Marsya adalah seorang dokter umum yang memiliki masa lalu kelam. Bahkan akibat kejadian masa lalu, Marsya memiliki trauma akan ketakutannya kepada pria tua.
Hingga suatu malam, Marsya mendapatkan pasien yang memaksa masuk ke dalam kliniknya dengan luka tembak di tangannya. Marsya tidak tahu jika pria itu adalah ketua mafia yang paling kejam.
Marsya tidak menyangka jika pertemuan mereka adalah awal dari perjalanan baru Marsya. Dan yang lebih mengejutkan lagi, ternyata ketua mafia yang bernama King itu ada kaitannya dengan masa lalu Marsya.
Akankan Marsya bisa membalaskan dendam masa lalunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 18 King Mulai Curiga
Tessa keluar dari kamar Marsya dan Marsya tampak lemas. "Kok Nyonya Tessa jahat banget, padahal aku lihat Tuan King sangat mencintainya," batin Marsya.
Marsya merasa sangat kasihan kepada King, entah apa yang akan terjadi jika suatu saat King mengetahui akan pengkhianatan Tessa dan juga kakaknya.
Malam pun tiba....
Malam ini Marsya sama sekali tidak bisa tidur, entah kenapa dia memikirkan King. Dia tidak bisa membayangkan begitu sangat menyakitkannya King kala tahu akan perselingkuhan Tessa dan Raja. Terdengar deru mobil berhenti di depan mansion, Marsya pun bangkit dan mengintip dari balik jendela kamarnya.
"Tuan King pulang, bukannya harusnya dia pulang besok?" batin Marsya kaget.
King langsung masuk ke dalam rumah, dia menuju kamar Tessa. Tessa sampai kaget kala mendengar pintu kamarnya terbuka dengan sangat kasar. "King," lirih Tessa.
"Kenapa kamu tidak mengangkat teleponku bahkan pesanku sama sekali tidak kamu balas?" tanya King dengan tatapan tajamnya.
"Sayang, tenang dulu jangan marah-marah aku bisa menjelaskannya," ucap Tessa menghampiri King dan berusaha menenangkan King.
Tessa menarik tangan King dan membawanya duduk. "Sayang, ponsel aku rusak jadi aku tidak bisa mengangkat dan membalas pesan dari kamu, maafkan aku," dusta Tessa dengan menyandarkan kepalanya ke pundak King.
Tessa berharap King percaya akan ucapannya. Napas King masih ngos-ngosan menahan amarah yang sudah dia tahan dari kemarin. "Maafkan aku, kamu jangan marah lagi ya," ucap Tessa sembari mengusap lengan King.
"Kamu tahu 'kan kalau aku adalah orang yang gampang sekali marah? tapi kenapa kamu suka membuat aku khawatir, aku takut kamu kenapa-napa makanya aku sangat marah jika kamu tidak mengangkat dan membalas pesan dari aku," ucap King.
"Iya, aku tahu. Maafkan aku," sahut Tessa.
King sudah sedikit tenang, dia memang akan selalu luluh jika berhadapan dengan Tessa. Cinta King kepada Tessa begitu sangat besar namun sayang Tessa sudah mengkhianati King berselingkuh di belakang King dengan Raja, kakak King sendiri. King melepaskan tangan Tessa, dia memajukan wajahnya berniat ingin mencium Tessa namun dengan cepat Tessa memalingkan wajahnya membuat King mengerutkan keningnya.
"Maaf King, saat ini aku sedang sariawan bibir aku perih sekali," dusta Tessa.
King mengepalkan kedua tangannya. "Istirahatlah, sudah malam," ucap King.
Tanpa basa-basi lagi, King pun segera keluar dari kamar Tessa dengan perasaan yang lumayan dongkol. Tessa hanya bisa menghembuskan napasnya, dia benar-benar takut jika King mengetahui semuanya. Jika King tahu, sudah dipastikan dirinya akan tinggal nama karena dia tahu bagaimana sifat King.
"Aku harus bicara dengan Raja, aku tidak bisa terus-terusan membohongi King bagaimana pun King harus tahu yang sebenarnya," batin Tessa.
King berjalan dengan sangat cepat, dia begitu sangat emosi mendapatkan penolakan dari Tessa. Semenjak Tessa sadar dari komanya, Tessa seakan menghindar terus dari King bahkan Tessa menolak King untuk menikahinya dengan alasan kondisinya masih belum pulih. King masuk ke dalam kamarnya dan segera melepaskan jasnya.
"Aku merasa ada yang aneh dengan Tessa, aku merasa Tessa sedang menyembunyikan sesuatu," geram King.
***
Keesokan harinya....
Seperti biasa, semuanya sarapan bersama di meja makan. Tessa mengambilkan makanan untuk King dan untuk Raja membuat King menatap Tessa dengan tatapan tajamnya. Sedangkan Marsya tampak gugup, sungguh dia takut jika pagi ini terjadi perkelahian antara kakak beradik itu.
"Daddy, pagi ini Arsy ingin diantar Daddy sama Mommy ke sekolah," pinta Arsy.
"Aduh sayang, hari ini Mommy tidak bisa mengantar kamu soalnya Mommy masih tidak enak badan," sahut Tessa dengan pura-pura lemas.
"Jangan memaksakan Mommy kamu, kasihan dia. Biarkan Mommy kamu istirahat," sambung Raja dengan senyumannya.
King dan Marsya seketika menoleh ke arah Raja. Jantung Marsya langsung dag-dug karena sepertinya Raja keceplosan dengan memperlihatkan perhatiannya kepada Tessa. Berbeda dengan King, yang lagi-lagi mengerutkan keningnya mendengarkan ucapan Raja yang seakan perhatian kepada Tessa.
"Sejak kapan kamu perhatian kepada Tessa?" tanya King dingin.
Raja dan Tessa terdiam. "Nyantai King, aku tidak ada maksud apa-apa kok kepada Tessa, aku hanya membantu memberikan pengertian untuk Arsy," sahut Raja dengan bersikap santai.
King menghentikan sarapannya. "Arsy, Ratu, cepat habiskan sarapan kalian, pagi ini biar Daddy yang antar kalian," ucap King dengan bangkit dari duduknya.
Marsya terdiam, sungguh pagi ini jantung dia benar-benar tidak aman. Aura King sangat menakutkan, biasanya Marsya tidak takut kepada King tapi pagi ini raut wajah King benar-benar menyeramkan. Arsy dan Ratu segera menghabiskan sarapannya, lalu mereka pun pergi bersama Marsya.
King mengemudikan mobilnya dan Marsya duduk di samping King. Sedangkan Arsy dan Ratu duduk di kursi belakang. Tidak ada pembicaraan sama sekali, Marsya hanya bisa meremas tangannya sendiri karena dia merasa gugup duduk di dekat King.
"Kenapa aku merasa gugup duduk di dekat Tuan King?" batin Marsya.
"Apa ada yang mengganggu kalian di sekolah?" tanya King.
"Tidak Uncle," sahut Ratu.
"Arsy sudah punya banyak teman, Daddy," celoteh Arsy.
"Baguslah," sahut King dingin.
"Astaga, dingin sekali tanggapan Tuan King," batin Marsya.
"Untuk kamu, Marsya. Jangan pernah kamu mempengaruhi anak-anak untuk melakukan hal diluar nalar. Arsy dan Ratu bukan anak-anak sembarangan, banyak diluar sana yang mengincar mereka jadi kamu harus hati-hati," tegas King.
"Tuan punya banyak musuh?" tanya Marsya dengan polosnya.
"Banyak, dan aku tidak mau jika Arsy dan Ratu kenapa-napa," sahut King.
"Siapa sebenarnya Tuan King?" batin Marsya penasaran.
Tidak membutuhkan waktu lama, mereka pun sampai di sekolah anak-anak. King keluar dari mobilnya, lalu membukakan pintu untuk Arsy dan juga Ratu. Begitu pun dengan Marsya yang ikut keluar dan merapikan baju kedua anak itu.
King memperhatikan aksi Marsya. "Kenapa harus orang lain yang perhatian kepada Arsy, kenapa Mommynya sendiri tidak perhatian," batin King.
"Arsy masuk dulu, Daddy," ucap Arsy.
"Iya, sayang." King menciumi seluruh wajah Arsy.
"Uncle, Ratu juga masuk dulu," sambung Ratu.
"Oke." King mencium kepala Ratu.
Marsya merasa sedih melihat perlakuan King kepada anak-anak. King terlihat begitu sangat menyayangi keduanya terutama kepada Arsy, namun sayang Arsy sepertinya memang bukan anak King karena wajah Arsy lebih mirip Raja. Arsy dan Ratu berlarian masuk ke dalam sekolah, sedangkan Marsya melambaikan tangannya kepada kedua anak itu.
Setelah Arsy dan Ratu sudah tidak terlihat lagi, Marsya pun hendak pergi ke tempat jajanan yang kemarin. Namun Marsya ceroboh, dia tidak lihat kiri dan kanan sehingga dia tidak sadar ada motor yang melakukan sangat kencang. King secepat kilat menarik Marsya, sehingga Marsya jatuh ke pelukan King membuat Marsya membelalakkan matanya.