cerita sampingan "Beginning and End", cerita dimulai dengan Kei dan Reina, pasangan berusia 19 tahun, yang menghabiskan waktu bersama di taman Grenery. Taman ini dipenuhi dengan pepohonan hijau dan bunga-bunga berwarna cerah, menciptakan suasana yang tenang namun penuh harapan. Momen ini sangat berarti bagi Kei, karena Reina baru saja menerima kabar bahwa dia akan pindah ke Osaka, jauh dari tempat mereka tinggal.
Saat mereka duduk di bangku taman, menikmati keindahan alam dan mengingat kenangan-kenangan indah yang telah mereka bagi, suasana tiba-tiba berubah. Pandangan mereka menjadi gelap, dan mereka dikelilingi oleh cahaya misterius berwarna ungu dan emas. Cahaya ini tampak hidup dan berbicara, membawa pesan yang tidak hanya akan mengubah hidup Kei dan Reina, tetapi juga menguji ikatan persahabatan mereka.
Pesan dari cahaya tersebut mungkin berkisar pada tema perubahan, perpisahan, dan harapan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon raffa zahran dio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 : Lu Bu dan Red Hare.
Langit malam dihiasi oleh api yang menjulang tinggi, menjilati langit dengan rakus, menciptakan pemandangan apokaliptik yang mengerikan. Asap hitam membubung tinggi, menghalangi bintang-bintang, dan menyelimuti medan perang dengan aroma jelaga dan kematian. Di bawah cahaya api yang mengerikan, bayangan prajurit berkejaran, saling beradu pedang, tombak, dan panah. Bunyi dentuman, teriakan, dan desingan senjata beradu menciptakan simfoni kematian yang mengerikan. Di tengah kekacauan itu, Kei dan Reina, dengan tekad bulat, menunggangi kuda mereka, siap untuk menghadapi Lu Bu.
Kei, tubuhnya dibalut baju besi hitam yang berkilauan, berdiri tegak di atas kuda hitam besar dan kekar yang dihiasi baja emas hitam, memiliki tanduk iblis yang tampak mengerikan. Kuda itu tampak kuat dan perkasa, mencerminkan kekuatan dan keganasan Kei. Dua pedang kegelapan, yang diukir dengan rune-rune kuno, terhunus di tangannya, memancarkan aura dingin dan mematikan. Matanya, yang tersembunyi di balik helmnya yang menutupi sebagian besar wajahnya, berbinar dengan tekad yang tak tergoyahkan.
Reina, dengan keceriaannya yang tak pernah padam, menaiki kuda putih bidadari yang anggun, dengan pelana putih yang besar dan berkilauan. Kuda itu tampak lembut dan anggun, mencerminkan kecantikan dan kelincahan Reina. Rambutnya yang hitam panjang terurai, berkibar-kibar ditiup angin, seakan menari diiringi simfoni kematian yang dimainkan oleh benturan baja. Katananya yang berkilauan, yang memancarkan cahaya emas yang menyilaukan, terhunus di tangannya, siap untuk melepaskan kekuatannya yang mematikan.
Di hadapan mereka, Lu Bu berdiri tegak di atas Red Hare, kuda perang yang besar dan kuat, dengan bulu berwarna merah darah yang berkilauan di bawah cahaya api. Red Hare menggeram dengan keras, kaki-kaki depannya menginjak tanah dengan kuat, siap untuk menerjang. Lu Bu, dengan baju besinya yang berkilauan, memegang tombak besar yang dihiasi dengan ukiran naga yang mengerikan. Matanya yang tajam memancarkan aura dingin dan haus darah. Di belakangnya, pasukan musuh yang tak terhitung jumlahnya bersiap untuk menyerbu.
"Lu Bu!" teriak Kei, suaranya bergema di tengah hiruk pikuk pertempuran. "Kau telah membunuh banyak orang tak berdosa! Kau akan membayar perbuatanmu!" Kei mengepalkan tangannya, amarah membara di matanya. "Aku akan membuatmu merasakan keadilan!"
"Kei, tenanglah," jawab Reina, suaranya penuh semangat. "Biarkan aku yang mengurusnya." Ia menunjuk Lu Bu dengan katananya. "Kau, si tiran! Kau akan merasakan kekuatan sejati seorang bidadari!" Reina tersenyum, tetapi senyumnya terasa dingin dan mematikan.
Lu Bu tertawa terbahak-bahak, suaranya menggelegar, membuat pasukan musuh bergetar ketakutan. "Kalian semua hanyalah sampah! Aku akan menghancurkan kalian semua!" Ia menunjuk Kei dan Reina dengan tombaknya. "Kalian berdua akan mati di tangan tombakku!" Lu Bu mengepalkan tombaknya, matanya menyala dengan amarah dan haus darah.
Tanpa menunggu lebih lama, Kei dan Reina menerjang Lu Bu dengan kecepatan penuh. Kuda-kuda mereka berlari dengan cepat, menggetarkan tanah. Kei, dengan kedua pedang kegelapannya yang terhunus, menyerang Lu Bu dengan serangan gelombang kejut yang mematikan. Wussh! Suara angin berdesir dengan kekuatan yang luar biasa. Boom! Suara dentuman keras menggema, membuat tanah bergetar hebat. Gelombang kejut yang dilepaskan Kei melesat ke arah Lu Bu dengan kecepatan yang luar biasa. Gelombang kejut itu berwarna hitam pekat, dihiasi dengan kilatan-kilatan energi kegelapan yang mengerikan. Crackle! Suara energi kegelapan yang berdesis. Lu Bu, dengan tombaknya yang terhunus, menangkis serangan Kei dengan sekuat tenaga. Clang! Suara tombak yang beradu dengan gelombang kejut. Namun, kekuatan gelombang kejut Kei membuat Lu Bu terhuyung ke belakang, tubuhnya bergetar karena kekuatan serangan itu.
Reina, dengan katananya yang berkilauan, menari dengan anggun di atas kudanya, tubuhnya bergerak dengan cepat dan lincah. Ia berkelit dengan mudah dari serangan Lu Bu, dan melancarkan serangan balik yang cepat dan tepat. Swish! Suara katana Reina yang membelah udara. Lu Bu, dengan tombaknya yang besar, menangkis serangan Reina dengan mudah. Clang! Suara tombak yang beradu dengan katana. Namun, Reina dengan cepat mengubah arah serangannya, menebas kaki Red Hare, membuat kuda perang itu terpincang-pincang.
"Kau berani melukai kudaku?!" Lu Bu berteriak marah. "Aku akan membunuhmu!" Lu Bu menggeram, amarahnya semakin membara. "Kalian akan menyesal!"
Pertempuran sengit pun terjadi di atas kuda. Kei dan Reina, dengan serangan mereka yang cepat dan mematikan, berusaha untuk mengalahkan Lu Bu. Lu Bu, dengan kekuatan dan keahliannya yang luar biasa, berhasil menangkis setiap serangan mereka. Clang! Clang! Clang! Suara tombak yang beradu dengan pedang dan katana. Wussh! Suara angin berdesir saat Kei melepaskan serangan gelombang kejut. Boom! Suara dentuman keras menggema saat serangan itu mengenai tanah. Swish! Suara katana Reina yang membelah udara.
Ketiga prajurit itu beradu kekuatan, kuda-kuda mereka berlari dengan cepat, saling mengejar dan menyerang. Wussh! Boom! Clang! Swish! Suara-suara itu bergema di medan perang, menciptakan simfoni kematian yang mengerikan.
Namun, Lu Bu, dengan kekuatan dan keahliannya yang luar biasa, berhasil menahan serangan Kei dan Reina. Ia mengayunkan tombaknya dengan kekuatan yang luar biasa, menghancurkan beberapa prajurit yang berada di dekatnya. Wussh! Suara tombak yang menebas udara. Thud! Suara tubuh prajurit yang terjatuh ke tanah.
"Kalian semua lemah!" teriak Lu Bu, suaranya menggelegar, membuat pasukan musuh semakin panik. "Aku akan menghancurkan kalian semua!" Lu Bu tertawa terbahak-bahak, suaranya penuh dengan kekejaman.
Dengan gerakan cepat dan tepat, Lu Bu menyerang Kei dan Reina. Tombaknya melesat dengan kecepatan yang luar biasa, menghantam kuda Kei dan Reina. Wussh! Suara tombak yang menebas udara. Kei dan Reina terhempas dari kudanya, terjatuh ke tanah dengan keras. Thud! Thud!
"Kalian berdua sudah berakhir!" teriak Lu Bu, suaranya penuh dengan kemenangan. "Aku akan membunuh kalian!"
Kei dan Reina, yang terjatuh ke tanah, segera bangkit dan bersiap untuk menghadapi Lu Bu. Mereka tahu bahwa mereka tidak akan bisa mengalahkan Lu Bu dengan cara ini.
"Kita harus melawannya dengan kekuatan penuh," kata Kei, matanya berbinar dengan tekad. "Kita harus mengaktifkan mode dewa kita." Kei menggertakkan giginya, tekadnya semakin kuat.
"Baiklah, Kei," jawab Reina, senyumnya berubah menjadi tatapan yang dingin dan mematikan. "Mari kita tunjukkan kepadanya kekuatan sejati kita." Reina mengepalkan tangannya, matanya menyala dengan tekad.
Kei dan Reina, dengan tekad bulat, mengaktifkan mode dewa mereka. Tubuh mereka memancarkan cahaya yang menyilaukan, dan kekuatan mereka meningkat secara drastis.
Kei, dengan kekuatan kegelapan yang mengalir di dalam dirinya, mengangkat kedua tangannya ke langit. Crackle! Suara energi kegelapan yang berdesis. Sayap hitam elang muncul di punggung Kei, membentang lebar dan memancarkan aura kegelapan yang mengerikan. Tanduk iblis yang tajam tumbuh di kepalanya, menambah aura keganasannya. Kedua pedang kegelapannya berubah menjadi warna hitam pekat dan memanjang, mengeluarkan aura kegelapan warna ungu gelap. Mata Kei yang awalnya berwarna biru menjadi warna hitam yang mengeluarkan aura kegelapan. Kei telah berubah menjadi Ashura, dewa perang yang mengerikan.
Reina, tubuhnya memancarkan cahaya emas yang menyilaukan, berganti dengan baju bidadari yang berkilauan. Sayap bidadari yang lebat muncul di punggungnya, berkibar-kibar dengan anggun. Matanya yang awalnya berwarna pink sekarang berubah menjadi warna emas yang memancarkan cahaya emas. Reina telah berubah menjadi Ashinamaru, bidadari perang yang anggun dan mematikan.
Kei dan Reina, dengan kekuatan dewa mereka yang tercurah, menyerang Lu Bu dengan kekuatan penuh. Kei, dengan sayap elang hitamnya, terbang dengan cepat, menghindari serangan Lu Bu dan melancarkan serangan balik yang mematikan. Swish! Swish! Swish! Suara pedang kegelapannya yang membelah udara. Reina, dengan kecepatan yang luar biasa, menari dengan anggun di medan perang, menghindar dari serangan Lu Bu dan melancarkan serangan balik yang cepat dan tepat. Swish! Suara katananya yang membelah udara.
Lu Bu, yang kewalahan menghadapi kekuatan Kei dan Reina, akhirnya terpojok. Ia mencoba untuk menghindar dari serangan mereka, tetapi mereka terlalu cepat dan kuat.
"Kalian berdua memang kuat," teriak Lu Bu, suaranya bergetar karena amarah. "Tetapi aku tidak akan menyerah!" Lu Bu menggeram, amarahnya semakin membara.
Kei, dengan sayap elang hitamnya, terbang tinggi di atas Lu Bu. Ia mengangkat kedua tangannya ke langit, dan puluhan bayangan pedang kegelapan muncul dari belakangnya. Crackle! Suara energi kegelapan yang berdesis. Bayangan pedang kegelapan itu bergerak dengan cepat, menyerang Lu Bu dengan kekuatan yang luar biasa. Swish! Swish! Swish! Suara bayangan pedang kegelapan yang membelah udara.
Lu Bu, yang kewalahan menghadapi serangan Kei, mencoba untuk menangkis bayangan pedang kegelapan itu dengan tombaknya. Clang! Clang! Clang! Suara tombak yang beradu dengan bayangan pedang kegelapan. Namun, bayangan pedang kegelapan itu terlalu banyak dan terlalu cepat. Lu Bu kesulitan untuk menangkis semua serangan itu. Beberapa bayangan pedang kegelapan mengenai tubuhnya, membuat Lu Bu terluka.
Reina, yang melihat Lu Bu melemah, menari dengan anggun lalu menunduk dan bersiap melakukan dash kilat ke depan. Ia mengarahkan katananya ke arah Lu Bu, matanya berbinar dengan tekad. Dengan gerakan cepat dan tepat, Reina menebas Lu Bu dengan katananya, membuat Lu Bu terluka. Swish! Suara katana Reina yang membelah udara. Clang! Suara katana yang mengenai baju besi.
Namun, Lu Bu, dengan kekuatannya yang luar biasa, berhasil menangkis serangan Reina. Ia mengayunkan tombaknya dengan sekuat tenaga, menghantam Reina. Wussh! Suara tombak yang menebas udara. Reina, dengan kecepatan yang luar biasa, menghindar dari serangan Lu Bu. Swish! Suara katananya yang membelah udara.
Lu Bu, yang terluka dan kewalahan, akhirnya kalah. Ia terjatuh ke tanah, tubuhnya gemetar karena rasa sakit.
Kei dan Reina, berdiri tegak dengan kemenangan, menatap Lu Bu yang terjatuh. Mereka telah mengalahkan musuh yang paling kuat yang pernah mereka hadapi.
"Kita menang," ucap Kei, tersenyum tipis. "Namun, ini baru permulaan." Kei menghela napas, matanya masih berbinar dengan tekad.
"Ya, Kei," jawab Reina, mengangguk. "Kita menang. Dan kita akan terus menang." Reina tersenyum, matanya berbinar dengan semangat.
Kemenangan ini merupakan bukti kekuatan dan kerja sama antara Kei dan Reina. Mereka telah membuktikan bahwa dengan strategi yang tepat dan tekad yang kuat, mereka mampu mengalahkan musuh yang lebih kuat dari mereka. Namun, mereka tahu bahwa pertempuran ini baru permulaan. Pertempuran yang lebih besar masih menanti mereka di depan. Pertempuran yang akan menentukan nasib dunia.
Namun, saat mereka berbalik untuk menghadapi pasukan musuh yang masih tersisa, mereka merasakan aura yang mengerikan. Di tengah pasukan musuh, muncul sosok baru, dengan baju besi hitam yang berkilauan, memegang pedang besar yang memancarkan aura kegelapan. Sosok itu menatap Kei dan Reina dengan tatapan dingin dan haus darah.
"Kalian telah mengalahkan Lu Bu," kata sosok itu dengan suara yang dingin dan mengancam. "Tetapi pertempuran ini belum berakhir." Sosok itu tersenyum, tetapi senyumnya terasa dingin dan mematikan.
Kei dan Reina saling bertukar pandang, mata mereka berbinar dengan tekad. Mereka tahu bahwa pertempuran ini baru permulaan. Pertempuran yang lebih besar masih menanti mereka. Pertempuran yang akan menentukan nasib dunia.