Aluna terpaksa harus menikahi seorang Pria dengan orientasi seksual menyimpang untuk menyelamatkan perusahaan sang Ayah. Dia di tuntut harus segera memiliki keturunan agar perjanjian itu segera selesai.
Namun berhubungan dengan orang seperti itu bukanlah hal yang mudah. Apa lagi dia harus tinggal dengan kekasih suaminya dan menjadi plakor yang sah di mata hukum dan Agama.
Bagaimana kelanjutan kisah mereka? Baca terus ya, semoga suka! Dan maaf jika cerita ini agak kurang mengenakkan bagi sebagian orang🙏
Warning!
"Ini hanya cerita karangan semata. Tidak ada niat menyinggung pihak atau komunitas mana pun"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Whidie Arista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 - Skandal
‘Sial, mereka cari mati sendiri.’
“Itu bukan mereka. Darimana kau bisa tahu itu benar-benar mereka, wajahnya saja tidak terlihat jelas,” komentar Luna, sembari menyerahkan kembali ponsel wanita itu.
“Heh, ada beberapa orang saksi yang melihat mereka benar-benar ada disana. Kau fansnya Jeffrey ya, wajahmu terlihat tak baik.”
“Kau benar aku memang fansnya, jadi berhentilah menyebarkan gosip yang tidak jelas begini tentang dia,” ujar Luna.
“Tanpa aku sebarkan sekali pun berita ini sudah menjadi tranding topik, kami hanya sebagian kecil orang yang membicarakan mereka. Kalau kau mampu, bungkam saja mulut semua orang, gosip seperti ini sudah biasa di kalangan artis jangan berlebihan.”
Ucapan wanita itu memang ada benarnya, tak seharusnya Luna bicara seperti itu pada mereka, dia hanya ingin menyangkal tuduhan mereka terhadap Jeff dan Dean, namun sepertinya itu tidak ada epeknya sama sekali.
“Kau benar, tidak ada gunanya aku bicara hanya pada kalian. Aku minta maaf.”
“Tidak papa, kau adalah fansnya Jeffrey itu wajar,” ujarnya.
“Kalau begitu aku permisi dulu.”
Setelah itu Luna pun langsung kembali.
***
Sesampainya di rumah. Luna mendapati Dean mau pun Jeff sudah ada disana, Jeff duduk termenung di sopa sedang Dean tengah berdiri menatap keluar Jendela dengan kedua tangan terlipat rapi di saku celananya.
“Kau darimana?” tanya Jeff saat melihat Luna masuk.
“Hanya pergi untuk menghibur diri,” tanggap Luna. Jeff berdecih saat melihat tangan Luna penuh dengan belanjaan.
“Apa kalian sudah melihat berita di internet? Kalian melakukan hal besar, sehingga itu menjadi tranding topik,” ujar Luna.
“Itu fitnah. Kami sama sekali tidak melakukan itu, bahkan aku tidak ingat apa saja yang telah aku lakukan, saat itu aku sedang mabuk.” Jelasnya.
“Kita memang melakukannya,” Dean menyahuti.
“Hah apa?!” Jeff tampak terkejut.
“Kita memang berciuman. Saat itu kau yang memulainya, aku hanya mengikuti keinginanmu.” Ucap Dean tanpa dosa.
“Sial kau Dean. Mengapa kau tidak menghentikanku, kau tahu aku sedang tidak sadar,” protes Jeffrey.
“Aku sedang kesal karena kau pergi kesana, sudah aku bilang jangan pergi ke tempat seperti itu lagi. Jika aku tidak datang saat itu, apa kau tahu apa yang akan terjadi padamu? Mungkin kau akan berakhir di ranjang orang lain,” kesal Dean.
Namun itu cukup membuat Jeff bungkam. Dia menghela nafas kasar sambil menyandarkan punggungnya.
“Ck, kalian berdua cari mati sendiri. Kalian sudah tinggal serumah, apa itu masih kurang,” cibir Luna.
“Diamlah, komentar-komentar dari mulutmu sangat menyebalkan,” kesal Dean.
Luna hanya mengangkat bahu sebagai tanggapan.
“Jeff, kau tenanglah aku akan berusaha menekan berita ini aku janji ini akan hilang dalam beberapa hari.”
“Ini tidak mungkin semudah itu Dean. Dari yang aku amati dari berita internet, harus ada skandal lain yang menutupi skandal sebelumnya, kau harus bisa menggiring opini publik untuk membahas topik baru dan melupakan topik yang lama. Meskipun berita seperti ini akan hilang dengan sendirinya namun itu pasti butuh waktu,” ujar Luna.
“Dia benar, ah sial. Perilisan filmku sebentar lagi, aku takut itu akan mempengaruhinya,” argghh... Jeff mengacak rambutnya frustasi.
Bahkan Luna melihat sedari tadi ponsel Jeff terus menyala, dia pun meraihnya, “hey, itu ponselku jangan coba-coba menyentuhnya.” Ancam Jeff.
“Aku hanya mencoba membantumu mematikannya untuk ketenanganmu sendiri. Jika kau tidak suka ya sudah,” Luna kembali meletakkan benda pipih tersebut ke tempat sebelumnya.
“Dia benar Jeff, dalam situasi seperti ini sebaiknya kau menghindari mereka. Terutama wartawan.”
“Luna, apa Ayah mengundangmu datang ke pesta?” tanya Dean.
“Ya, makanya aku belanja,” sahut Luna.
“Baiklah. Untukmu Jeff, sebaiknya kau jangan pergi kemana-mana untuk sementara sampai aku bisa mengendalikan situasi.”
Hem. Hanya gumaman kecil yang keluar dari bibir Jeff.
Hari pun berlalu. Tiba saat pesta di adakan, Luna berangkat menggunakan mobil jemputan yang di kirim oleh Ayahnya Dean. Sedang Jeff, saat Luna berangkat tadi sepertinya dia sedang bicara dengan seseorang di telpon entah dengan siapa.
Mobil yang Luna tumpangi berhenti tepat di depan hotel tempat acara di adakan, penjaga sepertinya sudah tahu siapa Luna hingga mereka langsung mengarahkan Luna ke pintu yang berbeda dari para tamu undangan yang lain.
“Wah wah wah, lihatlah siapa yang datang,” lagi-lagi Martha dan Rose, sepertinya mereka juga menjadi tamu undangan di pesta ini.
‘Lagi-lagi mereka, sungguh menyebalkan,’ Kesal Luna.
“Pergilah. Aku sedang tidak ingin bermain,” Luna melambaikan tangannya untuk mengusir mereka berdua.
“Sialan, dia pikir kita ini apa.” Kesal Rose.
“Sudahlah Rose, terakhir kali kita berurusan dengan dia kita jadi sial. Lebih baik jauhi saja manusia pembawa sial ini, ayo. Lagi pula aku benar-benar penasaran pria tua mana yang menjadikannya sebagai wanita simpanan.
wkwkwkwkwk
jadi ingat dulu pernah baca hubungan poliandri tahun 2019