NovelToon NovelToon
When The Heavy Rain Comes To You

When The Heavy Rain Comes To You

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cintamanis
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Nanda Dwi

Lunar Paramitha Yudhistia yang baru saja menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi harus menerima kenyataan pahit bahwa ayahnya menikah lagi dengan rekan kerjanya. Ia tak terima akan hal tersebut namun tak bisa berbuat apa-apa.

Tak disangka-sangka, wanita yang menjadi istri muda sang Ayah menaruh dendam padanya. ia melakukan banyak hal untuk membuat Lunar menderita, hingga puncaknya ia berhasil membuat gadis itu diusir oleh ayahnya.

Hal itu membuatnya terpukul, ia berjalan tanpa arah dan tujuan di tengah derasnya hujan hingga seorang pria dengan sebuah payung hitam besar menghampirinya.

Kemudian pria itu memutuskan untuk membawa Lunar bersamanya.

Apa yang akan terjadi dengan mereka selanjutnya? Yuk, buruan baca!

Ig: @.reddisna

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nanda Dwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 18: Tell Me The Truth

"Akhirnya, aku bisa menghirup udara segar ..." kalimat pertama yang keluar dari mulutku ketika rapat berakhir setelah kurang lebih tiga jam pembahasan yang rumit. Oh astaga, punggung sepertinya akan patah.

Aku meregangkan badanku yang pegal kemudian membereskan berkas-berkas yang berserakan di meja. "Ibuu, aku ingin pulang," keluhku sembari menata berkas.

"Kau bisa pulang jika kau mau, aku akan menyuruh Theo untuk membereskan sisanya ..." Selatan akhirnya bersuara, membuat keputusan. Wajahnya terlihat lelah namun ia tetap berusaha untuk terlihat tenang.

"Kita harus pulang bersama, aku tak ingin pulang sendirian. Kau terlihat sangat lelah. Beristirahatlah," aku mengikis jarak di antara kami, aku memegang wajahnya yang terasa dingin dengan kedua tanganku.

Ia diam, memejamkan mata sejenak, memegang kedua tanganku yang singgah di wajahnya. "Masih banyak pekerjaan yang harus kulakukan, aku tak bisa meninggalkannya begitu saja," jelasnya.

"Baiklah kalau begitu, aku akan menemanimu sampai semuanya selesai," aku lanjut membereskan berkas dan memasukkan semuanya ke dalam tas kerjaku.

Ia tersenyum tipis, sorot matanya tampak begitu lelah. Sebenernya apasih yang sedang ia lakukan? Aku belum pernah melihatnya selelah ini.

Setelah membereskan semua barang-barang, kami berdua meninggalkan ruangan rapat. Jam dinding sudah menunjukkan pukul empat sore, energiku sudah terkuras habis menghadapi rekan kerja kali ini. Mereka sedikit bebal dan kolot.

Aku membuka kotak makanku, terdapat dua buah roti isi yang cukup besar di sana. "Makanlah," aku menyodorkan roti isi itu pada Selatan.

Selatan yang awalnya sibuk mengemudikan mobil menoleh ke arahku, ia mengerutkan keningnya. Mengambil roti isi dengan satu tangannya. "Terimakasih," ia mengemudikan mobil dengan satu tangannya.

Aku menikmati roti isi sembari mendengarnya lagu dengan earphone dan melihat pemandangan sore hari itu, langit mulai jingga dengan burung-burung berterbangan di sana.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih tiga puluh menit kami sampai di kantor. Sudah terlihat sepi di sana, banyak staf yang sudah meninggalkan kantor. Aku masuk ke ruanganku dan menyalakan monitor. Mulai bekerja kembali.

Disela-sela pekerjaan yang kulakukan, aku selalu menoleh ke belakang, melihat apa yang tengah ia kerjakan. Tampak begitu serius, guratan wajahnya terlihat begitu jelas.

Kakiku melenggang, berniat untuk menghampirinya. "Apasih yang sebenarnya sedang kau kerjakan?"

Ia terkejut, segera beralih menurut laptopnya dengan cekatan. "Ah, bukan apa-apa!" ucapnya, kemudian tangan itu berayun membenarkan kacamata yang tergantung di hidungnya.

Wajahku penuh dengan tanda tanya, dahiku berkerut, penuh dengan rasa penasaran. Ia memalingkan wajah, berusaha menghindar.

"Kau benar-benar lihai, aku hanya mengambil cuti satu hari dan kau sudah menyembunyikan rahasia besar dariku, hah?" seruku, kucengkeram kerah bajunya dengan erat.

"Tell me the truth!" aku meninggikan nada bicaraku, cengkeraman itu juga semakin erat. Aku benar-benar meluapkan semua kekesalanku padanya.

"Lepaskan, lalu aku akan memberitahumu semuanya," aku mengalah, melepas cengkraman itu.

Aku menyibak rambutku yang tampak berantakan, kemudian duduk di meja kerjanya, menduduki berkas-berkas yang tengah ia kerjakan. Mendorong jauh tubuh kekar yang tengah termenung di singgasananya.

"Aku mengerjakan banyak hal selama kau mengambil cuti, yah hal itu cukup untuk membalaskan dendam yang kau simpan," ia mulai membuka suaranya.

Aku mencermati setiap perkataan yang keluar dari mulutnya, wajahku tampak penasaran. "Lihat ini, Ayahmu bekerja sebagai pengacara di firma hukum ini bukan? Aku ingin mengirimkan bukti-bukti penggelapan dana dan tindakan kriminal yang pria tua itu lakukan selama bekerja di sana. Namun semua itu tidak semudah yang kau pikirkan, posisi Ayahmu cukup kuat di sana. Kita tak boleh melangkah sembarangan," jelasnya.

"Lalu apa yang akan kau lakukan untuk mengatasinya?"

Ia menghela napas panjang, kerutan di wajahnya menunjukkan keseriusan. Ia membuka kembali laptop itu dan mulai menjelaskan rencana yang akan ia lakukan untuk menghancurkan karir sosok yang ku panggil 'Ayah' itu.

Aku menatapnya, kemudian mengangguk paham. Pantas saja ia tampak sangat lelah, ternyata sedang menyiapkan rencana yang begitu hebat. "Jadi, kapan kita akan menjalankan rencana ini?"

"Minggu depan? Saat Ayahmu telah mendapatkan promosi menjadi senior lawyer, kita buat karirnya semakin naik dengan hal itu, buat ia semakin terkenal kemudian tenggelamkan," perkataannya penuh penekanan di akhir.

"Darimana ia tahu Ayah akan mendapatkan promosi minggu depan?" batinku.

"Wow, ternyata kau kejam juga ya ..." aku turun dari meja.

"Aku tak menyangka kau akan melibatkan Kak Hana dan Bibi Chen dalam rencana ini," aku menundukkan kepala, kemudian melipat kedua tangan di dada.

"Kenapa tidak? Aku yakin mereka akan setuju, jika tidak aku akan membayar agen untuk itu," jelasnya.

"Akan semakin menarik jika mereka bisa ikut serta salam rencana ini, tapi membayar beberapa agen profesional juga tidak buruk," aku menimpali.

"Aku sudah menjelaskan semuanya, kembalilah bekerja sekarang. Kita akan pulang lebih larut, banyak pekerjaan yang tertunda karena hal ini," ia kembali membuka berkas-berkas yang tergeletak di meja.

Aku melipat kedua tanganku di dada, memutar kedua bola mataku dengan malas. Namun aku tetap kembali ke mejaku dan layar monitor itu masih menyala. Menunggu sang empu untuk kembali menggunakannya.

Tak ada lagi percakapan diantara kami setelah, suara papan ketik dan jarum jam yang terus berjalan terdengar jelas, tak ada yang menyamarkan. Pikiranku sibuk mencerna semua data yang terlihat di layar monitor, terlihat begitu rumit dan kompleks.

Aku meregangkan otot-otot tubuhku yang mulai kaku, kemudian kembali mengamati data-data yang tertera di layar monitor. "Sialan, aku lelah," gerutuku dalam hati.

Samar-samar aku dapat mendengar suara langkah kaki yang mendekat ke arahku. Tentu saja itu adalah Selatan, ia memegang pucuk kepalaku dan mulai memainkan rambutku. "Ingin turun makan malam bersamaku?" tawarnya.

Aku mendongak, pandangan kami saling bertaut. Anggukan pelan dariku menjadi tanda setuju. Kamipun meninggal ruangan yang terasa bagaikan neraka itu.

"Aku sudah menyelesaikan semuanya, kita bisa pulang setelah ini," ucapnya disela-sela makan malam.

Aku mengerutkan kening, bagaimana bisa ia menyelesaikan semuanya secepat itu? Setidaknya butuh waktu dua hari untuk aku bisa menyelesaikan semua itu. "Aku bahkan belum mengerjakan setengahnya," ucapku sembari meneguk secangkir kopi.

"Lambat," ia menimpali, mengecek kinerjaku.

"Aku belum terbiasa dengan semua ini, serahkan saja pada Theo. Aku yakin ia bisa mengerjakan semuanya dalam waktu singkat."

"Baiklah, aku akan menghubungi Theo untuk mengerjakan sisanya," ia melipat kedua tangan di dada.

Mataku berbinar terang, senyum merekah di wajahku yang tampak layu. Aku bersorak riang, akhirnya terbebas dari pekerjaan itu. Sampaikan maafku pada Theo jika kalian melihatnya, aku akan bersenang-senang malam ini.

1
Aksara_Dee
suka bacanya gimana dong...🩷🩷
Mampir juga di karyaku ya ka
Aksara_Dee
Karya yang bagus Kaka
Sylvia Rosyta
masih nyimak ceritanya
Reddisna: /Rose/
total 1 replies
Aiyub Umikalsum
tetap semangat semangat.
SnowDrop❄️
Wuiss,,, kata demi katanya tersusun dengan sangat sangat kerenn🦋
S.gultom
semangat Thor 🤛
Jihan Hwang
hai kak aku sudah mampir /Smile/
semangat terus
Momo🦀
Hai kak, aku mampir ya🤗 semangat ya
✿🅼🅴🅳🆄🆂🅰✿
hallo,semangat thor/Smile//Smile/
putribulan
aku mampir kak, semangat ya
Queen
semangat kakak 🔥🔥
seczzby
semngttt thorrr💗💗💗
Alta💕
Hai kakak, aku mampir dan🌹untuk kakak, kata-kata yang kakak tulis puitis😊
Momo🦀: hai kk makasih sudah mau meluangkan waktunya 🙏🙏 sukses terus kk🤗
🇷‌🇭‌: ak mampir untk kakak
total 3 replies
Little Sister
ditunggu episode selanjutnya 😉
Ellana_michelle
semangat kakk, jangan lupa mampir/Smile/
Reddisna: Terimakasih sudah mampir.
total 1 replies
☆☆D☆☆♡♡B☆☆♡♡
semangat🙏
Sylvia Rosyta
aku mampir kak 😊 semangat buat nulisnya 💪
Reddisna: Terima kasih sudah mampir.
total 1 replies
Aleana~✯
hai kak aku mampir....yuk mampir juga di novel'ku jika berkenan 😊
Reddisna: Terimakasih sudah mampir. 💓
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!