

Jessy menatap layar USG yang menunjukkan gambaran rahimnya, merasa sedikit bingung.

"Jadi, kenapa saya sering mual dan pusing, Dok?" tanyanya dengan cemas.

Dokter tersenyum lembut, "Kemungkinan besar ini karena stres atau masalah lambung seperti maag. Apakah Anda sering merasa begah atau nyeri di ulu hati?"

Jessy mengangguk, "Iya, belakangan ini perut saya sering terasa penuh, kadang perih juga."

Dokter mencatat sesuatu di berkasnya. "Itu gejala maag, apalagi jika Anda sedang dalam tekanan atau stres berat."

Jessy terdiam. Memang, sejak masalah dengan Bram dan keluarganya, pikirannya terus dipenuhi kekhawatiran.

Dokter melanjutkan, "Saya sarankan Anda berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam. Mereka bisa melakukan pemeriksaan lebih lanjut, mungkin perlu endoskopi untuk memastikan kondisi lambung Anda."

Jessy menghela napas, merasa sedikit lega tapi juga khawatir.

"Baik," katanya sambil bangkit dari tempat tidur.

Dokter tersenyum, "Jangan terlalu stres, Bu Jessy. Kesehatan mental sangat berpengaruh pada kesehatan fisik. Coba lebih rileks, ya."

Jessy tersenyum tipis, "Terima kasih, Dok."

Setelah selesai, ia keluar dari ruangan. Dalam hati, ia berpikir, "Jadi, aku tidak hamil.."

Jessy menghela napas panjang sebelum melangkah ke bagian laboratorium tempat hasil tes kesuburan bisa diambil. Setelah menanyakan kepada petugas, ia diarahkan ke ruang konsultasi dokter yang menangani pemeriksaan tersebut.

Tak lama menunggu, namanya dipanggil. Dengan perasaan berdebar, Jessy masuk ke dalam ruangan. Seorang dokter pria paruh baya dengan kacamata menatapnya dengan senyum profesional.

"Silakan duduk, Bu Jessy. Saya sudah melihat hasil tes kesuburan Anda dan suami Anda."

Jessy menelan ludah, hatinya tak karuan.

"Bagaimana hasilnya, Dok?" tanyanya dengan suara yang agak gemetar.

Dokter membuka berkasnya dan mulai menjelaskan, "Hasil tes Anda sangat baik. Tidak ada masalah dalam kesuburan Anda. Hormon reproduksi dalam kondisi normal, dan rahim Anda sehat."

Jessy menghela napas lega, tapi kemudian menyadari sesuatu. Jika dirinya baik-baik saja, berarti…

Dokter melanjutkan dengan nada hati-hati, "Namun, hasil tes suami Anda menunjukkan adanya masalah."

Jessy menegang. "Masalah apa, Dok?"

Dokter menyentuh kacamatanya dan berkata dengan nada serius, "Jumlah dan pergerakan sperma suami Anda tergolong rendah. Ini bisa menjadi faktor yang menyulitkan terjadinya kehamilan secara alami."

Jessy terdiam, mencoba mencerna informasi itu. "Jadi… kemungkinan aku hamil kecil?"

Dokter mengangguk. "0,01% iya, tapi bukan tidak mungkin, tapi akan lebih sulit tanpa penanganan yang tepat. Kami bisa merekomendasikan beberapa langkah, seperti perubahan gaya hidup untuk suami Anda, terapi hormon, atau jika perlu, prosedur medis seperti inseminasi buatan."

Jessy meremas jemarinya di pangkuan. "Apa ini bisa disebabkan oleh stres atau pola hidup?"

Dokter tersenyum tipis. "Sangat mungkin. Stres, pola makan tidak sehat, kurang tidur, atau kebiasaan buruk seperti merokok dan alkohol bisa mempengaruhi kualitas sperma. Jika suami Anda bersedia, ia bisa melakukan konsultasi lebih lanjut untuk mencari solusi terbaik."

Jessy terdiam beberapa saat sebelum berkata pelan, "Terima kasih, Dok. Saya akan membicarakan ini dengan suami saya."

Dokter mengangguk. "Saya sarankan untuk tidak terlalu stres dan mendukung satu sama lain. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk berkonsultasi kembali."

Jessy keluar dari ruangan dengan langkah berat. Ia memandangi amplop hasil tes itu, merasa campur aduk.

"Jadi, selama ini aku yang disalahkan, tapi ternyata…Bram yang mandul?" pikirnya.

Jessy keluar dari ruang konsultasi dengan amplop hasil tes di tangannya.

Selama ini, setiap kali mereka membahas soal anak, Jessy yang selalu disalahkan. Mama Ella dan Molly sering menyindirnya karena belum juga hamil. Bahkan Bram sendiri seolah percaya kalau Jessy yang bermasalah. Tapi sekarang?

Jessy duduk di kursi tunggu, mengusap wajahnya yang terasa panas. Entah dia harus senang atau sedih?

1
vj'z tri
PD mu kebablasan Ferguso 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
karina
up lagi thor
Skins12
upnya di banyakin dong... 😁
Ayu Septiani
betul Ella... menantumu dalam fase muak dengan perilaku kalian
Kamiem sag
ya menantumu itu sdg kesurupan kesadaran bu Ella
Etty Rohaeti
lanjut kk
Tiara Bella
lanjut
karina
semangat up lagi thor
Ayu Septiani
kakak Chika mungkin sudah memendam suka pada Jessy sejak lama. hingga mendengar Jessy ingin bercerai dia langsung bersemangat membantu Jessy
Benjut D
baru mampir langsung sula
Upi Raswan
ketahuan,, keliatan banget jason emang suka sama jessy,, pas denger jessy mau cerai aja kayak kaget kaget suka gituuu hihi
anna
🥰🥰🥰
Tiara Bella
Bram gk bakalan mw dia cerai
xenovia putri
.bneran ganti jdi pov mc kah..
.mengecewakan
Diyah Pamungkas Sari
"...selagi niatmu masih kuat!..." ngabrut sm cika, suka tipe begini ceplas ceplos 🤣🤣
Tri Ana
👍👍👍
Akbar Razaq
Hah.....nunggu mati dulu baru sadar untung othornya baek kau di kasih kesempatan lagi.
Maria Hedwig Roning
thnks thor
Tiara Bella
akhirnya up jg Thor.....
Akbar Razaq: bagus loh cetitanyq awalnya gak sabar karena kebodohan pemerqn utama tp sekarang buuuaghhh......gas kuen !!!
total 1 replies
xenovia putri
.koq jdi pov mc thor..
.maaf yah, bkin mles baca klau pov mc mah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!