Oh My Boss 2 (Real Life)

...Selamat Membaca...

...*****...

Disinilah mereka sekarang, Allarick, Azalea, Dian, dan Andre. Keempatnya bertemu atas permintaan Andre pada Allarick tepat saat ia dan Azalea baru saja sampai di kantor. Ia pun menyetujui pertemuan itu tepat di waktu jam makan siang.

Sebelum pembicaraan dimulai, mereka melakukan makan siang bersama. Interaksi romantis antara Allarick dan Azalea membuat Dian menghela napas kasar.

Keduanya terlihat sangat serasi dan saling mencintai. Apalagi Allarick yang terlihat begitu mencintai Azalea.

Setelah beberapa menit kemudian, Makan siang pun selesai. Para pelayan sigap membersihkan meja dan memberi ruang pada mereka.

"Jadi apa yang ingin kalian bicarakan padaku?" tanya Allarick langsung. Terdengar datar, namun masih terlihat sopan. Tidak ada tatapan tajam dan aura dingin padanya.

"Mengenai Renata, kami ingin menyampaikan sesuatu."

Mendengar ucapan Andre, Allarick langsung merubah ekspresi nya. Azalea yang melihat suaminya hampir kehilangan kendali segera menggenggam tangan Allarick dan mengelus punggung tangan suaminya itu dengan ibu jari sambil tersenyum.

"Tentang apa tante, om?"

Tanya Azalea penasaran.

Dian menghela napas, "Tadi malam Renata pulang dalam keadaan mabuk. Dia terus meracau tak jelas. Hingga ada satu ucapannya yang membuat tante gelisah. Tante tak tahu jika itu hanya racauan tak jelas atau memang isi hatinya. Seperti yang kalian tahu, jika orang mabuk dia pasti akan mengatakan dengan jujur isi hatinya."

"Renata mengatakan, dia punya rencana untuk melenyapkan Azalea agar bisa memiliki Allarick."

Braak!.. suara meja di gebrak dengan keras.

"APA?!"

Allarick sontak berdiri. Tatapan tajam langsung ia berikan pada dua orang di hadapannya. "Melenyapkan isteriku?"

Dian mengangguk pelan. Andre yang berada di sebelahnya Senantiasa menggenggam tangan sang istri. Tapi dalam hati sungguh ia geram dengan putri semata wayangnya itu.

"Pergi dari hadapanku. Dan awasi putri kalian selalu! Laporkan semua kegiatannya padaku!"

"Jika sampai dia berani menyentuh istriku seujung kukunya, akan kupastikan dia membusuk di penjara!"

Suasana di ruangan itu berubah menjadi tegang. Andre dan Dian berdiri dan berpamitan pada mereka.

Allarick sendiri duduk dan menghela napas pelan, ia berusaha menenangkan hatinya yang dikuasai amarah. Setelah itu menatap wajah Azalea yang tampak tenang seperti tak takut apapun.

"Kamu tidak takut?"

Azalea menggeleng, "Kenapa harus takut? Aku yakin kamu tak akan membiarkan ku terluka sedikitpun."

Perkataan Azalea bagaikan obat untuk Allarick. Emosinya langsung mereda bahkan seolah lenyap dalam sekejap.

"Berjanjilah untuk selalu bersamaku apapun yang terjadi."

Azalea tersenyum, "Aku janji."

Allarick berdiri kemudian mengulurkan tangannya pada Azalea "Kita pulang, oma sudah menghubungi puluhan kali." Allarick tersenyum kecil yang disambut kekehan kecil oleh Azalea.

Tangannya disambut dengan senang hti oleh sang istri.

...*****...

"Jadi kapan kamu akan menikahiku?"

Ilona bergelayut manja di lengan Devano. "Aku sudah lama menunggu Van."

Devano menghela napas. Apa yang harus ia katakan? Orang tuanya saja tidak setuju dengan Ilona.

"Bersabarlah sebentar lagi sayang, Aku pasti akan menikahimu jika waktunya sudah tepat." Devano mengelus kepala Ilona sayang.

Ilona menekuk wajahnya lantaran kesal. Ini sudah kesekian kalinya Devano menjawab seperti itu ketika dirinya menanyakan tentang pernikahan. Tidak pernah ada kepastian.

"Kapan Van? Aku sudah menunggu lama! Kalau begini caranya lebih baik kita putus saja!"

Ancaman Ilona membuat Devano melotot. Ia menggeleng keras sambil berusaha merayu Ilona agar tidak putus dengannya.

"Jangan Na. Aku hanya mencari waktu yang tepat. Bukan tak ingin menikahimu. Tolong bersabarlah sebentar lagi. Aku mencintaimu, bahkan sangat."

"Aku janji akan menikahimu dalam waktu dekat, percaya padaku."

Bujuk rayuan Devano lagi-lagi membuat Ilona berhasil luluh. Akhirnya ia mengangguk dan memeluk Devano. "Baiklah, akan ku tunggu."

Devano mengukir senyum. untunglah Ilona mudah dibujuk. Jadi ia tak akan kerepotan dengan itu. "Baiklah, bagaimana jika hari ini kita shoping?"

Tawaran menggiurkan itu langsung disambut anggukan tegas oleh Ilona. "Aku mau, pas sekali ada sesuatu yang ingin aku beli. Aku ingin menunjukkannya pada teman-temanku nanti."

"Tentu, kau boleh membeli apapun yang kau mau."

...*****...