Sea adalah gadis yang selalu menemukan kedamaian di laut. Ombak yang bergulung, aroma asin yang menyegarkan, dan angin yang berbisik selalu menjadi tempatnya berlabuh saat dunia terasa menyesakkan. Namun, hidupnya berubah drastis ketika orang tuanya bangkrut setelah usaha mereka dirampok. Impiannya untuk melanjutkan kuliah harus ia kubur dalam-dalam.
Di sisi lain, Aldo adalah seorang CEO muda yang hidupnya dikendalikan oleh keluarga besarnya. Dalam tiga hari, ia harus menemukan pasangan sendiri atau menerima perjodohan yang telah diatur orang tuanya. Sebagai pria yang keras kepala dan tak ingin terjebak dalam pernikahan tanpa cinta, ia berusaha mencari jalan keluar.
Takdir mempertemukan Sea dan Aldo dalam satu peristiwa yang tak terduga. Laut yang selama ini menjadi tempat pelarian Sea, kini mempertemukannya dengan pria yang bisa mengubah hidupnya. Aldo melihat sesuatu dalam diri Sea—sebuah ketulusan yang selama ini sulit ia temukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Humairah_bidadarisurga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32
Sea duduk di balkon rumah mereka malam itu, merenungkan kejadian siang tadi. Pertemuannya dengan Karin meninggalkan banyak tanda tanya di benaknya. Meskipun Aldo sudah menjelaskan semuanya, masih ada perasaan tak nyaman yang tersisa.
Aldo keluar dari kamar dan menghampiri Sea, membawa dua cangkir teh hangat. Ia duduk di samping istrinya dan menyerahkan satu cangkir padanya. "Apa yang sedang kau pikirkan?"
Sea mengambil cangkir itu dan menatap Aldo. "Aku hanya... masih merasa sedikit tidak nyaman dengan kehadiran Karin. Aku tahu aku seharusnya tidak berpikir berlebihan, tapi sulit bagiku untuk mengabaikannya."
Aldo menghela napas dan meletakkan cangkirnya di meja kecil di sampingnya. "Aku mengerti perasaanmu, Sea. Aku tidak ingin ada rahasia di antara kita. Karin memang bagian dari masa laluku, tapi dia tidak memiliki tempat di masa depanku. Masa depanku adalah denganmu."
Sea menatap matanya, mencari kebenaran dalam kata-katanya. "Kau yakin tidak ada perasaan tersisa untuknya?"
Aldo menggeleng. "Tidak ada. Yang ada hanyalah kenangan. Dan kenangan itu tidak lebih berharga dibandingkan kenyataan yang kumiliki bersamamu sekarang."
Sea tersenyum kecil dan mengangguk. "Baiklah. Aku akan berusaha mempercayaimu sepenuhnya."
Aldo tersenyum lega dan menarik Sea ke dalam pelukannya. "Itulah yang kuinginkan. Aku tidak ingin ada keraguan di antara kita."
Mereka duduk berdua dalam keheningan yang nyaman, menikmati angin malam yang sejuk.
---
Keesokan harinya, Sea memutuskan untuk mencari kesibukan baru agar pikirannya tidak terus-menerus terpaku pada Karin. Ia menghubungi sebuah akademi memasak di pusat kota dan mendaftarkan diri dalam kelas mingguan.
Saat Aldo pulang dari kantor malam itu, Sea menyambutnya dengan semangat. "Aku punya kabar baik! Aku mendaftar di akademi memasak. Aku ingin belajar lebih banyak agar bisa membuat makanan yang lebih lezat untuk kita berdua."
Aldo tersenyum bangga. "Itu ide yang bagus, Sea. Aku yakin kau akan semakin hebat dalam memasak."
Sea mengangguk penuh semangat. "Aku ingin melakukan sesuatu yang membuatku sibuk dan bahagia. Selain itu, aku juga berpikir untuk membuka usaha kecil nanti. Mungkin kafe atau catering kecil."
Aldo mengangkat alis, tertarik dengan ide istrinya. "Itu rencana yang luar biasa. Aku akan mendukungmu sepenuhnya."
Sea merasa hatinya menghangat. Ia senang Aldo selalu ada untuk mendukungnya.
---
Hari pertama di akademi memasak berjalan lancar. Sea bertemu dengan banyak orang baru dan mulai belajar teknik dasar memasak yang lebih profesional. Ia benar-benar menikmati waktunya di sana.
Namun, saat kelas berakhir, ia terkejut melihat seseorang yang tak asing lagi berdiri di depan akademi.
Karin.
Sea menelan ludahnya. Apa yang dilakukan Karin di sini?
Karin tersenyum saat melihat Sea mendekat. "Hai, Sea. Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu di sini."
Sea berusaha tetap tenang. "Karin. Apa yang membawamu ke sini?"
Karin tersenyum samar. "Aku bekerja di dekat sini. Aku kebetulan melihatmu keluar, jadi kupikir aku akan menyapamu."
Sea mengangguk pelan. "Oh, begitu."
Karin menatapnya dengan penuh minat. "Aku ingin bicara sebentar denganmu. Maukah kau minum kopi denganku?"
Sea ragu sejenak, tetapi akhirnya mengangguk. Ia ingin tahu apa yang ingin dikatakan Karin.
Mereka duduk di sebuah kafe kecil di dekat akademi. Karin mengaduk kopinya sebelum menatap Sea. "Aku ingin mengatakan sesuatu padamu, Sea. Aku tidak ingin ada kesalahpahaman di antara kita."
Sea menegakkan punggungnya. "Silakan."
Karin tersenyum tipis. "Aku tidak berniat merebut Aldo darimu. Aku hanya ingin menutup bab dalam hidupku yang belum selesai. Aku dan Aldo pernah memiliki banyak kenangan, dan aku hanya ingin memastikan bahwa tidak ada lagi hal yang menggantung di antara kami."
Sea menatapnya dalam. "Maksudmu?"
Karin menghela napas. "Aku hanya ingin mendengar langsung dari Aldo bahwa dia benar-benar sudah melepaskan masa lalunya. Aku ingin mendengar kata-kata itu darinya sendiri, agar aku bisa benar-benar melanjutkan hidupku."
Sea merasa sedikit lega, tetapi tetap waspada. "Aldo sudah mengatakan padaku bahwa masa lalunya denganmu telah berakhir. Aku harap kau bisa mempercayainya."
Karin tersenyum kecil. "Aku ingin mendengarnya langsung darinya. Bukan karena aku tidak percaya padamu, tetapi karena aku butuh kepastian untuk diriku sendiri."
Sea terdiam sejenak, lalu mengangguk. "Baiklah. Aku akan memberitahu Aldo tentang keinginanmu."
Karin tersenyum lembut. "Terima kasih, Sea. Aku harap kita bisa berteman."
Sea tidak tahu harus menjawab apa. Ia hanya mengangguk sebelum akhirnya pamit pulang.
Di rumah, ia menceritakan semuanya pada Aldo.
Aldo menghela napas panjang. "Aku mengerti mengapa dia ingin mendengar langsung dariku. Kalau itu bisa membuatnya benar-benar melepaskan masa lalu, aku akan melakukannya."
Sea menggenggam tangan Aldo. "Aku percaya padamu. Aku hanya ingin memastikan bahwa tidak ada lagi yang mengganggu hubungan kita."
Aldo mengecup punggung tangannya. "Aku akan membuat semuanya jelas. Aku tidak ingin ada bayangan masa lalu yang mengusik kita lagi."
Malam itu, Aldo menghubungi Karin dan mengatur pertemuan singkat untuk menyelesaikan semuanya.
Saat pertemuan itu terjadi, Aldo dengan tegas mengatakan bahwa hatinya hanya untuk Sea dan tidak ada lagi ruang untuk siapa pun dari masa lalunya. Karin mendengarkan dengan tenang, lalu tersenyum. "Itu yang ingin kudengar. Terima kasih, Aldo. Aku harap kau dan Sea bahagia."
Dengan itu, bab tentang Karin benar-benar tertutup.
Ketika Aldo pulang ke rumah malam itu, ia langsung memeluk Sea. "Semuanya sudah selesai. Kini hanya ada kita berdua."
Sea tersenyum lega dan membalas pelukannya erat. "Itulah yang kuinginkan."
Mereka telah melalui ujian kecil dalam pernikahan mereka, dan kini, mereka bisa melangkah maju dengan lebih yakin.
Cinta mereka semakin kuat, dan mereka tahu bahwa mereka siap menghadapi masa depan bersama.