Airin dan Assandi adalah pasangan suami istri yang saling dijodohkan oleh kedua orang tuanya dari kecil. Namun Assandi sangat tidak suka dengan perjodohan ini. Dia merasa ini adalah paksaan untuk hidupnya, bahkan bisa bersikap dingin dan Kasar kepada Airin. Namun Airin tetap sabar dan setia mendampingi Assandi karena dia sudah berjanji kepada orang tuanya untuk menjaga keutuhan rumah tangga mereka. Akankah Airin sanggup bertahan selamanya? Ataukah Assandi akan luluh bersama Airin? Atau malah rumah tangga mereka akan retak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DewiNurma28, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengakuan
Malam ini Airin menemani Assandi yang sedang menghirup udara segar di balkon.
Mereka berdua menatap langit malam yang cerah banyak bintang bertebaran.
Airin mengamati wajah suaminya yang segar. Karena dia sudah sembuh dan bisa melakukan aktivitasnya kembali.
"Kamu kenapa menatapku begitu?" Tanya Assandi yang masih menatap langit.
Airin menunduk, "Maaf mas, aku hanya senang kamu sudah sembuh."
"Hmm, maafkan soal kejadian tadi siang."
Airin mendongak menatap Assandi, "Kejadian tadi siang? Yang mana mas?"
Assandi menghela napas kesal, "Aduh, kamu itu benar-benar polos atau memang pura-pura sih."
"Maaf mas, aku memang tidak tahu. Karena kejadian yang menimpaku banyak."
Assandi tertegun, dia menatap wajah Airin yang sudah menunduk.
"Kejadian apa memangnya?"
Airin menggeleng cepat, "Ah, tidak mas hanya seperti biasa."
Assandi hanya diam berpaling menatap jalanan di bawahnya. Dia merenungi mengenai apa yang telah dia perbuat terhadap Airin.
Sebenarnya Assandi tidak terlalu menyesali menikahi perempuan itu. Hanya saja Airin datang disaat yang tidak tepat.
Disaat Assandi masih mengharapkan Rosy untuk menjadi pendampingnya. Tetapi Kakeknya sangat menentang dirinya agar tidak menikahi wanita lain kecuali pilihan kakeknya sendiri.
Orang tuanya menuruti apa yang dikatakan kakeknya. Karena mereka tidak ingin kehilangan warisan untuk putra pertamanya.
"Aku, benar-benar minta maaf Rin." Ucap Assandi tulus.
Airin terkejut dengan permintaan maaf Assandi yang terdengar tulus. Dia mengamati ekspresi wajah suaminya.
"Aku sudah membuatmu terluka selama tiga tahun ini." Lanjutnya.
Airin masih diam mendengarkan dengan baik ucapan dari laki-laki itu.
Assandi menghela napas lagi, "Jika kamu ingin berpisah denganku silahkan, aku nggak akan memaksa."
Jantung Airin berdebar mendengar kata perpisahan yang dilontarkan Assandi.
"Ma-maksud mas bagaimana?"
Assandi menunduk memejamkan matanya sejenak, "Aku tidak akan memaksakanmu lagi untuk melayaniku sebagai istriku. Jika kamu merasa terkekang karena hidup di keluargaku. Maka tinggalkanlah kami."
Hati Airin terasa tertusuk senjata tajam. Dia merasa sakit mendengar Assandi berkata seperti itu.
Karena Airin tidak pernah ada niatan untuk meninggalkannya. Bahkan dia sangat rela hidup terkekang untuk keluarga besar suaminya.
Sebab adanya mereka, Airin jadi mempunyai keluarga yang lengkap.
"Kenapa mas berkara begitu? Aku tidak ada rasa tertekan sama sekali disini."
Assandi menatap wajah Airin, dia bisa melihat bola mata itu sudah berkaca-kaca.
"Maafkan aku Airin, aku memang tidak mencintaimu. Aku masih mencintai Rosy. Bahkan sampai sekarang kamu berada di kehidupan keluargaku. Aku sama sekali tidak ada rasa cinta kepadamu."
Air mata Airin sudah terjun bebas membasahi pipinya. Hatinya merasa tersayat mendengar pengakuan dari Assandi.
Dia menunduk terisak, "Hiks, hiks, aku sudah tau jika kamu dari awal tidak menyukaiku mas. Tapi aku tidak masalah. Karena memang cinta tidak bisa dipaksakan. Hiks, hiks."
Assandi semakin merasa bersalah mendengar suara isakan dari Airin.
"Maafkan aku Rin, aku benar-benar minta maaf. Jadi tolong kamu memahami aku ya, jangan membuatku bingung dan frustasi dengan keadaan ini. Aku hanya ingin memperjuangkan cintaku kepada Rosy agar kakek merestuinya."
Hati Airin semakin sakit, selama ini memang dia tidak pernah diperjuangkan oleh Assandi. Malah dia yang selalu berjuang sendiri untuk bisa berdekatan dengan suaminya ini.
Tetapi sekarang, hatinya benar-benar rapuh karena mendengar secara langsung pengakuan dari suaminya.
Mungkin ini saatnya bagi Airin untuk mundur dan menjauh dari laki-laki itu.
"Iya mas, aku maafkan. Aku juga ingin meminta maaf denganmu karena sudah masuk kedalam kehidupanmu."
Airin menarik napasnya pelan, "Hiks, mulai sekarang aku tidak akan mengganggumu lagi mas."
"Terima kasih Airin, kamu sudah mau mengerti perasaanku."
Assandi memeluk erat tubuh Airin. Dia melampiaskan rasa bersalahnya agar Airin bisa tenang.
Namun, dia tidak menyadari jika perempuan yang dia peluk itu sama sekali hatinya tidak bisa tenang.
Dia akan terus memikirkan bagaimana caranya untuk bisa menjauh dari Assandi. Tanpa kakeknya tahu dan Assandi bisa mendapatkan warisan keluarga besarnya.
Airin melepaskan pelukannya, "Sudah malam mas, kamu masuk ke kamar dan beristirahatlah."
Assandi mengangguk meninggalkan Airin yang masih berdiri sendirian di balkon. Bahkan perempuan itu masih sempat tersenyum kepadanya setelah apa yang dia lakukan tadi.
Airin kembali menatap langit, dia memejamkan matanya menikmati setiap hembusan angin malam.
Jantungnya masih bergemuruh tidak karuhan karena ucapan Assandi tadi.
Dia menyentuh dadanya yang merasa sangat sakit, "Awwkh, mungkin ini sudah takdirku untuk berpisah dengan Mas Sandi."
Airin berjalan memasuki rumah, disana dia melihat Leo yang duduk memainkan tablet androidnya.
Airin mengusap dengan bersih air mata di wajahnya. Dia berpura-pura tersenyum dan tenang agar kakeknya itu tidak mencurigainya.
Kemudian dirinya berjalan menuju perpustakaan untuk menghampiri kakeknya.
"Kakek." Sapa Airin.
Leo menoleh menatap Airin yang sudah berdiri tegak di sampingnya.
"Kamu kok belum tidur sayang."
Airin menggeleng pelan, "Belum kek, saya boleh duduk disini?"
Leo mengangguk senang, "Tentu boleh, kenapa aku melarangnya."
Airin tersenyum lembut, dia duduk di sofa depan Leo.
"Maafkan aku kek mengganggu waktunya."
"Tidak apa-apa, memangnya kenapa?"
Airin menunduk meremas jemarinya. Dia bingung harus berkata apa dengan kakeknya.
Tapi dia teringat sesuatu yang ingin disampaikan dengan kakeknya.
"Em, kek, beasiswa saya bulan depan sudah di mulai. Karena sebentar lagi saya akan lulus."
"Oh iya, tapi kamu serius ingin mengikuti beasiswa itu?"
Airin mengangguk mantab, "Iya kek, saya sangat menginginkannya."
"Tapi, kenapa kamu harus mengikuti beasiswa? Kan kakek masih sanggup membiayaimu untuk kuliah."
"Tidak apa-apa kek, saya hanya ingin mandiri. Saya tidak ingin selalu mebebani kakek dan Mas Sandi."
"Tidak masalah bagi kakek, karena kamu sudah keluarga kami. Apalagi kamu sudah menjadi cucu kakek."
Airin semakin bingung, karena kakeknya pasti akan berusaha mencegah dirinya untuk tidak melanjutkan beasiswa itu.
Sebab beasiswa itu harus ditempuh melalui karantina berbulan-bulan. Apalagi harus ada materi les yang harus dia ikuti.
Awalnya dia ragu untuk mengikutinya, karena masih kepikiran dengan keadaan Assandi.
Tapi setelah laki-laki itu mengakuinya secara langsung dihadapan Airin. Membuat perempuan itu semakin yakin untuk ikut program beasiswa yang dia incar.
"Tapi, bagaimana kamu akan mengatur waktumu nanti untuk Assandi nak?" Sambung Leo.
Airin menatap sedih wajah Leo, dia tidak berani berkata jujur dengannya. Karena sebenarnya cucunya itu sudah tidak menginginkannya lagi.
"Airin..." Panggil Leo.
"Em, itu bisa diatur kek. Saya hanya beberapa bulan saja kok. Setelah itu..."
"Setelah itu kenapa?"
Airin baru ingat, jika beasiswanya itu akan dikirim pendidikan di luar negeri, tepatnya di Perancis.
Sebab program jurusan yang dia ambil adalah Fashion Desainer.
"Em, setelah itu saya akan di kirim ke Perancis kek." Jawab Airin pelan.
Leo menatap serius wajah Airin, "Ke Perancis?"
Airin mengangguk, "Iya kek."
Leo menghela napas pelan, "Baiklah, kakek tidak akan mencegahmu. Jika kamu ingin berkuliah disana, kakek izinkan."
Airin menatap Leo senang, "Benarkah kek?"
Leo mengangguk, "Iya, kamu boleh pergi kuliah disana. Dengan catatan jangan pernah putus komunikasi dengan kami."
"Iya kek, Airin tidak akan melupakannya."
"Nanti jika ada waktu luang, kakek dan Assandi akan mengunjungimu disana."
"Baik kek, terima kasih banyak."
Airin berdiri memeluk Leo, dia merasa keinginannya untuk menjauh dari Assandi terwujud.
Dia akan memberi ruang kebebasan untuk laki-laki itu agar bisa mencintai perempuan yang diinginkannya.
Kisah cinta yang cuek tetapi sebenarnya dia sangat perhatian.
Alurnya juga mudah dipahami, semua kata dan kalimat di cerita ini ringan untuk dibaca.
Keren pokoknya.
The Best 👍