Naura ayu harus menelan pil pahit ketika calon suaminya arfan harlan berselingkuh dengan seorang wanita bernama elviana stefany, padahal beberapa hari lagi mereka akan menikah.
Naura pun mencari tahu siapa wanita yang menjadi selingkuhan calon suaminya itu, dan ternyata ia adalah wanita bersuami akhirnya mau tak mau naura mengadu pada suami elvi yang ternyata adalah jendral arsyad. pria dimasa lalunya.
Siapa jendral arsyad itu ? apa hubungan mereka berdua dimasa lalu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saidah_noor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bisakah kita Rujuk.
Arfan berdecih, mendengar nama wanita yang hendak dijodohkan dengannya itu. Ibunya sangat mengenal bunda astrid, hingga mereka menjodoh-jodohkannya dengan naura.
Wajah naura memang cantik, tapi hatinya tak bisa menerima kehadirannya. Seolah sudah penuh dengan nama elviana diruang hatinya.
" Jangan ucapkan nama naura dihadapanku, aku tak suka wanita yang sok jual mahal tapi dia hamil diluar nikah" ujar arfan, lalu memeluk tubuh elviana dari belakang.
" Aku orang pertama yang menyentuhmu vi, biarkan aku tetap menjadi milikmu. Ok, kamu boleh menjadi istri jendral tapi biarkan aku yang menjadi pelarianmu" ujar arfan sembari mencium pundak wanita itu.
" Tak apa jika aku harus berbagi, asalkan kamu disampingku aku rela"ujar lelaki itu lagi.
Elviana membalikkan badan, wajah mereka bertemu kini. " Kamu nikahi saja naura, agar tak ada yang curiga tentang kita. Setidaknya mereka hanya menganggap kita berteman, bagaimana?" ujar wanita itu mengajaknya kerja sama.
"Tapi vi, aku_ " ucapan arfan terpotong, kala wanita itu mulai berani memagutnya lebih dulu.
" Kita masih bisa bersama, walaupun sudah sama-sama menikah" tambah elviana.
" Ok, aku akan mengejar naura dan menikahinya. Asal kau tetap bersamaku" ucap arfan setuju.
Dalam kehangatan itu, entah setan mana yang merasuki keduanya hingga semuanya berlanjut mejadi perselingkuhan.
Semua yang terjadi tak bisa ia ubah lagi. Kehangatan yang dia harapkan dari jendral, justru ia dapatkan dari teman lelakinya. Tak hanya sekali, melainkan sudah berkali-kali.
Semakin lama ia pun semakin terbiasa dan ketergantungan pada lelaki itu, hingga akhirnya dia lupa siapa dirinya. Bahwa ia seorang istri Jendral Arsyad Askara.
Kembali kemasa kini ...
Elviana meneteskan air matanya, berandai-andai waktu bisa terputar lagi. Tak akan ia terima ajakan teman lelakinya itu.
Namun semua sudah terjadi, jendral sudah tak peduli padanya lagi. Saat elviana mengajak lelaki yang masih suaminya itu bicara, malah ia ditolak mentah-mentah.
Dia merasa malu pada jendral. Ia yang berjanji akan membuatnya melupakan masa lalu, justru malah membuat luka dihati pria itu.
" Aaaaaaaaahhhh" teriaknya menghempaskan segala rasa sesak didadanya.
" Dasar bodoh kamu elviana, BODOH" umpatnya pada diri sendiri.
Dia menangis deras dan membiarkan pipinya basah dengan buliran bening itu. Bu vanya yang tak sengaja mendengar teriakan anaknya, segera masuk kekamar dan memeluk wanita itu.
" Sabar nak, ikhlaskan jendral" ucap wanita paruh baya itu mengusap punggung putrinya.
" Aku bodoh mah, aku yang salah mah" ujar elviana disela tangisnya.
" Iya sabar nak ... Sabar" ucap bu vanya dengan tenang.
Cukup lama mereka menangis bersama, kini hening dan ketenangan menyelimuti suasana kamar itu. Dengan telaten bu vanya merapikan rambut elviana yang berantakan.
" Mah, kenapa papah melakukan kerja sama perusahaan sebagai alasan perjodohan. Kenapa mah?" tanya elviana mengusap air mata yang menetes lagi.
" Karena kamu menginginkan jendral, kamu tahu kenapa mamah dan papah menolak keinginan mu dulu?" tanya bu vanya merapikan anak rambut yang menghalangi wajah putrinya.
" Karena ibu mertua kamu itu licik, dia juga kejam. Kamu tahu mantan istrinya jendral dulu, mereka menikah hanya satu minggu" ungkap bu vanya membuat elviana termangu.
Elviana diam, memang dia tak begitu dekat dengan ibu mertuanya. Berkirim pesan pun tak pernah apalagi bertemu. Tapi, selama bertemu ibunya jendral bersikap biasa saja padanya. Tak menyanjungnya tak juga merendahkannya.
" Ana, kami sangat mengenal mereka itulah alasan kami dulu melarang kamu menyukai jendral" ujar bu vanya menghembuskan nafas panjang.
" Lepaskan jendral nak, dia bukan jodoh kamu ya" titah bu vanya, namun elviana mengingat sesuatu.
" Tapi mah, mantan istri jendral itu adalah naura. Yang mamah kira ka alisha itu, mereka bahkan sudah punya anak" ucap elviana memberitahu.
Deg
Jantung bu vanya terasa menegang, semua yang dia dengar seperti sembilu yang menusuk hatinya. Dengan mata melebar wanita paruh baya itu mencengkeram bahu putrinya.
" Apa! Kamu yakin ana?" tanya bu vanya yang diangguki pelan oleh elviana.
" Tadi naura juga menjadi saksi perceraian kami" ungkap elviana dengan suara pelan.
" Aku kalah sidang mah, bukti yang dibawa naura cukup kuat untuk menjadi alasan jendral menggugat cerai aku" elviana menundukkan kepalanya, malu dan menyesal menggerogoti fikirannya.
Serasa jiwanya melayang meninggalkan raganya, bu vanya hanya diam mendengar cerita sang putri. Kedua tangan yang mencengkeram bahu itu lepas dengan begitu lambat, seakan tak ada tenaga.
Fikiran wanita paruh baya itu melayang, jika naura benar putrinya maka hancur rasanya. Bagaimana tidak anak kembarnya terluka oleh pria yang sama.
Buliran bening itu menetes lagi, membasahi pipi yang sudah kering dari air matanya. Bukan karena elviana tapi kini karena naura, wanita muda yang ia lihat seperti anak kembarnya yang sudah meninggal itu.
...****************...
Naura tengah membantu asisten rumahnya menyiapkan makan malam, makanan yang terhidang begitu lezat dan aromanya memenuhi udara di apartemen itu.
Wanita itu melirik ke arah ayah dan anak yang tengah bermain, sesekali ia tersenyum melihat tawa dua lelaki yang beda usia itu.
" Gala, jendral ayo makan malam" ajak naura memanggil mereka dengan suara setengah berteriak.
" Iya mah" sahut gala yang langsung beranjak meninggalkan ruangan yang penuh dengan mainan itu.
Jendral duduk berhadapan dengan naura, sedangkan gala duduk dikursi samping ibunya. Wanita muda itu memasukan nasi beserta lauk pauknya ke dalam piring milik jendral dan gala.
Mereka makan dengan tenang, dipenuhi canda tawa seoarang anak lelaki yang bergema diruangan itu. Namun, tiba-tiba jendral merasakan hatinya perih melihatnya, penyesalan itu kembali menghantam jiwanya seakan mengingatkan betapa buruk dirinya.
" Ya Tuhan bolehkah aku serakah, aku menginginkannya, aku mencintainya, dan aku sadar bahwa aku tak bisa hidup tanpanya" dalam hati jendral bergumam, hingga tak terasa air matanya membasahi pipinya saat matanya menatap senyum wanita dihadapannya.
" Kok papah nangis" ucap gala membuyar kan lamunan jendral yang segera menghapus air matanya.
Naura yang melihatnya segera meraih kotak tisu, ia mengambil beberapa lembar kertas putih nan lembut itu pada jendral.
" Makasih" ucap lelaki itu meraih tisu ditangan mantannya.
Suasana menjadi hening, hanya suara sendok dan piring beradu yang terdengar. Sampai makan malam selesai dan jendral pamit untuk pulang.
" Aku pamit ayu" ucap jendral dengan suara berat menatap wanita dihadapannya.
" Hati-hati jen" ucap naura mengangguk.
Ini malam terakhir, entah kapan jendral bisa bertemu lagi dengan mereka. Proses perceraiannya dengan elviana masih panjang, selama itu belum beres ia tak diijinkan untuk datang.
Berat, sangat berat ia melangkah untuk pergi. Dengan terpaksa lelaki itu melangkahkan kakinya. Setelah melihat jendral pergi, naura segera menutup pintu.
Namun, sebuah tangan menghalangi pintu itu merapat. Wanita itu kembali membukanya.
" Jendral" gumam naura.
" Bisakah kita rujuk" ucap jendral menatap penuh harap.
"Jadi, Minggu depan. Undangannya juga udah dicetak," jawabnya.
Setelah tanda petik dua (") tidak perlu spasi dan setelah kalimat berakhir ada akhiran titik (.), koma (,), seru (!) dan tanya (?) yang memiliki fungsi masing2, bukan asal2an aja.
"Ra, jadi nikah enggak?" tanya wanita bla bla.
dibandingkan kata itu?
"Ra, kamu beneran bakal nikah?" tanya bla bla bla.
dan untuk pemenggalan nama, itu pake tanda koma (,) bukan tanda seru (!). Perhatikan penggunaan tanda2 dalam kalimat, karena itu mempengaruhi kalimat kamu nantinya.
bedakan antara 'di' sebagai kalimat dg 'di' sebagai penunjuk tempat