Saat keadilan sudah tumpul, saat hukum tak lagi mampu bekerja, maka dia akan menciptakan keadilannya sendiri.
Dikhianati, diusir dari rumah sendiri, hidupnya yang berat bertambah berat ketika ujian menimpa anak semata wayangnya.
Viona mencari keadilan, tapi hukum tak mampu berbicara. Ia diam seribu bahasa, menutup mata dan telinga rapat-rapat.
Viona tak memerlukan mereka untuk menghukum orang-orang jahat. Dia menghukum dengan caranya sendiri.
Bagaimana kisah balas dendam Viona, seorang ibu tunggal yang memiliki identitas tersembunyi itu?
Yuk, ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16
"Apa yang kalian ributkan?" tanya seorang siswi yang datang setelah mendengar keributan di kelas.
Kerumunan itu terbelah, menunjukkan keberadaan Desy yang mengkerut di dinding.
"Desy?" Ia memanggil, dahinya mengernyit bingung.
"Feny, apa yang kau katakan di grup itu memang benar. Dialah yang mengkonsumsi obat ini bukan Merlia. Dia sengaja memfitnah Merlia agar namanya tidak tercoreng buruk," ujar salah seorang siswi dengan geram.
Feny melihat obat itu, menelisiknya baik-baik. Dia sudah mengetahui sejak lama, tapi membiarkan Desy menuding Merlia karena alasan lain.
"Oh. Aku benar-benar tidak menyangka. Kau yang setiap hari bersama Merlia, kau juga yang membuatnya dikeluarkan dari sekolah. Kau benar-benar jahat, Desy!" ucap Feny yang didukung oleh semua siswa yang hadir.
Teriakan, umpatan, cacian, makian, semakin membuat Desy terpuruk. Tangannya semakin kuat menutup telinga, tapi suara-suara itu masih tetap terdengar.
Jahat!
Kejam!
Munafik!
Pengkhianat!
"ARGH! Cukup!" jerit Desy seraya berdiri dengan tubuh bergetar.
Napasnya tersengal, sesak merebak dalam dada. Matanya merah penuh amarah, ia mengangkat tangan menuding Feny.
"Kau mengatakan aku kejam ... lalu, bagaimana dengan dirimu sendiri? Kau bahkan lebih kejam dariku! Kau binatang! Tidak berperasaan! Kau iblis, Feny!" teriak Desy frustrasi.
Feny mengernyit, Desy adalah seorang siswa yang masuk dalam daftar hitam baginya. Salah satu siswa yang harus hengkang dari sekolah. Ia berjalan mendekat, wajahnya keras penuh murka.
Plak!
Feny menampar Desy cukup keras hingga membuat tubuh gadis itu terjatuh di lantai.
"Kau mengatai aku kejam? Kau mendekati Merlia hanya karena merasa iri terhadapnya. Kau tidak membuli dan lebih memilih menemaninya setiap hari. Kau bertindak seolah-olah manusia paling baik, padahal selama ini kau yang membuat rencana-rencana untuk menjebak Merlia agar terlihat buruk. Sayangnya, selalu gagal!" ujar Feny membuat semua orang tercengang.
Termasuk Viona yang masih mendengarkan. Memang selama ini ada banyak jebakan yang hampir membuat Merlia menjadi seseorang yang buruk. Viona yang selalu menggagalkan, dia masih mencari siapa pelakunya dan ternyata teman yang dianggap baik oleh sang anak.
"Jadi kau yang selama ini membuat jebakan itu?" gumamnya sembari mengepalkan tangan.
"Tidak! Bukan aku! Bukan aku!" teriak Desy yang kembali menutup telinganya. Ia berlari keluar dan pergi meninggalkan sekolah tanpa membawa tas dan ponselnya.
Beruntung tidak ada yang memeriksanya, Feny melempar tas itu keluar kelas dan membiarkannya di sana.
"Apa yang kau katakan itu benar, Feny? Selama ini Desy yang membuat jebakan untuk Merlia? Kukira kau dan teman-temanmu?" tanya seorang siswi tak percaya.
Feny mendelik, menatap tajam padanya.
"Kenapa aku harus membuat jebakan murahan itu? Aku memang suka merundungnya karena dia orang yang lemah, tapi tidak menjebaknya seperti itu. Itu sangat tidak elegan untukku, bukan?" ucap Feny dengan santai menatap semua orang menuntut pembenaran.
Mereka saling menatap satu sama lain, rasa tak percaya masih bersarang di hati. Selama ini yang selalu merundung Merlia adalah Feny bukan Desy, tapi tidak dapat menegur mereka karena Feny adalah salah satu siswa berpengaruh di sekolah itu.
"Sudahlah! Yang terpenting kita sudah mengetahui bahwa Merlia bukanlah pemilik obat itu," ucap mereka membubarkan diri.
Feny tersenyum sinis, dia yakin sekolah akan memanggil orang tua Desy dan mengeluarkannya. Rahasianya akan tetap aman.
Sementara Viona melihat tas Desy yang dilemparkan ke luar jendela. Ia berpura-pura membersihkan lingkungan sekolah, dan memungut tas tersebut untuk kemudian dibawanya ke kantor setelah mengambil ponsel milik Desy.
Viona berpamitan, pergi setelah membuat keributan. Dia hanya tinggal menunggu kabar apa yang akan terjadi esok hari. Viona membuka ponsel Desy, melihat foto-foto di galeri. Ada banyak foto siswa laki-laki populer yang dia ketahui sebagai kekasih Feny. Bahkan, foto tak layak pun Desy menyimpannya.
Viona tersenyum, dan mengirimkan foto-foto tersebut ke nomor Feny yang baru. Ia hanya menunggu hasilnya.
****
Beberapa jam berlalu, berita kematian seorang siswi dari sekolah ternama menggemparkan ibu kota. Dinyatakan mati bunuh diri, di dalam kamarnya. Diduga karena frustasi. Hidup dalam keluarga yang kurang harmonis, yang setiap hari harus melihat pertengkaran orang tuanya.
Ditambah pertemanan yang tidak sehat, selalu memamerkan apa saja. Laki-laki yang dia sukai memilih wanita lain, dan hanya menganggapnya sebagai debu meski sudah menyerahkan semuanya. Desy depresi berat, dan itulah jalan yang dia pilih.
Namun, semua orang tak tahu, rahasia apa yang tersembunyi?
kyknya Peni yg terakhir.. buat jackpot bapaknya.. si mantan Viona..!! 👻👻👻