Catherine Zevanya Robert Wilson. Gadis dengan sejuta pesona, kecantikan, kekayaan, dan kekuasaan yang membuatnya menjadi idola semua orang.
Gadis yang memiliki hidup sempurna penuh dengan cinta, tapi dibalik kesempurnaan ada luka besar di dalam hatinya. Gadis yang dielu-elukan kecantikannya itu memiliki kisah cinta yang hancur, kesetiaannya dinodai oleh pengkhianatan kekasih dan sahabatnya.
Catherine memiliki sisi misterius yang pemikirannya tidak bisa dijangkau orang lain. Bukan Catherine namanya jika dia diam saja menerima takdir kejam seperti itu, tanpa mengotori tangannya ia akan menghancurkan para pengkhianat.
Untuk menyembuhkan luka hatinya, Catherine memilih kembali ke tempat kelahirannya guna memulai hidup baru. Lalu, apakah Catherine akan memiliki kisah cinta baru?
"Balas dendam terbaik adalah dengan melihat kehancuranmu."
"Jangan jatuh cinta padaku, itu menyakitkan."
"Catherine, sepertinya aku tertarik padamu."
"Aku siap menunggu kamu jatuh cinta padaku."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nameila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menolak Rasa?
"Sekian untuk pertemuan hari ini, pelatihan kita akan dimulai Minggu depan." Ucap Aron menatap semua anggota baru club musik.
"Terimakasih sudah menyempatkan waktu untuk datang. Selamat sore semua." Sambung Aron.
"Sore Kak."
Semua anggota baru bangkit dari duduk mereka, satu-persatu mulai keluar meninggalkan ruang musik. Rania menatap Catherine yang hanya diam saja sejak tadi, tidak seperti biasanya.
"Catherine, ayo pulang."
Catherine tersentak pelan. "Iya ayo Ran." Ucapnya.
"Lo kenapa? Perut Lo masih sakit?" Tanya Rania khawatir.
Catherine menggelengkan kepalanya. "Aku gapapa, cuma capek aja. Pengen cepet-cepet pulang." Ucapnya dengan tersenyum lembut.
Rania mengangguk. "Bener, gue juga capek banget sumpah."
"Yaudah ayo kita pulang. Kamu bawa mobil apa dijemput?" Tanya Catherine, ia bangkit dari duduknya memakai tas.
"Gue dijemput Diky, ini udah di depan dia." Jawabnya sambil memperlihatkan ponselnya berisi pesan Diky.
"Jadi gak bisa pulang bareng dong kita." Ucap Catherine.
Rania menghela nafasnya lesu. "Besok deh gue jemput Lo, kita berangkat bareng."
Catherine mengangguk setuju. "Oke."
"Ayo keluar." Rania menggenggam tangan Catherine dan menariknya.
Sebelum keluar ruangan, ia sempat melihat Reyhan yang tersenyum padanya. Catherine menghembuskan nafasnya. "Dia kenapa sih?" Batinnya.
Reyhan menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa dia tidak membalas senyumanku? Dia tadi lihat bukan? Atau jangan-jangan dia tidak melihat ke arahku" Batin Reyhan.
Reyhan melihat ke samping kanan, kiri dan belakangnya tapi tidak ada siapapun, jadi sudah jelas jika Catherine tadi melihat ke arahnya. "Apa dia sengaja tidak merespon?"
Dimas melihat Reyhan yang melamun di belakang, ia jadi teringat pembahasan mereka tadi soal Naya.
Apa mungkin dia kembali teringat pada gadis itu? apalagi tadi ada Naya yang sengaja duduk di dekat Reyhan.
"Kasihan sekali Reyhan, pasti berat banget cobaannya buat move on." Batin Dimas.
Reyhan menatap ke depan. Alisnya terangkat ketika melihat Dimas yang menatapnya seperti ekspresi kasihan?
"Ada apa dengannya?" Gumam Reyhan.
Dimas berjalan mendekati Reyhan, ia menatapnya tak tega. Dimas menepuk pelan pundaknya.
"Sabar Rey, gue tau perasaan Lo. Awalnya emang berat, tapi gue yakin Lo pasti bisa lupain dia asal Lo mau berusaha. Semangat kawan!!" Ucapnya dengan mengepalkan tangannya kuat ke udara.
Reyhan menatap Dimas aneh. "Kenapa Lo?"
Dimas menggeleng pelan. "Lo gak usah sungkan. Gue siap dengerin semua cerita Lo." Ucap Dimas prihatin.
Reyhan semakin mengernyitkan dahinya. "Lo ngomong apa sih? Aneh."
"Gue tau sulit buat Lo move on dari Naya, tapi gue di sini siap dukung Lo. Gak usah pikirin Naya lagi, Lo berhak bahagia brother." Ucapnya menepuk pundak Reyhan.
"Gue gak mikirin dia." Ucap Reyhan.
Dimas membulatkan matanya. "Terus Lo mikirin siapa kalo bukan Naya?" Tanyanya dengan penasaran.
"Kepo Lo." Ucap Reyhan meninggalkan Dimas.
"Ck padahal gue peduli sama dia." Gerutu Dimas.
"Reyhan tungguin gue." Dimas berlari menyusul temannya yang sudah pergi.
Catherine dan Rania keluar dari ruang musik, mereka berjalan beriringan, sepanjang jalan dia tidak berhenti berbicara.
Ada saja yang dibicarakan, bahkan Catherine terkadang heran, bagaimana bisa Rania tidak kehabisan cerita.
Saat mereka sampai di persimpangan lorong menuju parkiran dan gerbang keluar kampus akhirnya mereka berhenti.
"Kita berpisah di sini deh." Ucap Rania tidak rela.
Catherine terkekeh geli. "Udah sana, itu Diky nunggu kamu lama."
Rania memutar bola matanya kesal melihat Diky yang melambaikan tangan pada Catherine dengan semangat dan senyum yang lebar.
"Kayaknya dia lebih seneng ketemu sama Lo daripada gue Rine." Ucap Rania.
Catherine menertawakan ucapan Rania. "Diky juga adik aku."
"Yayaya Lo emang Kakak tersayangnya dia." Ucap Rania.
Catherine menahan tawanya. "Sana pulang. Ini udah sore."
Rania mengangguk dan memeluk Catherine sebagai salam perpisahan. "Gue pulang dulu, Lo hati-hati di jalan, Lo masih kelihatan lemes jadi jangan ngebut nyetirnya."
"Iya Ran, kamu juga hati-hati." Ucap Catherine.
Rania melepaskan pelukannya. Kemudian pergi menyusul Diky yang sudah menunggunya di luar gerbang. Sebelum masuk ke dalam mobil ia melambaikan tangan pada Catherine.
Catherine membalas lambaian tangannya. Setelah itu mobil Rania pergi meninggalkan kampus.
"Catherine." Panggil seseorang.
Catherine menoleh, di sana ada Aron yang berjalan mendekat ke arahnya. "Kenapa Kak?"
Aron tersenyum manis melihat Catherine."Lo mau ke parkiran kan?"
"Iya Kak." Jawabnya.
"Yaudah bareng. Gue juga mau ke parkiran." Ucap Aron.
"Boleh.." Jawab Catherine yang kemudian melanjutkan langkahnya.
"Oh iya Cath, gimana keadaan Lo?" Tanya Aron.
Catherine menoleh dengan mengernyit bingung. "Memangnya kenapa Kak?"
"Tadi Lo sempet sakit di UKS, keadaan Lo sekarang gimana?" Tanya Aron.
Catherine mengerjapkan matanya heran. "Kak Aron tahu darimana?"
Aron tersenyum gemas. "Tadi pagi gak sengaja ketemu Rania, terus denger kalo Lo sakit. Gue sama Reyhan sempet jenguk Lo, tapi Lo masih tidur." Jelasnya.
Catherine terdiam ketika mendengar ucapan Aron, apa katanya tadi? Datang bersama Reyhan?
Jadi sebelumnya Reyhan sudah menjenguk dirinya, tapi kenapa tadi balik lagi? Pikir Catherine.
"Oh gitu, maaf ya Kak aku gak tahu kalo ada Kakak. Aku udah baik-baik aja kok sekarang." Ucap Catherine.
Aron tersenyum lega. "Syukur kalo gitu. Lo kalo sakit gak usah dipaksa buat berangkat kuliah Cath."
Catherine hanya mengangguk mendengarkan ucap Aron. "Iya Kak."
Saat ini mereka telah sampai di parkiran, Catherine langsung menuju mobilnya tapi tangannya dicekal Aron.
"Ada apa ya Kak?" Bingung Catherine.
Aron melepaskan tangannya, ia menggaruk tengkuknya. "Hati-hati ya Cath." Ucapnya.
Catherine mengangguk dan tersenyum tipis. "Iya, Kak Aron juga hati-hati di jalan."
Aron tersenyum lebar mendengar ucapan Catherine. Ia mengangguk dengan semangat kemudian pergi menuju mobilnya.
Catherine merasa lega melihatnya, berada di dekat Aron membuat jantungnya berdegup kencang.
Catherine duduk di mobil dengan diam. Setelah mobil Aron pergi, ia baru menjalankan mobilnya.
Saat sampai di pintu gerbang keluar, ia tak sengaja berhenti di samping Reyhan. Catherine menoleh ke samping, matanya bertemu dengan mata tajam milik pria itu.
Reyhan mengetuk kaca mobilnya Catherine. Ia tersentak kecil kemudian menurunkan kaca mobilnya. "Kenapa Kak?"
Reyhan hanya menatap Catherine, tangannya terulur menyerahkan coklat padanya. "Buat Lo."
Catherine menatap coklat itu sedikit ragu, ia mendongak menatap Reyhan kemudian beralih pada coklat.
Catherine pun mengambil coklat itu. "Terimakasih." Ucapnya.
Reyhan tersenyum dalam helmnya, sayangnya Catherine tidak melihat itu. "Hati-hati di jalan Cath." Ucapnya. Setelah itu ia langsung pergi menancap gasnya.
Catherine menatap kepergian Reyhan. "Aneh." Gumamnya.
Catherine membolak-balikkan coklat itu. "Ini gak dikasih racun kan?"
Catherine menggelengkan kepalanya. "Kamu mikir apasih Cath. Mana mungkin Kak Reyhan begitu."
Kemudian Catherine meletakkan coklatnya di dalam tas dan melanjutkan perjalanannya meninggalkan kampus.
...----------------...
Catherine membolak-balikkan tubuhnya ke kanan, kiri, tengkurap, bahkan terlentang tapi matanya tetap saja tidak mau terpejam.
Kata-kata Reyhan tadi siang sangat menganggu dirinya, entah kenapa ia kepikiran sampai sekarang.
"Catherine, sepertinya gue tertarik sama Lo."
Jantungnya berdebar kencang setelah Reyhan mengatakan itu. Bukan berdebar karena senang atau gugup, tapi ada rasa tidak nyaman saat mendengarnya, seperti ada yang mengganjal hatinya.
Catherine memejamkan matanya, ia berusaha membuang bayangan Reyhan yang masuk ke kepalanya.
"Tenang Catherine, Kak Reyhan pasti cuma bercanda. Kita bahkan gak terlalu banyak interaksi, jadi gak mungkin dia bisa tertarik sama aku."
Drt Drt Drt
Catherine bangkit dari tidurnya, ia mengambil ponsel di meja, siapa yang malam-malam begini menelepon dirinya.
Catherine melihat ke layar ponsel, nama Rania muncul di sana. Catherine dengan cepat mengangkat panggilannya.
"Hallo Rania."
"Ah Catherine... Untung Lo belum tidur." Terdengar hembusan nafas Rania di seberang sana.
"Emangnya kenapa Ran?" Tanya Catherine.
"Gue gak bisa tidur, gara-gara nonton film horor. Mana kebayang terus lagi wajah hantunya."
"Udah tahu takut nonton film horor, kenapa nekat?"
"Gue penasaran, kata temen-temen sekelas gue bagus. Eh ternyata serem banget, nyesel gue."
"Udah gak usah dibayangin, sekarang kamu tidur aja terus bayangin aja lagi ngitung domba. Nanti juga tidur."
"Lo bener juga, ini kan yang sering kita lakuin kalo gak bisa tidur." Catherine bisa mendengar suara kekehan Rania.
"Yaudah sana tidur."
"Iya iya, Lo juga tidur. Tumben banget jam segini belum tidur."
Catherine berdehem, tidak mungkin dia bilang ke Rania jika ia tidak bisa tidur karena kepikiran kata-kata Reyhan, bisa heboh sahabatnya ini.
"Aku juga mau tidur tadi, terus kamu telfon."
"Jadi gitu, yaudah deh ayo tidur Rine. Selamat malam my baby bunny Catherine."
"Selamat malam Rania."
Sambungan telepon mereka terputus, Catherine kembali merebahkan tubuhnya. Ia mencari posisi yang nyaman setelah itu menyelimuti tubuhnya.
Catherine baru memejam beberapa detik, matanya kembali terbuka karena ponselnya kembali berdering.
Catherine berdecak. "Katanya tadi Rania mau tidur, kenapa telfon lagi sih."
Tanpa melihat siapa yang menghubunginya ia langsung saja mengangkat telfon itu.
"Kenapa lagi Ran? Tadi katanya mau tidur. Masih gak-" Ucapan Catherine terpotong.
"Hallo Catherine?" Suara seorang pria.
Catherine seketika melihat layar ponsel. Bukan Rania yang menghubunginya tapi nomor tidak kenal.
Catherine melihat nomor asing itu dengan bingung. ia mendekatkan ponselnya ke telinga.
"Hallo? Ini siapa?" Ucapnya.
Terdengar suara deheman di seberang sana. "Catherine?"
"Iya. Ini siapa ya?"
Catherine mengernyit karena tidak ada jawaban, ia menebak ini pasti nomor orang usil yang sengaja mengerjainya.
"Kalau tidak ada yang mau dibicarakan saya tutup teleponnya." Catherine hendak mematikan sambungan telepon itu tapi ada suara yang mencegahnya.
"T-tunggu Cath."
"Ini siapa? Apa kita saling kenal?" Tanya Catherine.
"Lo gak kenal sama suara gue?" Ucap pria tersebut.
Catherine benar-benar tidak mengenal suara ini. "Ini orang iseng ya? Atau jangan-jangan penipu. Udah deh saya tutup aja-"
"Gue Reyhan."
Catherine membulatkan matanya dengan sempurna mendengar ucapan itu. "Siapa?"
"Gue Reyhan Catherine. Lo beneran gak ngenalin suara gue ya?"
"Kak Reyhan?" Lirihnya.
"Iya ini gue." Ucap Reyhan.
Catherine berdehem sebentar, kenapa ia merasa gugup sekarang.
"Ada apa Kak?" Tanya Catherine.
"Gak ada, cuma pengen telfon aja." Ucap Reyhan dengan entengnya.
Catherine terdiam karena merasa aneh dengan Reyhan. "Apa dia gak punya kerjaan lain?" Batin Catherine.
"Oh." Jawab Catherine singkat.
"Kenapa belum tidur?"
Catherine bangun, ia duduk menyila di kasur. "Tadi udah mau tidur."
"Gue ganggu ya?"
"Iya." Jawab Catherine terus terang.
Di kamarnya Reyhan terkekeh kecil mendengar jawabannya, kenapa Catherine langsung mengiyakan ucapannya.
Reyhan bangkit dari duduknya, ia berjalan mengambil gelas di nakas. Melihat airnya sudah kosong, ia keluar kamar menuju dapur.
Catherine mengernyitkan dahinya saat mendengar suara langkah kaki menuruni tangga dari teleponnya. "Kak Reyhan ngapain lagi?" Batinnya
Reyhan meletakkan ponselnya di meja dapur, ia mengambil minum di kulkas lalu menuangnya ke dalam gelas. Ia minum sejenak untuk menuntaskan dahaganya. Reyhan mengambil ponsel yang masih terhubung dengan Catherine.
"Hallo Catherine."
"Iya Kak." Jawabnya di seberang sana.
"Gue kira Lo ketiduran."
Terdengar suara decakan kecil, Catherine pasti tengah kesal sekarang. "Kak Reyhan masih telfon, gak mungkin aku tidur." Jawabnya.
"Maafin gue udah ganggu jam tidur Lo."
"Sebenernya Kak Reyhan mau ngomong apa? Gak mungkin kan tiba-tiba telfon tapi gak ada tujuan."
"Kalo gue bilang kangen sama Lo, apa Lo percaya?" Ucap Reyhan.
"Enggak."
Reyhan rasanya ingin tertawa saat mendengar jawabannya. "Gue serius Catherine."
"Terus aku harus apa Kak?" Tanya Catherine polos.
Reyhan merasa gemas dengan Catherine, "Gak ada, Lo cuma perlu jawab aja telfon gue."
"Ini udah." Jawabnya.
"Catherine, gue mau ngomong sama Lo."
"Daritadi Kak Reyhan udah ngomong kan?!"
Reyhan pun tertawa pelan, ia tahu Catherine sedang menahan emosinya sekarang. Ah kenapa ia merasa gadis itu sangat lucu.
"Gue mau ngomongin soal tadi siang."
Reyhan tidak mendengar jawaban apapun dari Catherine, ia mengernyit heran. Apa mungkin dia tidur?
"Catherine?"
"Ah iya Kak Kenapa?"
"Soal ucapan gue tadi siang-" ucapan Reyhan dipotong Catherine.
"Gapapa Kak, Catherine ngerti kok. Kak Reyhan cuma bercanda." Ucapnya.
Sebelah alis Reyhan terangkat seketika, kenapa Catherine mengatakan itu. Apa ia tidak melihat keseriusan diwajahnya saat mengatakannya.
"Gue gak bercanda."
Catherine yang duduk bersila di kamarnya pun langsung turun dari kasur dan berdiri tegak. "Maksud Kak Reyhan?"
"Gue gak bercanda, gue emang tertarik sama Lo." Jawab Reyhan di seberang sana.
"Bagaimana bisa Kak? Kita aja baru saling kenal. Kita cuma ketemu beberapa kali, gak banyak berinteraksi juga. Gak mungkin Kak Reyhan tertarik sama aku."
Terdengar suara tawa kecil dari Reyhan. "Apanya yang gak mungkin Catherine. Gue serius tertarik sama Lo."
Catherine duduk di kasurnya, tangannya memilin ujung baju tidurnya. "Kenapa suka sama aku Kak?"
"Gue gak bisa jelasin, karena memang gak ada alasan buat gak tertarik sama Lo."
Catherine harap Reyhan hanya bercanda mengatakan ini semua. Perasaan Catherine sungguh tidak nyaman.
"Catherine, jangan pernah berpikiran kalo gue bercanda. Gue serius."
"Kak Reyhan bisa baca pikiran orang?" Suara tawa renyah Reyhan terdengar jelas ditelinga Catherine.
"Gue nebak aja."
Catherine menghela nafas tak tahu harus mengatakan apa pada Reyhan. Rasanya sangat canggung sekarang. "Kenapa aku Kak?"
"Karena itu Lo, Catherine. Jadi gue tertarik."
"Tapi Kak... bagaimana bisa."
"Ini tentang rasa Cath. Jadi bisakah aku mengenalmu lebih dekat Catherine?"
"... Jangan Kak."
...****************...