Bagaimana jika jiwa seorang Chef dari dunia moderen abad 25 yang cantik, kaya-raya, berstatus lajang, serta menguasai banyak tehnik beladiri, terbangun ditubuh seorang gadis diera dinasti kuno 3000 tahu lalu.
Liu Liyan, gadis cantik yang amat dimanja oleh ayah & kedua kakak lelakinya. Kadang suka berbuat sesuka hati, keras kepala & juga urakan.
Tapi setelah menikah, ia harus menjani hidup miskin bersama suaminya yang tampan tapi cacat.
Belum lagi ia harus dihadapkan dengan banyaknya konflik keluarga dari pihak suaminya.
Beruntung ibu mertua & adik ipar amat baik serta begitu menyayanginya, mendukung juga mempercayai.
Apakah ia bisa menggunakan keterampilannya didunia modern, untuk membantu keluarga suami juga keluarga kandungnya sendiri..?
Bagaimana lika-liku kehidupannya didunia yang serba kuno tanpa internet & listrik..?
Mari ikuti kisah Chef Claudia diera dinasti Song & menjadi Liu Liyan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delia Ata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mulai Bergerak
Pagi hari disaat semua sedang sibuk, kakek Xiao sudah berdiri dipintu pagar sembari berteriak memanggil nama Xiao Yun.
Tanpa mau berkompromi, Xiao Yun langsung mengusir lelaki tua itu dengan mengacungkan parang.
Tak mau memberi ruang, tidak ingin pagi yang cerah ini ternodai dengan pertengkaran. Xiao Yun memilih bertindak tegas meski terkesan kejam.
Tak lama, giliran Xiao Yong yang datang menemui Xiao Yun dan Liu Liyan.
"A-Yun, Yan niang..! apa ada pekerjaan untuk perempuan..?"
"Untuk siapa..?" tanya Xiao Yun.
"Ibu dan Shi'er."
Xiao Yong menghela nafas getir "mereka hampir gila dirumah, kau tahu bukan bagaimana keadaan disana..? perlakuan nenek juga tidak pernah baik kepada ibu dan Shi'er."
"Yan niang memang membutuhkan tenaga tambahan, tapi kami semua berencana akan pindah kekota. Apa bibi dan Shi'er mau ikut pindah kesana..?"
"Kalian mau pindah kekota..?"
Xiao Yun dan Liu Liyan mengangguk.
"Pasti ibu dan Shi'er mau, itu malah jauh lebih baik. Kami sebenernya juga sudah lama ingin berpisah rumah." sahut Xiao Yong senang.
Pemuda itu seolah melihat masa depan yang cerah, dengan hari-hari tenang penuh tawa tanpa harus merasakan was-was dan kesal.
"Tapi aku akan membicarakannya terlebih dulu dengan ayah." sambung Xiao Yong.
"Oke, kalau memang mau dan diizinkan oleh paman. Nanti aku akan mencarikan tempat tinggal sekalian, karena rencananya aku mau membuka usaha baru lagi."
Kini Liu Liyan yang berbicara.
Xiao Yong tersenyum lembar, bangkit berdiri lalu membungkuk rendah. "terimakasih A-Yun, Yan niang, terima kasih..!"
"Eh, tidak perlu begitu." cegah pasangan suami istri itu.
"Kita ini keluarga, lagi pula memang Yan niang membutuhkan tenaga tambahan. Jangan pernah melakukan itu lagi." tegur Xiao Yun.
Xiao Yong mengangguk cepat "kalau begitu aku pergi dulu untuk mencari ubi gajah, sekali terimakasih ya..?"
Xiao Yong pergi, setelah berpamitan dengan Guo Xia.
Pembuatan saus dauban dan panggangan juga susu pun dilakukan oleh Guo Xia, Xiao Yue dan Xiao Yun.
Sedangkan Xiao Yun dan Liu Liyan pergi kekota.
Selain cek up keklinik Zheng-Zhou, mereka juga akan menemui Liu Dayan untuk menayakan perihal rumah.
Dua jam waktu yang mereka habiskan diklinik Zheng-Zhou, dengan menghabiskan 5 tahil perak.
"Kalian mau membeli rumah..?" tanya Liu Dayan sedikit kaget, tapi juga senang.
Belum genap 2 minggu putrinya itu menikah, tapi sekarang sudah mampu membeli rumah dikota.
"Apa ayah mertua tahu, rumah-rumah mana yang mau dijual..?"
"Kalian mau rumah yang seperti apa..?"
"Yang besar, bagus, halamannya luas." sahut Liu Liyan yang membuat Liu Dayan tersedak.
Anak bungsunya ini...
Memang sebanyak apa uangnya...
Dari mana dia dapat...
Mata Liu Dayan, pria tampan berkumis garang menyipit sendu tapi malah terlihat menyeramkan.
"Is, kami tidak melakukan kejahatan untuk mendapatkan uang." jelas Liu Liyan yang tahu akan tuduhan sang ayah.
Liu Dayan berdehem "Digang sebelah, ada rumah yang mau dijual. Luasnya sekitar delapan ribu meter. Ada dua halaman depan dan belakang, satu pintu masuk dan keluar, sumur juga ada. Kalau kalian mau, ayah akan menemui pemiliknya."
Xiao Yun dan Liu Liyan bertukar tatapan sesaat, lalu mengangguk sebagai isyarat.
"Kalau begitu, kami akan merepotkan ayah mertua."
Liu Dayan menggoyangkan telapak tangannya "tidak masalah, kita ini keluarga. Tidak usah sekaku itu."
"Terimakasih ayah, tolong tawar semurah mungkin ya..? kami ini miskin." kata Liu Liyan tertawa kecil.
Xiao Yun terkekeh.
Liu Dayan mendengus, dengan mata yang terbalik kelangit.
Miskin apanya...
Ya, meski Liu Dayan tidak tahu berapa harta yang dimiliki putri dan menantunya. Tapi kalau sudah berani mengiyakan, berarti mereka memilikinya.
Memang tidak salah yang difikirkan lelaki tiga anak itu.
Liu Liyan punya banyak uang.
Baru transaksi dua kali dengan paviliun Jiao Tong sudah mengumpulkan ratusan tahil perak.
"Oya, ayah mau menjual roti daging dan aneka jenis roti manis tidak..?"
"Apa kau memiliki resepnya..?"
Liu Liyan mengangguk "untuk pendamping teh dan semua jenis minuman yang resepnya sudah aku berikan, roti-roti ini sangat cocok. Apa lagi yang namanya------
Liu Liyan menggantung ucapannya..
"Ets, jangan keceplosan. Disini belum ada roti tawar sama susu kental manis"
"Apa lagi apa...?" tanya Liu Dayan dan Xiao Yun.
"Em, apa lagi roti almond dan abon, itu enak." jawab Liu Liyan.
"Apa itu abon..?"
"Ck, kalau ayah mau beli daging sapi atau babi, nanti aku ajari membuat abon dan buat juga oven pemanggang."
Liu Dayan pasrah mengangguk.
Liu Liyan langsung menggambar contoh oven yang harus dibuat.
Beruntung, rumah keluarga Liu memiliki halaman belakang yang lebih luas dan banyak bangunan kosong, karena keluarga besar Liu hanya tersisa Liu Dayan saja.
Keluarga Liu memang dulunya orang berada. Tapi hartanya habis terjual untuk biaya pengobatan kakak Liu Dayan yang nyatanya tetap tidak berumur panjang.
Cuma tersisa rumah yang tanahnya seluas sepuluh ribu meter itu saja.
"Baik, besok ayah akan meminta orangtua kakak iparmu untuk membuatnya."
"Nanti juga aku mau membuat oven ini dirumah baru. Ayah sekalian sampaikan kepaman Jang ya..?"
"Iya..!"
"Beli susu segar untuk dibuat susu kental manis."
Liu Dayan mengiyakan dengan riang hati.
Meski dia bingung dari mana putrinya itu mengetahui semua resep makanan aneh dan soal oven. Tapi tidak kuasa untuk ia bertanya.
Toh memang dari dulu putrinya ini pintar juga sangat ahli dalam urusan dapur.
Xiao Yun dan Liu Liyan pun pamit. Mereka tidak bisa berlama-lama, karena takut keluarga utama Xiao datang membuat masalah.
Lagi pula pekerjaan dirumah sangat banyak. Semua pesanan harus segera diselesaikan, agar cepat mendapat uang untuk membeli hunian.
Tepat dijam makan siang, pasangan suami-istri itu sampai dirumah.
Xiao Yong dan rombongannya juga datang, membawa banyak ubi gajah.
"Sudah dulu ubi gajahnya, nanti bantu mengurus tebu dan bet putih." komando Liu Liyan.
Digunung ubi gajah tumbuh subur melimpah, karena tidak pernah dipanen. Tak heran, jika kelima orang itu cuma dalam waktu singkat sudah bisa mengumpulkan banyak.
Dengan menu tumis rebung kulit babi, talas rebus, sup kepala ikan dan tumis daun labu.
Mereka makan siang bersama diberanda rumah, hingga mengundang atensi para penduduk desa yang melintasi.