"Ceraikan suamimu dan menikahlah denganku."
Sandiwara cinta di depan layar yang Naya Andriana lakukan bersama suaminya Rayyan seorang aktor, membuat orang-orang berpikir jika rumah tangga keduanya penuh bahagia. Tanpa mereka tahu, jika rumah tangga Naya tidaklah sebahagia itu. Sering kali Rayyan berbuat kasar padanya, tanpa peduli jika dirinya sedang hamil. Kehidupan rumah tangga indah di bayangan semua orang adalah kesengsaraan baginya.
Hingga, Rayyan di penjara atas penipuan investasi yang ia lakukan. Bertepatan dengan itu, Naya terpaksa harus melahirkan sebelum waktunya. Membuat bayinya harus di rawat Di NICU. Harta di sita, dan tak ada biaya sepeserpun, Naya hampir menyerah. Sampai, pria bernama Zion Axelo datang padanya dan menawarkan sebuah bantuan.
"Karena Rayyan sangat mencintaimu, Aku ingin membalas dendamku padanya, dengan merebut cintanya." ~Zion
"Anda salah Tuan, apa yang di lihat belum tentu yang sebenarnya terjadi. Kisah cinta kami, hanya lah sandiwara." ~Naya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keributan di malam pertama
Naya tertawa hambar mendengar nya, ia terus tertawa dengan air mata yang mengalir di pipinya. D4danya semakin sakit, seolah ada sebuah batu yang menghantamnya. Ia beranjak berdiri, dan menatap Zion yang menatap bingung ke arahnya
"Sepertinya drama yang Mas Rayyan dan aku mainkan dapat membuatmu tertipu, Tuan." Naya menatap lekat mata pria yang baru menjadi suaminya itu.
Zion melihat kedua mata Naya yang terlihat memerah menahan tangis. Sorot mata wanita itu, terlihat penuh luka. Seolah, ada beban yang ia simpan dalam hatinya. Justru, perkataannya tadi membuat bebannya bertambah.
"A-apa maksudmu?" Tanya Zion dengan alisnya yang mengerut dalam.
"Aku bukan lagi wanita yang Mas Rayyan cintai, kamu salah menargetkanku menjadi pion atas balas dendamu, Tuan." Lirih Naya dengan tatapan lelah. Wanita itu lalu terduduk kembali di tepi ranjang sembari menatap bayinya yang terbangun akibat apa yang Zion lakukan. Ajaibnya, Zevan hanya diam menatapnya sembari memainkan tangannya.
Zion tak tahu harus bereaksi seperti apa, perkataan Naya adalah hal yang mengejutkan untuknya. Tanpa mengatakan apapun, Zion memilih keluar dari kamar Naya. Tak sengaja, ia berpapasan dengan Raisa. Sepertinya, kakaknya itu mendengar suara keributan yang ia lakukan
di kamar Naya.
"Zion, apa yang kamu lakukan?!" Kaget Raisa saat melihat tangan Zion yang berdarah. Bukannya mengecek luka adik sekaligus kembarannya itu, Raisa justru berlari masuk ke dalam kamar adik iparnya. Dirinya berpikir, Zion telah menyakiti Naya.
Raisa melihat keadaan kamar Naya yang sudah berantakan, pecahan kaca juga terdapat dimana-mana. Matanya menangkap Naya yang sedang menangis sembari memeluk putranya. Zevan yang dapat merasakannya sang ibu menangis pun turut menangis.
"Naya, berikan Zevan padaku." Pinta Raisa. Ia mengambil Zevan dari gendongan Naya. Walau awal Naya menolak, tapi akhirnya dia mau melepaskan Zevan. Setelah itu, Raisa keluar sebentar untuk menitipkan Zevan pada salah satu maid. Barulah ia kembali untuk mengecek kondisi Naya.
"Kamu gak papa? Zion gak memvkulmu kan?" Tanya Raisa khawatir. Dia sudah mengecek kondisi tubuh Naya dan tidak ada yang berdarah. Matanya pun beralih menatap cermin yang sudah pecah itu. Mungkinlah keduanya bertengkar di malam pernikahan mereka?
"Tak apa, jangan menangis." Raisa duduk di sebelah Naya, ia lalu meraih wanita itu dalam pelukannya. Membiarkan Naya menumpahkan segala tangsi yang ia pendam.
Sementara itu di kamarnya, Zion melihat pantulan dirinya di cermin kamar mandi. Kemeja putihnya sudah terdapat banyak bercak darah akibat darah yang keluar dari tangannya. Dia memandang dirinya yang memasang tatapan dingin. Kedua alisnya menukik tajam di sertai dengan kedua tangannya terkepal kuat di sisi wastafel.
"Aku bukan lagi wanita yang Mas Rayyan cintai, kamu salah menargetkanku menjadi pion atas balas dendamu, Tuan."
"Dia adalah wanita yang Rayyan cintai, bagaimana mungkin bukan? Naya pasti berbohong padaku agar aku melepaskannya. Bukan hanya aku, semua orang melihat betapa Rayyan mencintai istrinya. Tidak mungkin aku salah, tidak kungkin." Lirih Zion dengan nafasnya yang terdengar memburu.
Kekeuh dengan pemikirannya, Zion keluar dari kamar mandinya. Ia meraih ponselnya yang ada di atas ranjang dan mengecek sosial media Rayyan. Di sana, dirinya melihat banyak sekali moment Rayyan bersama Naya. Keduanya tampak sangat bahagia, segala momen sepertinya Rayyan tunjukkan pada dunia.
"Selamat ulang tahun istriku sayang,"
"Aku memiliki wanita hebat, dan itu adalah kamu Naya,"
"Aku mencintaimu, lebih dari apapun."
Zion membaca satu persatu caption yang Rayyan ketik di akun media sosial nya. Bahkan, terakhir Rayyan mengupload kegiatannya dengan Naya sehari sebelum dirinya di tangkap. Pikiran Zion terpecah, antara mempercayai apa yang Naya katakan atau yang dirinya lihat.
"Apa Naya mencoba berbohong?" Batin Zion.
.
.
.
Sudah beberapa hari Naya tak ingin keluar dari kamar, wanita itu terus berdiam diri di kamar tanpa melakukan apapun. Dia juga tak mengaktifkan ponselnya, karena takut hujatan yang terus tertuju padanya. Untuk urusan makan dan yang lainnya, Maid selalu bergantian masuk ke dalam kamar Naya untuk mengantar makanan atau sekedar mengambil pakaian k0t0r.
Saat ini, Zion duduk di meja makan sembari memakan sarapannya, walau terkesan hambar tapi ia tetap memakannya. Pikirannya terus tertuju pada Naya, dia belum menemui wanita itu sejak kejadian beberapa hari lalu.
"Menurutku, Naya bukanlah wanita yang Rayyan cintai. Zion, apa yang di tampilkan di sosial media belum tentu hubungan yang sebenanrya." Ucap Raisa yang menghentikan kegiatan Zion.
Pria tampan itu kembali meletakkan roti yang akan ia makan, dan menatap dingin ke arah kakaknya. "Kakak pikir, aku b0d0h? Jika bukan Naya yang Rayyan cintai, kenapa wanita itu mau bertahan selama dua tahun lamanya? Jangan percaya dengannya, wanita punya banyak alasan yang bisa memb0d0hi pria."
"Maksudmu apa huh?! Pikiranmu saja yang b0d0h!" Raisa kesal sendiri jadinya menghadapi adiknya. Ia memilih berangkat ke rumah sakit, tak lupa ia berpamitan pada putri kecilnya yang masih asik melahap sarapannya.
"Onty Nay keljanya nangis telus, kacihan loh!" Celetuk Zira secara tiba-tiba setelah rotinya habis tertelan.
"Benarkah?" Zion mulai penasaran kondisi Naya saat ini.
"Heum! Kacihaaaan! Om tliplek nda liat Onty Nay di kamal?" Tanya Zira dan kembali melahap rotinya.
"Ck, biarkan saja. Dia tidak menerima orang lain di dekatnya untuk saat ini." Ucap Zion santai.
Zira mengerakkan kedua pipi gembulnya sembari menyipitkan matanya. Ia sedang berpikir, walau mulutnya tengah berusaha menghabiskan rotinya.
"Onty Nay nda cayang Om tliplek yah?" Zion hanya menaikkan bahunya acuh mendapat pertanyaan seperti itu dari keponakannya.
"Yacudah, ingat aja kata tukang palkil!"
Zion mengangkat pandangannya, menatap bingung keponakannya itu. "Tukang parkir?"
"Heum! Kalau cudah tidak di halgai, ingat kata tukang palkil. Munduuuul blooo!" Seru Zira yang mana membuat Zion membulatkan matanya.
"Kamu dapat kayak gitu dari mana?!" Pekik Zion, dia merasa tak pernah mengajari keponakannya hal seperti itu. Apalagi Raisa, kakaknya itu selalu menjaga bicaranya di depan Zira kecuali jika kelepas marah pada Zion.
"Dali Om Calden lah!"
Balasan Zira membuat Zion mendatarkan kembali wajahnya, "XANDEEEEEER!!"
Sementara itu di tempat lain, Xander baru saja menggosok giginya. Telinganya seolah mendengar pekikan keras sang bos. Ia lalu mengangkat wajahnya dan menoleh ke kanan dan ke kiri. Memastikan, apakah ada orang lain di apartemennya?
"Aku seperti mendengar suara teriakan Tuan Zion." Gumam Xander.
_____
Ingat kata Zira kawan🤣🤣
Zion suatu saat pasti berhadapan dg mantan Naya,,
Xander menyukai janda, yg belum pasti jga menyukainya, belum lagi keluarganya.🤔
huuu.... tunggu updatenya aja dah'.