Merasa patah hati di kalah ingin meminang wanita yang selama ini dia kagumi ternyata sudah menikah hal itu menjadikan Syamil memilih ke suatu tempat untuk pelarian cinta nya, dia pun memutuskan tidak akan jatuh cinta lagi. Tapi takdir berkata lain disaat dia bertemu dengan gadis malam yang membuat Syamil tertarik yaitu Syakilah. Tanpa disadari kedekatan mereka telah menumbuhkan rasa cinta Syamil kembali, tapi banyak sekali kendala yang menyeret kisah cinta mereka juga jarak yang harus memisahkan mereka ketika Syamil di tuntut untuk meneruskan usaha ayahya. Sebuah kerudung telah di berikan Syamil untuk Syakilah sebelum perpisahan mereka.
"Pakailah jika kau sudah yakin dengan keputusan mu!" pesan Syamil.
"Kerudung ini akan aku simpan, seperti cintaku padamu" lirih sendu.
Syakilah selalu mengharap suatu saat Syamil datang dan memakaikan kerudung itu untuknya. Tapi apakah semua itu bisa terjadi?
Adakah cinta tanpa batas untuk seorang wanita malam seperti Syakilah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cty S'lalu Ctya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cantik Pakai Kerudung
Di depan sebuah pondok Syakilah berdiri, di tangan nya membawa paper bag sebuah hadiah untuk Arkan. Syakilah ragu pantaskah seorang seperti dia masuk ke dalam sana.
"Syakilah" panggil seorang dari belakang. Syakilah berbalik.
"Syamil.."
"Kenapa diam saja, gak masuk?" ujar Syamil menghampiri Syakilah. Syakilah menunduk. Syamil mengulurkan paper bag pada Syakilah. Syakilah menatap bingung.
"Pakailah ini" pinta Syamil. Syakilah mengambil paper bag yang ada di tangan Syamil, lalu dia menengok isinya. Syakilah mengambil barang tersebut dan di bukanya.
"Ini pasmina" lirih Syakilah dia memang tak menggunakan kerudung saat ini, tapi pakaian nya cukup sopan yaitu dress panjang bermotif bunga dengan lengan panjang.
"Hem, pakailah dan kita akan masuk bersama!" ujar Syamil. Syakilah menunduk dia ragu, pantaskah dia memakai nya.
"Apa pantaskah aku memakainya?" lirih Syakilah. Syamil mendekat lalu mengambil pasmina yang ada di tangan Syakilah.
Deg'
Syakilah mematung di kala Syamil memakaikan pasmina itu di kepala Syakilah.
"Siapa bilang tak pantas?" ujar Syamil. Syakilah menatap Syamil apalagi jarak mereka sangatlah dekat, membuat Syakilah tak henti-hentinya mengagumi pria yang ada di depan nya ini.
"Setidaknya pakailah ini untuk Arkan, dia menunggu kedatangan mu" lanjut Syamil.
"Baiklah, tapi setelah ini tolong bawah kerudung ini kembali, kau tahu wanita malam seperti ku-"
"Sudahlah, ayo kita masuk!" selah Syamil menghentikan perkataan Syakilah. Mereka masuk bersamaan, di dalam suasana sangat ramai oleh anak pondok yang sudah berkumpul di aula. Mata Syakilah mengedar untuk mencari keberadaan Arkan.
"Kakak cantik" ujar Arkan menghampiri Syakilah dan Syamil.
"Ini untuk Arkan! selamat ulang tahun" Syakilah memberikan kado pada Arkan.
"Terima kasih" Arkan menerima kado dari Syakilah. Acara pun di mulai dengan doa, dan sambutan juga wejangan dari ustadz. Setelah itu potong kue, selesai acara Syakilah pamit kembali. Sedangkan Syamil masih berada di pondok dia akan balik bersama dengan keluarga Fernando.
"Terima kasih ya Syakilah kamu bersedia hadir" ujar Nura, Syakilah mengangguk.
"Sama-sama Tante, saya pamit dulu Tante"
"Kakak terima kasih, Arkan suka kadonya"
"Hem, kakak pamit dulu ya Arkan"
"Hati-hati kakak, kak Syakilah tambah cantik pakai kerudung" ucap Arkan apa adanya. Syakilah mengulas senyum meski hatinya begitu nyeri, baginya kerudung ini terlalu berharga untuk wanita sepertinya.
"Makasih, assalamu'alaikum"
"Wa'alaikum salam"
Di dalam kamar Syakilah meremat kerudung yang di berikan Syamil.
"Dosa ku terlalu besar, mungkinkah tuhan akan memaafkan wanita sepertiku?" guman Syakilah. panggilan dalam ponselnya membuatnya tersentak, segera dia ambil ponsel nya.
"Ada apa?" tanya nya ketika mengangkat telpon.
'Pulanglah, mami mu sakit'
Tak menjawab Syakilah malah mematikan sambungan telfon nya. Menghembuskan nafas panjang itulah yang saat ini dia lakukan. Jujur saja meski dia benci pada ibu nya, tapi hati kecilnya masih ada rasa khawatir. Syakilah memutuskan akan pulang nanti setelah dari klub. Seperti biasa Jac sudah menjemputnya tepat pukul tujuh.
"Nona, apa anda tidak pulang?" tanya Jac di selah dia mengemudi.
"Bukan kah sudah ada kekasihnya yang menemani" timpal Syakilah.
"Nyonya ingin anda pulang nona" jawab Jac apa ada nya.
"Tapi bukan kah aku harus menghibur para lelaki dulu"
"Tidak nona untuk hari ini ada yang menggantikan anda" kata Jac memberi tahu. Syakilah memicing melirik Jac yang mengemudi.
"Apa kau yakin?"
"Hem,, dan sekarang saya akan membawa anda ke mension" kata Jac yang menjalankan perintah dari Carlos. Syakilah tersenyum kecut. Hidup nya memang sudah di setir oleh ibu nya.
"Jika kau tahu kenapa harus bertanya"
"Nona, saya hanya menjalan kan tugas, maaf!" ujar Jac, sebenarnya dia juga merasa bersalah, apalagi melihat Syakilah yang sepertinya tertekan.
'Nona, mungkin anda dan nyonya memiliki sudut pandang berbeda, tapi dari lubuk hati kalian saling menyayangi' batin Jac.
Syamil duduk di balkon kamar nya menatap hamparan lautan luas, pikiran nya teringat tadi ketika ayahnya menyuruh dia kembali. Tapi jujur saja dia merasa berat, bisa di bilang dia betah tinggal disini. Sejak bertemu Syakilah dia benar-benar sudah melupakan perasaan nya pada Rauda.
"Rab, perasaan apa ini?" lirih nya seraya memandang ke langit.
"Jika ini sebuah cinta, kenapa engkau hadirkan di waktu yang tak tepat" lanjutnya bermonolog sendiri.
Tapi Syamil harus menepati janjinya pada ayahnya untuk melanjutkan studi dan membantu di perusahaan. Meski dalam lubuk hatinya dia masih berat untuk meninggalkan Syakilah dengan kehidupan kelam yang di jalani Syakilah. Setidak nya sebelum kembali dia harus bisa melepaskan Syakilah dari jerat kehidupan malam tersebut.
'Apa besok kamu senggang' pesan Syamil pada Syakilah.
'Kenapa?' balas Syakilah
'Bisakah bertemu?' tanya Syamil.
'Ok, aku juga ingin mengembalikan sesuatu milikmu' balas Syakilah.
Syamil sedikit mengernyit ketika membacanya, pasalnya dia tidak memiliki barang yang di pinjamkan pada Syakilah.
'Barang apa?' balas Syamil.
Syamil menanti balasan dari Syakilah tapi pesan nya pun belum di baca, akhirnya Syamil memilih masuk ke dalam karena udara cukup dingin.
Sedangkan Syakilah yang sudah sampai di mension langsung masuk ke dalam kamar nya. Sepertinya penghuni mension berada di kamar, jadi Syakilah memutuskan naik ke kamar nya saja. Sampai di kamar Syakilah berkirim pesan dengan Syamil, beruntung Syamil mengirimnya pesan jadi dia tidak jenuh di kamar.
Tok.. Tok..
Pintu kamar Syakilah di ketuk, Syakilah segera membuka pintu dan meninggalkan ponselnya di ranjang.
Klek..
"Ada apa om?" tanya Syakilah ketika mendapati Carlos yang mengetuk.
"Naomi, boleh om bicara sebentar!" tanya Carlos, jujur saja Carlos begitu mencintai Nuri, dia juga menganggap Syakilah seperti anak nya sendiri. Syakilah mengangguk lalu dia mengikuti langkah Carlos.
"Duduklah Naomi!" seru Carlos pada Syakilah, mereka sekarang ada di ruang keluarga. Syakilah pun duduk di sofa yang ada di depan Carlos berada.
"Ada apa om?" tanya Syakilah. Carlos terlihat menarik nafas panjang.
"Om tahu, kamu mungkin membenci om, tapi percayalah om sayang sama ibu kamu Naomi, begitu pun pada kamu yang om anggap seperti anak om sendiri"
"Om tidak bisa menikah dengan ibu mu karena om punya alasan, tapi percayalah om akan selalu melindungi kalian, meski aku tahu rasa cinta ibumu masih terpatri pada ayahmu"
"Apa maksud om?"
"Aku bisa membeli ibumu karena sedari awal aku melihat ibumu wanita yang sederhana dan apa adanya, juga tatapan rasa sedih membuatku mengikat ibumu karena aku tertarik dan menginginkan nya, perlu kau tahu aku mencintai ibumu dan bisa memiliki nya tapi jujur aku kalah jauh dari ayahmu, karena ibumu masih mencintai ayahmu" terang Carlos.
"Bagaimana om yakin tentang hal itu?"
"Aku bisa melihat tatapan ibumu, dan setiap gerak geriknya om tahu, dia sering kali melamun dan memandangi foto ayah mu" jawab Carlos.
"Jujur saja, aku sangat membenci ayahmu karena lelaki sepertinya tidak pantas mendapat cinta, tapi aku sadar aku kalah jauh dari ayah mu, karena aku tidak bisa mendapat cinta ibumu"
"Apa karena itu om tidak mau menikah dengan ibu?"
"Bukan, tapi percayalah jika om sudah mendapatkan perlindungan kuat, aku akan menikahi ibumu, itu janji om, sekarang temuilah ibumu, dia sakit dan tidak mau makan, bujuklah mungkin dengan mu dia mau makan!" ujar Carlos. Syakilah nampak terdiam, haruskah dia menemui ibu nya?