Kepergian wanitanya menyisakan luka yang teramat dalam bagi Agra. Dari sekian banyaknya waktu yang ia tunggu, hanya pertemuan yang ia harapkan,
Setelah pengingkaran janji yang sempat ia terima, pertemuan masih menjadi keinginannya dalam setiap tarikan nafasnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Misshunter_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketahuan Bunda
Setelah puas dengan separuh Bandung yang Agra dan Kiara lalui, dimalam yang gelap Kiara tetap memaksa untuk pulang dibanding menginap barang satu malam pun,
dengan berteman dingin angin malam, Agra dan Kiara tetap menyusuri jalanan kota untuk cepat sampai di Jakarta,
Kiara semakin merapatkan tubuhnya pada punggung kokoh Agra yang hanya terbungkus kaos tipis, "Bandung dingin ya Gra" ujar Kiara sedikit berteriak
"kamu serius mau pulang malam ini juga? Aku gak yakin kamu kuat sama angin malam" sahut Agra khawatir. Ia hentikan motornya pada bahu jalan,
"kenapa berhenti Gra?" ia tegakan punggungnya, pegal
"harusnya aku ajak kamu keliling Bandung pakai mobil, supaya kamu bisa duduk sambil tiduran dengan nyaman" sesal Agra
"kalau kita keliling Bandung pakai mobil, aku gak bisa peluk kamu kaya gini!" ucapnya menenangkan, sungguh Kiara tak apa, ia senang berkeliling dengan menaiki sepeda motor menikmati angin sepanjang jalan,
Agra usapi lutut Kiara, "didepan sana ada hotel, kita nginep disana untuk malam ini aja"
"Gra!!" sela Kiara
"ini bukan penawaran, tapi perintah!" setelahnya Agra kembali lajukan motor sportnya hingga sampai dihalaman lobby hotel yang Agra maksud,
berjalan bersisian bak sepasang suami istri, menaiki lift setelah ia dapatkan kunci kamar.
pukul 1 dini hari, Agra dan Kiara baru bisa merebahkan tubuh mereka diatas tempat tidur king size setelah membersihkan diri ditengah malam
"besok kita beli baju dulu" ujar Agra saat ia sudah tiduran terlentang disamping Kiara, "Pakai ini gak buruk buruk banget" mengingat saat ini mereka hanya mengenakan bathrobe dengan tali yang melingkar dipinggang
"kamu yakin Gra? Gak papa banget kita pakai ini?" masalahnya kalau sampai bathrobe yang Kiara kenakan merosot kebawah atau terbuka, Agra akan menang banyak pikirnya
"aku gak ada pikiran sampai sana, kamu tidur aja dengan tenang dan aku akan melakukan hal yang sama"
Kiara melirik heran, seperti cenayang saja pikirnya. "tapi.. Kamu budak pecinta sesama jeniskan Gra?" mengingat setiap Agra berujar perihal sesuatu yang berbau dewasa Agra selalu tenang
kelopak mata Agra terbuka, ia miringkan tubuhnya menghadap Kiara sepenuhnya, "kamu meragukan ke jantanan juniorku Ki?"
"ha? Tidak. Aku cuma tanya aja" Kiara ikuti apa yang Agra lakukan, memiringkan tubuhnya dengan berbantal tangan
"aku punya prinsip yang selalu ingin aku genggam dan semoga saja aku tidak melakukan kesalahan yang sama seperti papah"
Kiara mengerutkan keningnya dalam, memang kenapa dengan papah nya,
Agra singkirkan anak rambut yang menghalangi wajah cantik Kiara "aku lahir dari kesalahan papah dan bunda"
"kalau itu aku tahu, kamu lahir setelah perpisahan orang tua kamu kan?" terkanya
"Bukan. Aku lahir tanpa pernikahan"
"ha?" Kiara menatap tepat dibola mata Agra dengan rasa keterkejutannya yang luar biasa,
"gausah kaget gitu. Aku udah berdamai sama keadaanku sejak dulu. Kamu tahu? dulu aku sangat membenci Alea, karna mamahnya yang menyebabkan papah dan bunda gak bisa bersama. Tapi seiring berjalannya waktu aku menganggap semua itu sudah menjadi bagian dari rencana Tuhan. mungkin jalan yang bunda lewati sedikit terjal, tapi Tuhan telah menyiapkan buah yang manis didepan sana dengan menghadirkan ayah dan adik adik ku"
"itu sebabnya aku marah waktu tahu kamu hamil sebelum adanya pernikahan, terlepas dari apa pekerjaan kamu. Tapi yang aku yakini, kamu gak mungkin merugikan diri kamu selamanya hanya untuk kenikmatan sesaat" sambung Agra
Kiara menatap Agra kagum dengan rasa haru yang menyeruak,
"aku minta kamu gak kembali lagi kesana ya Ki.. Apapun yang terjadi nanti. Tolong cari aku, andalkan aku dalam segala hal, aku mau kamu butuhkan dan aku akan selalu bersedia untuk kamu repotkan" ungkap Agra tulus
kedua sudut bibir Kiara melengkung kebawah dengan rasa sedih yang kian terasa, "Gra.. Boleh peyuk" rengeknya manja
Agra dengan senang hati menggeser tubuhnya, ia jadikan lengannya untuk Kiara jadikan bantal, memeluknya beberapa saat, sebelum Agra menjadi orang pertama yang menarik tubuhnya dalam dekapan hangat,
saat Kiara hendak kembali mengalihkan kepalanya pada bantal Agra dengan cepat menahan, "seperti ini lebih baik Ki"
Kiara tersenyum kecil, setelahnya ia kembali miringkan tubuhnya untuk meringsek masuk menempelkan pipinya pada dada bidang Agra yang terhalang bathrobe.
Agra lantas melingkarkan tangannya pada perut ramping Kiara, memejamkan matanya hingga kantuk membawanya dalam buaian mimpi.
**
Saat fajar menyingsing, matahari mulai tampak lebih tinggi dengan kantuk yang masih dominan tak dapat tertahankan, deringan ponselnya membangunkan mimpi indah Agra, dengan gerak malas ia mengambilnya, ponsel yang ia simpan diatas nakas
lantas ia tempelkan benda pipih itu ditelinganya, "hem?" gumamnya
"AGRA!!" sentak suara disebrang sana yang sangat Agra kenal,
Agra lantas langsung menegakan tubuhnya, rasa kantuk seketika menguap, ia lihat siapa nama penelpon yang tertera, nama Rehan disana tapi suara ini, "ini suara bunda" gumam Agra pelan,
"kamu dimana Gra? Rehan keteteran sampai ayah harus turun tangan"
Agra mengucek matanya perlahan "Agra masih di Bandung bun"
"di Bandung? Ngapain kamu disana? Gak mungkinkan masalah pekerjaan wong Rehan nya saja ketinggalan disini" gerutu Kinan
"liburan bun, Abang kangen Bandung" kilahnya, lagi pula Agra tak sepenuhnya berbohong kalau ia memang merindukan Bandung
ceklek..
pintu kamar mandi terbuka, menampilkan Kiara dengan wajah segarnya, berjalan menghampiri Agra dengan tangan yang sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil, "gih.. Giliran kamu yang mandi Gra!!" titahnya tanpa memelankan suara
Saat Kiara mendongak, ia temukan Agra yang menatap kearahnya dengan jari telunjuk yang ia simpan di bibirnya seolah mengatakan Kiara untuk diam,
namun terlambat bunda sudah terlanjur menyadarinya, "Agra Daviandra. Pulang!!" sentak Kinan geram
setelahnya panggilan berakhir sepihak dengan menyisakan kekesalan pada bunda nya. Kiara hampiri duduk disamping Agra penuh sesal "sorry"
Agra tersenyum kecil, "gak papa. Biar jadi urusan ku"
"bunda pasti marah kan?"
Agra menggeleng kecil "gausah kamu pikirin itu oke. Amarah bunda tanggung jawab ku" Agra usap rambut basah Kiara menenangkan, ini semua memang salahnya pergi tanpa memberitahu orang rumah, meninggalkan Rehan dengan pekerjaan yang menggunung begitu saja,
"aku mandi dulu ya.. Kamu pesan pakaian untuk kita, kamu bisa pakai ponselku" ucap Agra, ia bangkit membawa muka bantalnya untuk bergegas membersihkan dirinya, sebelum itu Agra kecup kening Kiara penuh sayang
sementara Agra menyelesaikan ritual mandinya diruangan lembab itu, Kiara melakukan apa yang Agra perintahkan memesan pakaian untuk mereka kenakan pulang ke Jakarta,
"semoga saja pas, aku gak tahu pasti ukuran yang Agra pakai, hanya menerka nerka" gumam Kiara
Agra keluar dari kamar mandi dengan rambut basah yang berantakan bersamaan dengan itu suara bel terdengar, "biar aku aja" cegah Agra menahan saat Kiara hendak bangkit membukakan
dua pesanan yang datang bersamaan, Agra membawanya kehadapan Kiara "kamu pesan apa aja?"
"ha? emm Ini.. Makanan sama pakaian" ujarnya salah fokus pada perut sixpack Agra dengan air yang menetes dari rambutnya, Kiara menelan ludah susah payah, Oh astaga Kiara bukan wanita lugu yang tak tahu apa apa, ia tahu bagaimana rasanya hanya saja pada Agra jantungnya berdebar
Agra yang tak menyadari Kiara mencuri curi pandang kearahnya hanya mengangguk mengerti, mengambil pakaian yang Kiara pilihkan untuknya
Agra membawa pakaian itu kedalam kamar mandi, akan ia kenakan disana pikirnya, sementara Kiara menghela nafas lega, setidaknya jantung bodohnya bisa sedikit berdetak dengan normal, "huh.. Jantung sialan" gerutu Kiara.